10.

87 22 5
                                    

  Kadangkala Yachi Hitoka belajar dimalam hari untuk pelajaran esok pagi. Namun sekarang ia tidak belajar. Gadis itu sibuk menulis dibuku diarynya. Semburat merah muda terpatri indah dikedua pipinya.

Beberapa menit kemudian, Hitoka selesai menulis dibuku diary. Gadis itu membaca dengan suara kecil agar rasa malunya tidak terlalu besar.

''Aku mengaku bahwa aku menyukaimu, Tsukishima. Mungkin saja perasaan iri hadir kala kita memakan es krim bersama di kedai itu. Kau tahu? Wajah datarmu kalau menatapku bisa membuat hatiku tak karuan.

AKU MENYUKAIMU!"

"Ah, kenapa aku tetap merasa malu, ya?"

Baru kali ini ia merasakan suka dengan lawan jenis. Ia selalu membayangkan Tsukishima, merindukan suara baritonenya, ingin selalu di dekat lelaki itu. Memikirkannya membuat Hitoka senang dan gugup secara bersamaan.

Ternyata rasanya indah, ya?

***

Biasanya Hitoka merasa agak bosan jika pergi ke sekolah, ya walaupun belajar adalah salah satu kegiatan yang ia suka. Namun pagi ini gadis bersurai kuning itu datang ke kelas dengan penuh semangat. Ini bukan perasaan semangat yang berapi-api seperti kau ingin mendapatkan kemenangan dalam sebuah perlombaan namun semangat yang kini ia rasakan lebih kepada  ... tak sabar melihat seseorang yang ia rindukan?

Eh rindukan?

Hitoka tak ingin menipu dirinya, dia jujur merindukan Tsukishima Kei. Ingin melihat lelaki tersebut secara langsung.

Oh, beginikah rasanya menyukai seseorang?

Hitoka akui rasanya sangat menyenangkan.

"Apa? Kau bertemu dengan Kak Tooru? Kemarin sore? Di supermarket?"

Hitoka tahu siapa pemilik suara yang bertanya. Dia adalah teman dekat Tsukishima, Yamaguchi Tadashi.

"Banyak tanya. Tadi kan aku sudah menceritakan semuanya," balas Tsukishima sambil duduk dibangkunya lalu menopang dagu dengan kedua tangan, menguap sebentar barangkali lelaki itu masih mengantuk.

Hitoka tentu tak ingin melewatkan kesempatan ini. Baru saja lelaki itu tiba di kelas, kedua manik rusanya sudah melirik ke arah lelaki itu.

Oh, begini kalau suka sama seseorang? Kau tidak akan berhenti melirik bahkan menatap secara langsung orang yang kau suka sampai kedua mata mu mengeluarkan air mata karena tidak berkedip.

Dan apa ini? Jantungnya berdetak kencang karena lelaki itu menatapnya dengan tatapan datar walau beberapa detik setelahnya ia mengalihkan tatapannya.

Kedua pipi si gadis memerah bukan karena marah tetapi karena malu dan senang dalam waktu yang bersamaan.

"Dan bodohnya dia bercerita tentang dirinya yang putus dengan pacarnya yang ke 24," balas Tsukishima.

Yamaguchi tertawa, "Haha itu sangat gila! Bagaimana bisa Kak Akiteru tahan bersahabat dengan playboy cap badak itu?"

"Entahlah, mungkin Kak Akiteru juga ingin menjadi playboy," kata Tsukishima lalu melirik Hitoka sebentar.

Tsukishima menyeringai lalu tertawa geli, membuat Yamaguchi bingung.

"Kau tahu, Kak Akiteru sepertinya menyukai Yachi. Buktinya dia selalu menanyakan Yachi kepadaku. Mungkin karena dia bersahabat lama dengan Kak Tooru ia jadi melirik lawan jenisnya."

"Heeh, benar begitu?" tanya Yamaguchi karena terkejut.

"Ya, begitulah."

Hitoka yang dibicarakan oleh kedua lelaki itu pun hanya menundukkan kepala karena malu. Baiklah, dengan keadaan kelas yang masih sepi--hanya ada mereka bertiga--ia ingin berteriak sekarang.

Tumben Tsukishima berbicara tentang Hitoka.

Hitoka sedikit terkejut, karena biasanya lelaki itu enggan membicarakan satupun orang-orang yang ada di kelas ini.

Ya ampun Tsukishima Kei, apa yang terjadi padamu sih?

"Yachi."

Yachi terkejut, ia langsung mengangkat kepalanya memandang lelaki bertubuh jangkung yang saat ini berdiri dihadapannya.

"Tsukishima?"

"Ini, cokelat dari Kak Akiteru. Dia menyuruhku memberikannya kepadamu."

Tsukishima memberikan satu cokelat batangan kepada Hitoka.

"Sampaikan ucapan terimakasih ku kepada Kak Akiteru, ya."

"Hm."

Setelah Hitoka menerima cokelat batangan tersebut, Tsukishima melangkahkan kedua kakinya menuju bangkunya dan kembali berbincang bersama Yamaguchi.

"Aku harap ini cokelat darimu Tsukishima."

Nyatanya terlalu berharap itu bisa menjatuhkanmu, bukan?

Hitoka tahu bahwa menyukai seseorang yang disukai itu bukan hanya membuatnya bahagia melainkan juga akan membuatnya sakit hati.

Barangkali ia terlalu banyak berharap tentang Tsukishima. Apakah memang seperti ini jika kita menyukai seseorang?

Hitoka sangat berharap takdir mengizinkannya untuk selalu dapat melihat Tsukishima. Tak apa jika ia tak bisa mendapatkan lelaki itu kelak, karena menyukai seseorang belum tentu bisa memiliki.

Oh Tuhan, mengapa ia malah menyukai Tsukishima? Menjadikan lelaki itu pelabuhan hatinya yang kosong tanpa yang namanya cinta.

"Aku menyukaimu, Kei," kata Hitoka dengan suara lirih.

***

Hai aku kembali lagi.

Kira-kira gimana ya cerita ini ke depannya?

Apa Hitoka sama Kei bakal semakin banyak momentnya atau sebaliknya?

You (TsukiYachi) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang