5.

174 53 2
                                    

Satu minggu telah berlalu. Hari senin sudah ada di depan mata, menginginkan semua orang melakukan aktivitas seperti biasa sesudah berlibur melepas penat selama enam hari. Para siswa bersekolah sedangkan orang dewasa berkerja mencari uang untuk mencukupi kebutuhan.

Bel sekolah Karasuno sudah berbunyi, menandakan bahwa kegiatan belajar mengajar dimulai. Para murid pun berlomba-lomba masuk ke dalam kelas masing-masing. Menunggu guru tiba di dalam kelas dan memberikan materi untuk dipelajari.

Begitu pula dengan murid-murid kelas 1-5, mereka pun menanti guru yang mengajar di kelas mereka. Penantian mereka pun terbayarkan ketika seorang wanita paruh baya bersurai cokelat sebahu masuk ke dalam kelas dan memberikan ucapan selamat pagi.

Tak lama pelajaran pun dimulai. Kegiatan belajar mengajar pun berjalan dengan lancar sampai satu jam kemudian Bu guru memberikan sebuah tugas kepada murid-muridnya.

"Ibu sudah menjelaskan materi pelajaran seni hari ini. Jadi saatnya ibu akan memberikan tugas kepada kalian semua."

Sebagian murid berseru kecewa ketika mendengar ucapan sang guru namun sebagian ada yang hanya terdiam dan senang.

"Tugasnya tentu ada hubungannya dengan materi kita hari ini," kata Bu guru, "Kalian harus membuat naskah cerita pendek yang kalian dapatkan dari ide kalian sendiri, genrenya bebas."

Semua murid kelas 1-5 menyimak apa yang Bu guru katakan kendatipun sebagian dari mereka ada yang membatin kesal karena tugas yang diberikan terlalu sulit.

"Sebelum ibu memberitahukan waktu pengumpulan tugasnya, ada baiknya kalian mengetahui siapa partner kalian."

"Jadi ini tugas kelompok?" tanya salah satu murid.

"Betul sekali," jawab Bu guru, "Satu kelompok terdiri atas dua orang. Oke, langsung saja ibu membagikan
kelompok nya."

"Kelompok satu  ...."

"Kelompok dua  ...."

"Kelompok tiga, Tsukishima Kei dan Yachi Hitoka."

Pemilik nama lengkap yang disebutkan oleh Bu guru pun terkejut. Namun yang lelaki bisa dengan mudah menyembunyikan rasa terkejutnya. Sedangkan si gadis memandang ke arah Tsukishima sembari menenangkan degup jantungnya yang bekerja lebih cepat dari sebelumnya.

Ia tak menyangka akan satu kelompok dengan lelaki cuek nan irit bicara itu.

Beberapa waktu kemudian Bu guru sudah selesai membagi kelompok. Dan nampaknya tak ada satupun murid yang protes karena hasil kelompok yang ia bagikan.

"Kalian bisa mengerjakan tugasnya setelah pulang dari sekolah dan waktu pengerjaan tugas maksimal dua minggu. Setelah lewat dari dua minggu, kalian boleh mengumpulkan tugasnya, tak boleh keluar dari batas waktu yang telah ditentukan. Paham?"

"Baik, kami paham!"

***


Hanya ada Yachi dan kedua orang lainnya di dalam kelas. Sedangkan murid kelas 1-5 yang lain sudah keluar dari kelas, pergi menuju rumahnya dan ada yang pergi menuju ruang ekstrakurikuler.

"Baiklah, aku duluan ya Tsukki. Sampai jumpa!"

"Hm."

Tadashi melangkahkan kedua kakinya meninggalkan kelas yang masih di huni kedua insan berbeda sifat. Keduanya masih nyaman dalam laut keheningan. Sang lelaki memang tak ingin bersuara, sedangkan si gadis masih merasa canggung untuk membuka suara.

Berbicara dengan dia hanya untuk pekerjaan kelompok. Jadi, jangan takut, Yachi Hitoka. Semangatlah!

Walau rasa yakinnya masih separuh, Yachi melangkahkan kedua kaki mendatangi Tsukishima yang saat ini hendak mengambil tasnya.

Gerakan Kei terhenti karena seorang gadis mungil berdiri dihadapannya sambil menundukkan kepala.

Yachi meremas kuat ujung rok yang ia kenakan untuk mengusir rasa malunya. Berhadapan dan berbicara dengan Tsukishima Kei memang membuat mentalnya tak baik-baik saja.

"Kenapa?"

Suara bariton milik Tsukishima menyapa indera pendengar Hitoka. Ia mengangkat kepalanya pelan dan memantapkan diri untuk menatap wajah cuek si lelaki berkacamata.

"A-a-anu  ...." Yachi menggaruk kepalanya, lalu memandang ke arah lain.

"Hm? Apa yang membuatmu untuk mendatangiku?" tanya Tsukishima.

"Itu  ... kerja kelompok," lirih Yachi. "Rencananya bagaimana?"

Dahi Kei mengerut, "Rencana?"

"Ah itu  ... maksudku  ... hari apa kita memulainya dan juga di mana tempatnya?"

"Oh," jawab si lelaki berkacamata, "Terserahmu saja."

Yachi kembali memandang Tsukishima sambil memikirkan kapan dan dimana ia dan Tsukishima memulai pekerjaan mereka.

"Kalau untuk waktu, kita mulai dari hari ini saja. Lebih tepatnya, nanti sore," ujar Tsukishima, "Kau yang memutuskan tempatnya."

"Di rumahnya Tsukishima saja. Soalnya aku tidak mau Tsukishima repot-repot datang ke apartementku."

"Hm, baiklah," balas Tsukishima, "Jam empat sore, kita mulai."

Yachi menganggukkan kepala sedangkan Tsukishima keluar dari dalam kelas dan Yachi mengekori lelaki itu sampai di depan gerbang sekolah.

Hah  ... ternyata berbicara dengan Tsukishima perlu tenaga ekstra. Karena aura lelaki itu terlalu mencekik Yachi hingga membuat gadis itu kesulitan untuk bernapas. Namun di sisi lain, Yachi merasa malu.

***

Akhirnya up juga.

Jangan lupa vote dan komennya ya.


You (TsukiYachi) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang