35| Sebuah Cerita

1.7K 297 70
                                    

Mereka jatuh bersama direrumputan hijau taman.

(Name) berada diatas menimpa Atsumu, lelaki itu meringis sakit sebab serangan mendadak seperti tadi.
(Name) mendongak perlahan dan memekik kaget. Gadis itu berupaya untuk bangkit tapi rasa sakit akibat patah kaki yang dialaminya membuatnya jatuh kembali dan tak sengaja lututnya menendang kemaluan Atsumu.

"WHAAAAAA─HHMMPHH!!" Kejut Atsumu, lelaki itu menggigit lengannya agar tidak berteriak.

(Name) panik, Atsumu lemas merasakan rasa nyilu yang hebat.

"G-gomen!" Ujar (Name) ketika berhasil menyingkirkan lutunya.

Atsumu guling-guling diatas rumput sambil mengepalkan tangannya sebagai pelampiasan. Ia mengerang.

(Name) menatap cemas ke arahnya, gadis itu meminta maaf berkali-kali.

Begitu rasa ngilunya sedikit reda, Atsumu mencoba tenang dengan berbaring terlentang. Tak peduli ia bisa gatal-gatal atau tidak.

"Syukurlah masa depanku baik-baik saja." Gumam Atsumu lega.

Lelaki itu beralih memandang (Name), ia sedikit tertegun dengan perubahan tatapan sang gadis. Sudah tidak terkesan putus asa seperti sebelumnya.

"Akhirnya kita bertemu ya (Name)-chan."

Atsumu selalu menemukan (Name), mencari masalah dengannya, mengganggunya, mengejutkannya, dan menyadarkannya.

(Name) terkekeh sebentar, "Kau benar."

Atsumu membelalak, ini adalah moment yang langka seperti melihat senyum Shinsuke.
Sungguh, Atsumu senang sekali.

"Apa artinya, aku sudah mencapai hatimu?"

"Huatchuu!! Apa? Kau bilang apa?" Bersin (Name).

"(Name)-chan seriuslah sedikit!" Kesal Atsumu.

"Hah? Maksudmu?"

"Dasar tidak peka! Bodoh!"

Baru kali ini Atsumu memaki (Name) langsung didepannya.

"Kau benar-benar membuatku gila.. bingung.. dan putus asa dalam menghadapi kebodohanmu." Ujar Atsumu sambil mengusap wajahnya frustasi.

"Kenapa kau egois? Selalu egois!! Coba pikirkan perasaanku, Rui, dan yang lainnya. Jangan membuat kami menderita! Kalau kau pikir kematian adalah jalan yang bagus, itu tidak benar! Kenapa kau seenaknya saja huh?!"

"Siapa kau yang berhak memutuskan hidupmu sendiri?! Kau bukanlah Tuhan!! Dakara onegai!─" Atsumu menggantungkan ucapannya, pikirnya ia terlalu banyak bicara.

(Name) menyunggingkan senyum tipis, "Sebenarnya ya, waktu itu.. sebelum truknya menabrakku, wajahmu yang melintas dipikiranku." Jelas (Name) dengan nada yang bergetar.

"Rui dan yang lainnya, kebersamaan kita, saat kalian memanggilku, itu semua memenuhi pikiran kosongku."

Gadis itu menggigit bibirnya untuk meminimalisir desiran sakit yang tiba-tiba merambat dalam hati.

"Yappari, ternyata.. aku ingin hidup bersama kalian... Bersama." (Name) menoleh ke Atsumu dengan linangan air mata yang menghiasi wajahnya.

Atsumu langsung membawa gadis itu dalam pelukannya. Membiarkannya menangis, membiarkan air matanya membasuh luka si gadis.

"Gomennasai!"

"Daijoubu yo (Name)-chan, jika terlalu berat, kau tidak perlu memaksakan diri untuk membawanya." Lirih Atsumu, "Ada kami disini."

Tiba-tiba seseorang ikut memeluk (Name) dari belakang. Diikuti dengan beberapa langkah kaki yang ikut mendekat ke arah (Name) dan Atsumu.

"(Name)-chan no baka!" Dia adalah Rui, gadis itu ikut menangis bersama.
"Kau ingin meninggalkanku sendirian huh?"

"Jangan mati, bodoh!" Timpal Suna.

"Aku ingin lebih banyak bicara denganmu, jangan mati (Name)!" Tambah Ginjima.

"Beritahu kami kalau kau sedang kesulitan.." Isakan Rui semakin keras, "Kau akan baik-baik saja.. kami akan melindungimu!"

"Jangan membuatku tambah tersakiti (Name), rasa sakit saat kau menolakku belum sepenuhnya sembuh oi!"

Mereka yang sudah sepenuhnya terbawa suasana sedih mendadak berubah beringas dan menatap kaget ke Osamu.

"Hm? Apa?" Heran Osamu.

"Osamu..."

"Kau..."

"Menembak (Name)?"

"Mati aku!! Keceplosan!!" Batin Osamu, dia sendiri yang menggali lubang kuburnya.

Suna memposisikan ponselnya tepat di depan wajah Osamu.
"Coba ulangi perkataanmu tadi!" Dia siap memvideonya.

"Hm? Apa?"

"Bukan yang itu!"

Ginjima masih mengaga kaget, lalu ia menyadari sesuatu.

"Tunggu, Rui, Atsumu! Kalian bisa tenang? Jangan-jangan kalian sudah tahu?" Kaget Gin.

Rui dan Atsumu mengangguk bersamaan.

"Walah, teman yang dapat diharapkan! Gila semua!" Kesal Gin.

(Name) berhenti menangis sepenuhnya dan beralih menonton perdebatan Osamu, Suna, Ginjima, dan Rui yang menarik untuk ditonton. Padahal mereka sedang membicarakannya.

"Sudah dengar kan, mereka tidak akan melepaskanmu (Name)-chan. Dan aku sendiri, tidak akan memaafkanmu kalau kau berbuat seperti itu lagi." Bisik Atsumu.

Atsumu hari ini mode normal.

***

"Aku dulu punya seorang teman, kami selalu menghabiskan waktu bersama. Benar-benar moment yang indah.. Tapi lambat laun dia tahu tentang identitasku yang sebenarnya, dia tetap bersamaku tidak mempermasalahkan hal itu. Dan Kaa-san mengetahui itu."

"Demi karirnya, Kaa-san menjauhkanku darinya, Kaa-san mengeluarkannya dari sekolah dan memaksa keluarganya pindah untuk tutup mulut. Padahal dia tidak melakukan apapun! Demo, Kaa-san tidak berhenti sampai disitu. Dia menyewa seseorang untuk membunuhnya bersama dengan keluarganya."

"Kemarahan dan kebencian menumpuk dalam hatiku. Aku mencoba melawannya, seperti ini contoh hasil yang kudapatkan!" (Name) menunjuk dahinya yang terbalut perban.

"Setelah itu aku berhenti bermain voli, mencoba mengurangi interaksi dengan orang lain. Semakin banyak orang yang membenciku semakin bagus, mereka menjauhiku dan tidak ada lagi yang mengenal (Name)."

"Jadi─"

"(Name)-chan!!!" Rui kembali menangis, sungguh gadis itu terlalu terbawa suasana.

Apalagi gadis itu menggunakan lengan kemeja Suna untuk mengelap ingusnya.
Beruntung pemiliknya tidak sadar.

"Ahahahaha aku.. bersyukur bisa bertemu kalian." Ucap (Name) tiba-tiba.

"Seharusnya aku tidak membenci situasi yang sudah ditakdirkan untukku. Baka dana."

"Arigatou minna!"

***

Ps : Atsumu semakin ooc '^'

WYBM? | Miya Atsumu [END] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang