Attention Seeker

735 75 14
                                    

Sudah satu minggu berlalu, semenjak kejadian malam itu, entah mengapa alasannya, namun Dante sedikit menarik diri walau tidak terang-terangan.
Seperti berangkat lebih cepat agar tidak perlu bertemu dengan Noé saat pagi hari. Atau beralasan ini-itu ketika si kecil kesayangannya itu meminta bertemu.

Sejujurnya, Dante menyesalkan mengapa Arthur harus memergokinya, walau akhirnya ia sendiri yang memilih tidak peduli dan melanjutkan perbuatannya. Karena masih ada rasa kesal yang belum hilang ketika Dante mengingat kejadian saat Arthur datang, dan alih-alih meminta maaf kepadanya seperti yang dikatakan Jo, laki-laki itu malah memiliki maksud lain dan lebih memilih bertemu dengan Nico.

Dante berpikir dirinya seperti dimanfaatkan karena tentu saja Nico tidak akan mau bertemu kalau bukan Dante yang memberitahukan kedatangan mereka.

Dengan tubuh yang bersandar pada wastafel pantry, Dante menggigiti ujung kukunya. Kepalanya masih saja penuh, oleh reaksi wajah Arthur malam itu.
Bukan reaksi, tapi lebih tepatnya tidak bereaksi apapun.

Tidak sama sekali.

Rasanya bukan kebiasaan Dante untuk meminta perhatian lebih dari laki-laki yang kelihatannya tidak memiliki minat kepadanya seperti para pelanggannya yang lain.

Jadi, ya... Biarkan saja lah.

Dante mengedikkan kedua bahunya berusaha membuang jauh-jauh ingatannya mengenai Arthur.

"Dante."

Suara Abel cukup mengejutkan Dante yang semakin tenggelam dalam lamunannya.
Gadis itu masuk ke dalam pantry yang sama dengan Dante, sambil tangannya membawa sebuah cangkir dan beberapa bungkus kopi instant. Wajahnya yang ceria itu tiba-tiba menelisik wajah Dante yang masam namun tetap manis dan selalu tampan menurutnya sebagai seorang Wanita dewasa.
Gadis itu lalu memberikan satu bungkus kopi instant tadi kepada Dante, dan disambut Dante dengan wajah berterima kasih, mungkin ia butuh kafein untuk membuat matanya lebih segar setelah beberapa hari ini tidurnya tidak pernah nyenyak karena pekerjaannya yang lumayan menumpuk.

Errr... Dan juga karena Arthur.

Dengan khidmat Dante menyeruput kopi instant-nya itu hangat-hangat, merasakan tenggorokannya perlahan terasa nyaman, dan semoga saja matanya juga bisa ikut-ikutan lebih terang dari pada tadi.

"Kak Arthur udah nemuin lo buat minta maaf, kan?"

Kedua mata Dante yang tadi masih terpejam karena menikmati minuman hangatnya itu tiba-tiba terbuka, kepalanya mengangguk, "udah, kok. Datangnya sama Jo juga."

"Sama Jo?"

"Yes..."

"Tapi Kak Arthur langsung kan yang minta maaf sama lo?"

Dante tidak langsung menjawab, kepalanya berpikir sebentar.

Rasanya yang meminta maaf kala itu adalah Jo, bukan Arthur.

"Kinda?" jawab Dante bahkan dengan tidak ada dari 50% keyakinannya kalau Arthur sudah meminta maaf.

Dahi Abel berkerut, lalu setelah satu tarikan napas lagi ia memutuskan bertanya, "Dante, lo enggak nyaman dengan Kak Arthur, ya?"

Dante hampir saja tersedak, untungnya tidak. Dalam hatinya ia bertanya mengapa Abel berpikiran bahwa Kak Arthur-nya itu membuatnya tidak nyaman, padahal jelas laki-laki itu memang menjaga jarak mereka dari awal. Jadi ya, laki-laki itu lah yang sebenarnya tidak suka dengan kehadirannya sedari awal, "enggak nyamannya?"

"Lo kayak menghindari Noé akhir-akhir ini," kata Abel berterus terang, "gue takut karena sikap Kak Arthur ke lo maka lo enggak mau dekat-dekat lagi sama Noé. Apa gue yang terlalu berlebihan, ya?"

The Sassy Guy Next Door - Koo Junhoe & Kim Jiwon [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang