7.

177 43 4
                                    

Seperti yang mereka putuskan bersama keesokan sorenya setelah pulang dari sekolah, Tsukishima dan Yachi langsung melakukan apa yang mereka setujui bersama.

Saat ini Yachi dan Tsukishima berada di lapangan sepak bola. Keduanya melihat beberapa anak remaja seumuran mereka tengah bermain bola kaki itu. Sebenarnya Tsukishima tidak tertarik ke sini karena dia malas mendengarkan ajakan dari beberapa remaja yang bermain sepak bola, namun Yachi sedikit memaksanya untuk melihat-lihat di tempat tersebut kata gadis itu siapa tahu mereka mendapat inspirasi kala melihat remaja-remaja lelaki yang bermain sepak bola.

"Oh. Salah satu dari mereka kakinya terkilir!" seru Yachi sembari mengambil buku catatan dan pulpennya di tas lalu meletakkan buku catatan miliknya di sebuah bangku kayu yang ada di pinggir lapangan kemudian dirinya sedikit membungkuk.

Hitoka menulis dengan cepat apa yang dirinya lihat dengan pemain sepak bola. Setelah selesai menulisnya, Yachi mengambil buku dan pulpen seraya berdiri dan memasukkan kedua benda itu di dalam tas tanpa menutupnya.

Yachi menolehkan kepala ke arah lelaki jangkung yang berdiri di sebelah kirinya. Sedaritadi, lelaki itu lebih banyak diam.

"Eum ... apa kau sudah dapat beberapa hal yang harus kita jadikan ide untuk membuat cerita?"

"Tidak."

Yachi mendengus panjang. Dirinya sedikit lelah. Walau tak lama mereka melakukan pengamatan ini, namun Yachi sudah merasakan panas dan lelah yang keterlaluan. Dia tak terbiasa untuk melakukan hal seperti ini.

"Tsukishima. Kita istirahat saja dulu," kata Yachi yang hanya dibalas anggukan kepala Tsukishima.

***

Yachi dan Tsukishima pergi meninggalkan lapangan sepak bola. Mereka berencana untuk ke rumah Tsukishima. Namun ditengah perjalanan, Yachi melihat sebuah toko yang menjual eskrim. Lantas Yachi pun mengajak Tsukishima ke toko es krim tersebut lalu membeli es krim di situ.

Yachi dan Tsukishima duduk di sebuah kursi yang ditengahnya terdapat meja bundar. Tempat kursi dan meja itu berada di depan toko es krim tersebut. Keduanya berada dalam naungan payung berukuran besar.

Yachi tengah menikmati es krim rasa cokelat miliknya, begitupun Tsukishima yang saat ini menikmati es krim rasa stroberi.

Senyuman kecil terpatri dikedua sudut bibir si gadis mungil. Ternyata lelaki itu menyukai es krim rasa stroberi.

Yachi kira, lelaki itu menyukai es krim rasa mint.

Manis sekali.

Yachi tersadar karena pikirannya sudah menerawang ke mana-mana.

Keduanya masih bungkam. Terlebih Yachi yang hanya ingin menikmati suasana tenang ini.

Ini merupakan momen yang sangat indah. Memiliki seseorang lelaki yang bisa ia ajak bicara membuatnya senang. Walau Yachi harus menahan rasa senang itu agar tak terlihat.

"Sangat susah, ya?"

Yachi yang pertama kali membuka suara.

Tsukishima yang saat ini membuka bungkus es krim miliknya yang kedua menatap Yachi datar lalu mengangguk.

"Membuat hal seperti itu memang tidak sesuai dengan diriku," ujar Yachi.

Tsukishima mulai menyendokkan es krim lalu memakannya.

"Menurut Tsukishima bagaimana?"

"Apa?"

"Apakah tugas yang diberikan oleh guru seni sangat susah?"

Tsukishima mengangguk, "Lumayan."

Yachi telah menghabiskan es krim miliknya. Dia menyandarkan tubuhnya pada kursi lalu berkata, "Andaikan tugasnya menggambar atau melukis, maka aku tidak akan kesulitan seperti ini."

"Mengapa malah memberikan tugas yang tidak ku bisa?"

"Namanya juga sekolah. Tentu saja diberikan tugas. Kadangkala tugas yang diberikan tidak sesuai dengan kemampuanmu. Itu hal yang wajar."

"Maka dari itu, jangan mengeluh. Kerjakan saja. Mengerti?"

Yachi langsung termenung, namun hanya sebentar. Ia mengalihkan pandangan ke arah lelaki itu. Menatapnya lama. Benar juga apa yang Tsukishima katakan.

Namun fokus Yachi teralihkan ke sesuatu yang menempel di sudut bibir lelaki itu.

Segera Yachi berdiri dan mendekatkan dirinya ke arah lelaki dihadapannya. Karena meja menjadi halangan untuk dirinya lebih dekat dengan si lelaki, maka Yachi berusaha untuk makin mendekatkan dirinya kepada Tsukishima.

Jarak wajah keduanya makin dekat mungkin hanya dua jengkal. Yachi mengusap sudut bibir Tsukishima dengan ibu jarinya. Tsukishima berhenti menikmati es krimnya.

Sapuan lembut pada sudut bibirnya menciptakan gelenyar aneh pada diri Tsukishima.

Segera ia memandang Yachi, gadis itu juga balas memandangnya. Bahkan jemari tangan kanan Yachi sudah berada pada pipi kanan lelaki itu.

Kini keduanya saling memandang. Tenggelam dalam mata milik satu dengan yang lain.

Kesadaran mereka seperti direnggut begitu saja.

Hingga Yachi yang duluan tersadar, dia segera menjauhkan diri dari Tsukishima dan kembali duduk.

Tsukishima masih menampakkan wajah tanpa ekspresi, namun tak dapat dimungkiri perasaan asing nan aneh menyerangnya.

Sedangkan Yachi menoleh ke arah kanan, berusaha menyembunyikan wajahnya yang memerah karena malu atas kejadian barusan.

"Ta-tadi ada noda es krim di-di de-dekat bibirmu."

"Ja-jadi aku ber-bermaksud mem-membersihkannya."

Tsukishima berdeham lalu mengangguk, "Lain kali, bilang dulu kalau kau mau membersihkan noda es krim di dekat bibirku."

"Ya."

Dihari itu, mereka berdua merasakan hal aneh untuk yang pertama kalinya.

Perasaan yang mereka tak pahami.

***

You (TsukiYachi) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang