one 🥊 wrong step

2.2K 386 33
                                    

Jisoo menatap kosong ke arah depannya. Banana tiramisu di hadapannya baru tersentuh setengah, tapi ia sudah kenyang. Nggak kayak biasanya.

"Gue tau lo atlet karate tapi ya liat-liat dulu kek kalo mau ngehajar orang," celetuk Nayeon yang barusan membuang sampah.

Jisoo menghembuskan nafasnya, "Refleksss Nayeoon.. Kayaknya tiap atlet bela diri bakalan kayak gitu..."

Nayeon geleng-geleng kepala doang, lalu mereka berdua lanjut makan.

Udah 4 hari ini hidupnya Jisoo kayak dihantui rasa takut.

Dateng pas bel bunyi, kalo istirahat selalu nempel sama Nayeon, makan di kantin sambil ngumpet-ngumpet, pulang langsung lari ke kos secepatnya, malam nitip beliin makanan ke temen sekosan.

Biar apa?

Ngehindarin Taeyong!!!!

"O-ow," celetuk Nayeon saat melihat ke arah belakang Jisoo. Jisoo langsung mendelik panik.

"Apa? Siapa? Taeyong? Yuta?" serang Jisoo panik. NGGA BERANI NENGOK KE BELAKANG!!

Nayeon menggigit bibirnya tipis, "Satu geng."

"Mampussssss!!" umpat Jisoo.

Sementara itu pandangan Nayeon nggak sengaja bertemu dengan kedua manik mata Taeyong.

Nayeon udah mau mengalihkan pandangan tapi dagu Taeyong keburu bergerak ke samping, menyuruh Nayeon pergi dari hadapan Jisoo.

Karena Nayeon nggak mau cari masalah dan merupakan temen yang kurang ajar, jadi cewek itu mengambil roti bakarnya lalu menyingkir dari hadapan Jisoo sambil meringis, "Semoga besok gue masih bisa liat muka lo ya Jis. I love you so much!!"

"Nay nay sumpah lo jahat benerrr Nayyyy!!!!" pekik Jisoo tertahan. Panik.

Jisoo memejamkan matanya dan mengunyah sambil menunduk begitu merasa bangkunya diduduki beberapa orang, tapi agak jauh dari dia.

Gadis itu tidak mendengar suara apapun, jadi ia akhirnya mendongak dan membuka matanya.

Dan boom! Di depannya udah ada Taeyong yang memangku wajahnya dengan tangan dan dengan senyum manis yang dibuat-buat.

"Anjim!" ucap Jisoo latah sambil melotot.

Senyum di wajah Taeyong hilang, "Ngomong apa?"

Jisoo buru-buru menetralkan nafasnya lalu geleng-geleng kepala dengan cepat, "Kaget."

Taeyong mendengus kemudian memalingkan wajahnya untuk nyuruh anggota gengnya yang duduk nggak jauh dari mereka berdua buat mesen makanan.

Tatapan Jisoo mau nggak mau jatuh ke pipi Taeyong yang masih agak biru, membuat gadis itu meringis kecil. Taeyong jadi meliriknya lagi.

"Kenapa? Terpesona?"

Jisoo menggeleng masih dengan muka meringis, "Gue terpesona sama hasil bogeman gue."

"LO YA!" Jisoo buru-buru menjerit begitu Taeyong bangkit dari duduknya dan memajukan badan serta wajahnya ke gadis itu.

"MAAAPPP MAAP NGGAK GITU MAKSUD GUE!!!"

Taeyong menggeram kesal lalu kembali duduk.

"Pulang nanti jangan kemana-mana lo," ujar Taeyong galak.

"Rapat OSIS," jawab Jisoo cepat.

"Lo bukan pengurus OSIS," sela Taeyong.

"Piket," jawab Jisoo lagi, nggak mau nyerah.

"Gue tunggu."

"Mau ngurus uang SPP di Sibuhar," ujar  Jisoo, berusaha sebisanya biar nggak jadi pulang sama Taeyong.

"Udah gue bayar semua utang SPP lo," jawab Taeyong enteng.

Jisoo melotot kaget, "Seriusan?!"

Taeyong mengangguk enteng lalu menyeruput kopinya, "Makanya gantinya, lo jadi babu gue seharian ini."

Bukannya menjawab perintah dari Taeyong barusan, Jisoo menggenggam garpu plastiknya erat-erat. Matanya menatap Taeyong dengan sengit.

Emosinya tiba-tiba memuncak di saat yang nggak tepat.

"Gue nggak suka ya ada orang asing yang tau-tau ikut campur urusan pribadi gue," ujar Jisoo dingin, membuat Taeyong mendongak kaget dan beberapa anggota gengnya Taeyong menoleh, "Niat bully ya bully aja, nggak usah merembet sampe utang-utang gue."

Jisoo berdiri, memberesi makanannya yang belum habis, lalu tiba-tiba mencondongkan badannya buat ngomong dengan pelan, "Gue tau gue miskin, tapi gue juga nggak suka harga diri gue diinjek-injek sama sampah kayak lo."

Gadis itu menegakkan badannya, "Gue tarik itu 30 juta dari Sibuhar gue, gue balikin ke lo. 30 juta kayaknya nggak ngaruh apa-apa sih buat lo, tapi gue nggak bisa dibayar seharga segitu. Sorry, Lee Taeyong, you took the wrong step."

Lalu mata Taeyong menatap punggung gadis itu, yang lama-lama menghilang dari pandangannya.

Senyum tipis terukir di wajah pemuda itu, senyum yang bahkan tidak pernah dilihat anggota-anggotanya.

"I knew, she's different."

🥊🥊

two days ago

"Ah anjing sakit bener kayaknya Bos."

Taeyong melirik sekilas ke arah Ten yang berdiri di sebelahnya, mengamati pipinya yang perlahan menjadi biru.

Pemuda itu sedang berbaring menyamping di sofa markas NCT dengan kompresan es di pipi kirinya.

Udah 2 hari ia bolos, cuma gara-gara rona merah kebiruan besar yang membekas di pipinya. Gara-gara siapa? Kim Jisoo.

Taeyong nggak habis pikir, bisa-bisanya ada cewek, yang bahkan Taeyong nggak tau kalau dia hidup, nendang pipinya pake tempurung lutut cuma gara-gara salah paham.

Refleks ya refleks tapi ini kebangetan bro. Itu cewek nendang tenaganya nggak kira-kira.

2 hari Taeyong nggerutu kayak gitu mulu. Mau ngomel-ngomel panjang lebar tapi rahangnya ngilu waktu digerakin.

"Mau lo apain entar, Bang?" tanya Jaehyun nimbrung, lalu duduk di karpet depan sofa dan menyalakan TV.

Helaan nafas kasar terdengar dari mulut Taeyong, "Gua santet."

"Nggak usah aneh-aneh, nanti balik ke lo kan repot," Seru Taeil langsung.

"Bercanda elah, Bang," respon Taeyong.

Kemudian teman-temannya asik sendiri-sendiri. Ada yang tidur, main hp, main game, nonton film, makan.

Taeyong berusaha memejamkan matanya, tapi gagal mulu karena tiap kali dia merem, langsung kebayang mukanya Kim Jisoo.

Pemuda itu akhirnya bangun dan mengerang lalu mengambil kunci mobilnya, "Gue mau McFlurry, ada yang nitip nggak?"

Garang-garang tapi favoritnya McFlurry.

Anak-anak NCT udah hafal, kalo Taeyong udah pengen McFlurry, artinya lagi stress atau seneng. Dan di situasi kayak gini, kayaknya nggak mungkin kalo suasana hati Taeyong lagi seneng.

"John," panggil Taeyong sebelum benar-benar keluar dari kosan.

"Cari tau si Kim Jisoo dong. Apa aja, kalo ada utang bayarin sekalian pake atm gua."

"Siap, Bos."

[   to be continued   ]

𝐞𝐢𝐧 𝐋𝐢𝐞𝐛𝐡𝐚𝐛𝐞𝐫 [𝒕𝒂𝒆𝒚𝒐𝒏𝒈𝒙𝒋𝒊𝒔𝒐𝒐]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang