ten 🥊 enough for you

1.5K 312 60
                                    

"Yong aku ngerasa nggak pantes."

Hembusan nafas keluar dari mulut Taeyong. Ia mengajak Jisoo menginap di rumahnya bukan dengan maksud untuk pamer atau maksud jelek lainnya. Tapi sepertinya ia mengambil langkah yang salah, lagi.

"Trus menurutmu yang pantes yang kayak gimana?" tanya Taeyong balik.

Ia hendak meluruskan semuanya, karena percuma kalau mereka sudah berjalan jauh tapi masih terluka karena batu-batu kecil seperti ini.

"Ya yang nggak perlu mikir dua kali kalo mau beli-beli baju atau barang mahal lah.. Atau yang duitnya lebih lebih, mau jalan kemana aja gampang, mau makan apa aja bisa, mau nggak berhemat nggak papa, at-"

Taeyong menyela, "Itu semua nggak menjamin aku bahagia. Oke?"

Jisoo terdiam, tapi rasa resahnya tidak kunjung menghilang.

"Jis, orang kaya gue nggak selalu bahagia sama yang sama-sama berduit banyak. Gue nggak nyari kebahagiaan lewat duit. Gue nyamannya sama lo, bukan sama duit lo," ujar Taeyong lagi, membuat Jisoo mau nggak mau mencelos, tidak menyangka.

"Duit gue lebih-lebih, mendingan gue habisin buat seneng-seneng sama lo daripada gue habisin buat barang-barang haram. Lo mau manfaatin gue, terserah. Gue nggak peduli."

Beberapa saat kemudian mereka berdua cuma diam, sibuk menata pikiran masing-masing.

"Gue takut Yong," celetuk Jisoo sambil memandangi jari-jarinya sendiri, "dulu Minhyun suka beli-beliin gue macem-macem, tapi habis putus minta dibalikin semua. Gue cuma nggak mau hal kayak gitu terulang."

Taeyong menghela nafas, "Jis, gue bukan Minhyun."

"Iya tau..."

Pemuda itu menghembuskan nafasnya, lalu membenarkan duduknya sedikit, "Gini deh. Gue juga nggak berhak maksa lo ngerubah pandangan lo atau maksa lo cepet-cepet nyembuhin trauma lo. Gue cuma mau bilang, gue bukan dan nggak akan berlaku kayak Minhyun. I can promise that."

"Pertanyaan gue cuma satu," lanjut Taeyong, "would you be my girlfriend?"

"Gue suka sama lo, dan gue nggak seneng orang yang gue suka kesusahan, dalam hal apapun. Makanya gue selalu bantuin lo. No other excuse. Gue nggak punya maksud pamer atau modus-modus lainnya, gue cuma sayang lo makanya gue ngelakuin ini semua."

"Lo pantes Jis, buat siapapun."

Jisoo malah nangis.

"Ya Allah," celetuk Taeyong setelah terkekeh geli, lalu maju dan mengusap pipi Jisoo yang basah dengan ibu jarinya, "kenapa jadi nangis sih ah?"

Atmosfer mobil berubah jadi lebih hangat, dan Jisoo diam-diam bersyukur akan hal itu dalam hatinya.

Gadis itu cemberut dan tanpa sadar memayunkan bibirnya sedikit, membuat Taeyong gemas sendiri.

"Tuhan kayanya udah capek bikin gue sedih ya Yong? Makanya lo tiba-tiba dateng."

Taeyong tergelak lalu mengusap rambut Jisoo singkat, "Udah ahli bikin orang baper ya?"

Jisoo nggak menjawab, tapi sebelah tangannya menutupi mukanya sembari tangan kanannya mendorong pelan pundak Taeyong agar tidak lagi menghadap ke arahnya.

"Hadap depan, nggak boleh liat gue nangis," ujar Jisoo pelan, sekarang malu soalnya matanya jadi bengkak gara-gara nangis.

"Aku," koreksi Taeyong sambil kembali memegang kemudi dan menyalakan mesin mobil.

Jisoo mencibir, "Geli."

"Hah, tadi awal-awal aja 'Yong aku ngerasa nggak pantes' sekarang gaya-gayaan bilang geli," ledek Taeyong.

𝐞𝐢𝐧 𝐋𝐢𝐞𝐛𝐡𝐚𝐛𝐞𝐫 [𝒕𝒂𝒆𝒚𝒐𝒏𝒈𝒙𝒋𝒊𝒔𝒐𝒐]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang