Lorong panjang yang menjadi bagian bangunan Keraton Residence itu terdengar menggema ketika sol Braker Black Ostrich Cap Toe tergesa-gesa dengan ketukannya seiring si empunya berjalan lumayan cepat sembari sesekali melihat ke dalam layar jam tangan yang melingkari pergelangan tangan kirinya.
Pagi ini, Arthur harus menghadiri suatu acara cukup penting, tidak bisa tidak.
Salahkan dirinya mengapa harus berlama-lama menyelesaikan begitu banyak tumpukan laporan akhir bulan hingga pagi menjelang, di dalam ruangan kantornya tadi malam, sehingga mendapati dirinya pagi tadi malah berakhir tidur di atas meja kerja.Ia harus bersiap-siap mendengar serentetan komplenan setelah ini. Namun membayangkannya saja malah membuat dirinya tanpa sadar menyunggingkan sebuah senyum dengan sangat lebar.
"It's too late, Dadda," satu suara menggemaskan milik anak laki-laki berusia hampir 9 tahun bulan November nanti menyambutnya tepat ketika ia membuka pintu apartemen mewah miliknya.
"I know, Baby Boy, i'm sorry..." jawab Arthur lengkap dengan wajah memelas dan intonasi suara minta dikasihani, "jagoan sudah sarapan?"
Yang kecil mengangguk-anggukkan kepalanya dan kembali menatap wajah tirus yang lalu berjongkok dihadapannya demi menyejajarkan tinggi keduanya. Tangannya yang kecil itu lalu bergerak membetulkan kacamata milik salah satu orang tuanya yang terlihat sedikit miring, "aku tadi makan sereal dengan susu, Dad, tapi sudah habis."
"Susu putih atau coklat??"
"Putih!"
"Tidak mual??"
"Tidak, Dad!"
"Kereeennn...!" pujian Arthur sukses sekali membuat si kecil Noé memamerkan deretan gigi kecilnya yang putih dan sehat,"good Boy!" pujinya sekali lagi sambil mengusap lembut rambut ikal milik buah hatinya.
"Kita berangkat sekarang?" tanya Arthur masih dengan suaranya yang sangat lembut. Hari sudah beranjak siang. Acara pertemuan orang tua murid akan dimulai dalam waktu 2 jam ke depan, dan mereka tidak boleh terlambat.
"Okay, Dadda!"
Namun sebelum keduanya mencapai daun pintu, satu panggilan membuyarkan keduanya, "Kak Arthur, Noé, tunggu!"
Seorang gadis yang memiliki rambut panjang berwarna coklat sedikit bergelombang, mendekati keduanya dengan langkah tergesa-gesa, lalu menyerahkan 2 buah wadah makan, "hanya satu lapis sandwich, tapi tolong dihabiskan sebelum kalian sampai di sekolah. Paham?"
"Tapi aku sudah sarapan, Tante..." rengek Noé sambil memandangi apapun yang disodorkan kepadanya dengan wajah tanpa minat.
"Iya, tapi enggak kenyaaang, Noé..."
Lalu, "kamu hari ini jadi ketemuan sama Damien?" tanya Arthur kepada salah satu adiknya itu.
"Jadi, Kak, aku pinjam mobil, ya?"
Arthur menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.
"Hati-hati dijalan ya, kaliaaann... Inget, sarapannya dihabisin!"
Arthur dan Noé saling berpandangan sejenak,"okaaayyy..." akhirnya keduanya menyahut dengan keantusiasan minim.
Rasanya tidak ada lagi alasan untuk menolak titah satu-satunya wanita di keluarga mereka itu, bukan?
***
KAMU SEDANG MEMBACA
The Sassy Guy Next Door - Koo Junhoe & Kim Jiwon [END]
FanfictionLaki-laki itu memiliki nama lengkap Arthur Ansel Van Aken, seorang Chef sekaligus pemilik restoran bintang lima terkenal, Le Quartier. Arthur memiliki usia terpaut cukup jauh dari Dante. Arthur juga terang-terangan menolak kehadiran laki-laki muda i...