Pertemuan orang tua murid adalah hal yang biasa dilakukan setiap awal tahun sebuah ajaran baru. Selain para murid yang harus saling mengenal satu sama lain karena belum tentu kembali dalam satu ruangan dengan teman yang sama dari tahun ajaran sebelumnya, para orang tua juga diwajibkan untuk saling menyapa terlebih dahulu.
Arthur sebenarnya tidak pernah merasa keberatan dengan ini.
Hanya saja...
Ehem.
Oke, baiklah dia akan sangat jujur kali ini walau hanya di dalam hatinya saja.
Ia belum terbiasa dengan kenyataan akan menjadi satu-satunya Pria di antara para orang tua murid yang selain dirinya adalah Wanita.
Dirinya sedikit canggung.
Harusnya Abel juga hadir pagi ini seperti yang sudah mereka rencanakan beberapa hari yang lalu. Namun ternyata adik gadisnya itu sangat mendadak dipanggil untuk menghadiri sebuah wawancara kerja.
Maka lagi-lagi ia harus seorang diri menghadapi ini.
Arthur menegakkan tubuhnya. Sedikit membetulkan kemejanya yang berwarna biru muda itu, dan meremat kain jasnya dengan gelisah. Kedua matanya yang dibalik kacamata itu mencari-cari sang buah hati.
Bibirnya tersenyum.
Yah... Setidaknya mendapati Noé dengan sangat gampang berinteraksi dengan teman-teman barunya mampu membuatnya sedikit teralihkan dari pikirannya tadi.
Sikap supelnya itu benar-benar menurun dari sang Ibu.
"Dengan Bapak Arthur Ansel Van Aken, ayah dari Adinda Noé Ansel Van Aken?" tanya sebuah suara wanita tidak jauh dari tempat Arthur mendudukkan tubuhnya.
Arthur serta merta berdiri dan lalu membungkukkan tubuhnya, "benar," jawabnya tegas dengan gerak tubuh yang sangat kikuk, lalu dipersilahkan masuk ke dalam ruangan yayasan yang berukuran cukup besar untuk ukuran sebuah ruang guru.
Arthur lalu diperkenalkan kepada beberapa orang tenaga ajar yang akan mendampingi Noé untuk tahun ajaran barunya sampai satu tahun ke depan.
Dijelaskan juga bahwa ada kegiatan apa saja yang akan para murid ikuti selama satu tahun nanti. Apa saja yang wajib dipenuhi oleh orang tua sang murid, entah tambahan biaya yang akan tiba-tiba berubah, administrasi dan lain-lain.Lalu tiba pada, "mohon maaf, untuk saat ini apakah hanya Bapak Arthur saja yang menjadi wali dari Noé?"
Arthur menelan ludahnya, kerongkongannya mendadak terasa kering.
Ini adalah pertanyaan yang kalau bisa Arthur pilih, tidak perlu ditanyakan berulang-ulang setiap tahun seperti ini. Namun tak pelak ia mengangguk jua.
"Untuk saat ini hanya saya, dan mungkin sesekali akan ada Tantenya yang ikut menjadi wali kalau saya sedang tidak ada di tempat."
"Abella Ansel Van Aken?" tanya karyawan yayasan itu lagi.
"Betul," jawab Arthur cepat.
"Baik."
Lalu dengan beberapa basa-basi lagi akhirnya Arthur dipersilahkan untuk pulang, namun sebelum itu ia menyempatkan kembali untuk melihat sejenak ke dalam kelas Noé yang terdengar sangat ramai mengingat hari ini memang belum memulai kegiatan ajar-mengajar.
Amburadul.
Bermain kejar-kejaran. Tertawa bahagia. Saling menggoda. Ceria.
Persis seperti ini lah yang sedang ia usahakan untuk hidup Noé kelak.
Noé seolah memiliki firasat, karena baru saja Arthur mendekatkan tubuhnya pada daun pintu, tubuh kecilnya yang berlari-lari dengan sangat aktif itu sudah siap-siap menyambut sang Ayah.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Sassy Guy Next Door - Koo Junhoe & Kim Jiwon [END]
Fiksi PenggemarLaki-laki itu memiliki nama lengkap Arthur Ansel Van Aken, seorang Chef sekaligus pemilik restoran bintang lima terkenal, Le Quartier. Arthur memiliki usia terpaut cukup jauh dari Dante. Arthur juga terang-terangan menolak kehadiran laki-laki muda i...