"My Daddy..."
Dante seakan lupa dengan keadaannya yang demam, juga dengan kemungkinan Arthur bisa ikut tertular, namun panas tubuhnya membuatnya menginginkan lebih, apa lagi kini, di hadapannya, Arthur membiarkan tingkahnya yang clingy.
Perasaan Dante yang membuncah ini lebih dari ketika malam itu, saat Arthur menyentuhnya pertama kali.
Bolehkah ia meyakini bahwa Arthur kini memiliki perasaan terhadapnya? Persis seperti perasaannya terhadap Arthur?
"Daddy..."
Arthur tidak bisa menahan senyumannya ketika lagi-lagi telinganya mendengar panggilan Dante untuknya itu, "Yes, baby..."
Kepala Dante yang tadinya masih bersandar pada cerug leher Arthur kini menjauh, Dante menautkan ujung alisnya dan memandangi wajah Arthur, "now you baby-ing me?"
"Because you're more like a baby, than Noé," jawab Arthur dengan wajah serius, setengah mati menahan tawanya mati-matian, "but i like it..."
Dante menarik kedua sudut bibirnya, matanya yang berat karena demam seperti tidak diperbolehkan untuk terpejam sebentar saja, karena kini matanya sudah sibuk sekali menelisik wajah yang kemarin-kemarin dinilainya menyeramkan.
Garis rahang Arthur yang tegas membuat laki-laki itu terlihat sangat berwibawa. Caranya berbicara, juga gerak tubuhnya, dan suaranya.
Tangan Dante mengelus perlahan lengan besar dan berotot milik Arthur dengan gerakan yang sensual.
Tangannya...
Jari jemari Dante bergerak ke atas menyentuh adam apple milik Arthur lalu mengecupnya dengan lembut... Bahkan miliknya tidak semenonjol laki-laki itu.
Sambil hidungnya menghirup aroma leher Arthur yang sudah menjadi aroma favoritnya mulai sekarang, ujung bibir Dante mengecupi cerug leher dan belakang telinga Arthur, sesekali mengeluarkan ujung lidahnya, membuat intensitas sentuhan keduanya meningkat.Dante mengambil lengan Arthur yang tadi hanya tergeletak begitu saja di atas pinggangnya, menelusupkannya dibalik kaos oversized yang malam ini ia kenakan, dan membiarkan Arthur merasakan betapa tubuhnya panas namun tentu bukan hanya karena demam-nya.
Arthur tidak bisa menahan dirinya lagi. Maka seperti yang Dante inginkan, Arthur meregangkan telapak tangannya, merasakan punggung Dante yang hangat, sedangkan bibirnya menyentuh bibir Dante sekali lagi.
Dan kali ini mungkin tidak akan berhenti sebelum keduanya merasa cukup.
Arthur merasakan celana jeans-nya yang menggembung karena penisnya yang memang sudah mengeras sedari tadi membuatnya sulit bergerak dan tidak nyaman. Dante seperti sudah mengerti karena beberapa kali tadi pahanya sudah menyentuh bagian itu, dan betapa dirasakan Dante bahwa milik laki-laki itu bahkan sudah berada pada ukuran maksimalnya.
"I want you, Daddy..." pinta Dante dengan suara beratnya yang hampir hilang karena napasnya yang memburu, matanya sudah menyiratkan gairah yang tak terbendung.
Dante menginginkan Arthur menyentuhnya lebih dari sekedar ciuman...
Arthur yang masih berusaha menekan keinginannya mati-matian seketika luruh karena satu pernyataan Dante barusan, "are you sure?"
"This is my very first time, please do it slowly..." aku Dante, kembali membuat kedua mata Arthur membulat.
This is my first time too, for making love with a guy...
Arthur kembali mendekatkan wajah mereka, kembali mengecup bibir merona milik Dante, menuntut Dante membalas ciumannya dengan gerakan bergairah yang sama, sebelum akhirnya Dante menukar posisi tubuhnya dan merambat naik ke atas tubuh Arthur dengan perlahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Sassy Guy Next Door - Koo Junhoe & Kim Jiwon [END]
Fiksi PenggemarLaki-laki itu memiliki nama lengkap Arthur Ansel Van Aken, seorang Chef sekaligus pemilik restoran bintang lima terkenal, Le Quartier. Arthur memiliki usia terpaut cukup jauh dari Dante. Arthur juga terang-terangan menolak kehadiran laki-laki muda i...