18. Perantara kebahagiaan

508 68 4
                                    

Kai saat ini sedang melamun sambil tiduran di kasurnya. Moodnya akhir-akhir benar-benar aneh. Entah hal apa yang dia pikirkan. Saat dia sedang asik dengan pikirannya, papahnya memanggil, menyuruh turun untuk sekedar menemani dihari luangnya.


"Temani Papa, ini sangat bosan," ucap ayah Kai sambil menatap kedatangan putranya itu hingga duduk disebelahnya.

Beberapa waktu berlalu, mereka berdua menikmati waktu yang terus berjalan ini dengan berbincang-bincang layaknya percakapan seorang ayah dan anak.

"Pah, aku mau nanya." Kai sekarang menatap agak serius papahnya itu.

"Apa Papah masih cinta sama bunda?" Pertanyaan itu terlontar tiba-tiba hingga membuat ayah Kai menyerjitkan keningnya.

"Kenapa tiba-tiba bahas bunda kamu?"

"Aku kangen sama bunda." Terlihat dari raut wajahnya, bahwa sekarang dia sedang serius dan tidak biasa.

"Kenapa tiba-tiba? Bukannya kamu benci sama bunda?" Ayah Kai merasa aneh dengan perubahan sikap anaknya itu.

"I-iya Pah, tapi aku benci karna bunda ga pernah sekalipun datang nengokin aku, aku kangen Pah sama bunda." Sepertinya hari ini dia sangat sensitif dan cengeng, saat ini matanya sudah berembun dan siap meluncurkan liquid bening.

"Bunda kamu udah nyakitin kita, dia udah pergi ninggalin kita, apa kamu lupa itu ha?" Sama seperti Kai, papahnya juga sensitif jika berbicara masalah 'mantan istrinya' itu.

"Iya aku tau, tapi aku pengen bunda ada disini sekarang pah." Ucapan Kai terakhir kalinya hingga dia beranjak dan mengunci diri di kamar.

"JANGAN PERNAH BAHAS BUNDA KAMU DEPAN PAPA, YA!" Emosi ayah Kai memuncak sambil melihat anaknya itu beranjak.

Saat ini ayah Kai termenung, masih memikirkan kalimat yang baru saja dia dengar. Bagaimana bisa tiba-tiba anaknya itu menanyakan pertanyaan yang begitu "aneh" sekali menurutnya.

Bukankah dalam hidup itu penuh kejutan? Siapa sangka jika prasangka Kai selama ini salah?
Jangan langsung menyimpulkan, kita tak benar-benar tahu kehidupan seseorang.

"Maafkan Pap, Nak, Papa belum bisa jujur sama kamu," ucapnya sambil menangis.

Tidak mungkin seorang anak yang sudah lama tidak bertemu orang tuanya, tidak merasakan rindu, bahkan jika orang itu tersebut terbilang jahat, pasti anaknya tetap akan merindukan sosok yang telah mengandung selama 9 bulan itu.

Seperti Kai, karna seringnya dia melihat Kyungsoo yang begitu bahagia ketika berkomunikasi dengan ibunya, timbullah rasa iri. Kai sangat iri pada kehidupan Kyungsoo, dia juga ingin merasakan itu. Dia ingin ketika dirinya sakit, ada yang mengkhawatirkannya, ada yang merawatnya, ada yang menyalurkan kekuatan pada dirinya, ada yang meyiapkan sarapan pagi untuknya, ada tempat berbagi keluh kesahnya.

Dia memang mendapatkan itu dari ayahnya, tapi kali ini, dia ingin mendapatkan itu dari sosok ibunya. Walaupun dia pernah bilang "gw benci banget sama nyokap gw, dia ninggalin papa sama gw".

"Bunda, aku kangen sama bunda. Apa bunda gak pernah peduli lagi sama aku? Apa bunda gamau sekali aja nengok aku?" ucap Kai sambil memegangi kedua lututnya, kali ini dia benar-benar ingin menangis, dia rindu sosok ibunya.

INHALER ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang