Dante mematuhi perkataan Arthur dan mengikuti laki-laki itu yang langsung beranjak menuju parking lot milik MO Bar, setelah berhasil menggendong tubuh Noé yang sudah benar-benar jatuh tertidur. Malah Arthur dengan sabar sekali menunggu Dante mengenakan hoodie miliknya.
Sedangkan kedua mata Dante belum lepas memperhatikan segala gerak-gerik tubuh Arthur.
Bagaimana langkah kaki Arthur yang lebar dan khas. Cara Arthur membawa tubuh Noé dengan perlahan. Kedua lengannya yang besar dan terlihat berotot itu.Jangan lupakan sikap diam Arthur yang malah membuat Dante semakin penasaran.
Dan Dante menemukan satu tattoo lagi yang tercetak melingkari bahu Arthur yang lebar.
Membuat Arthur berkali-kali lipat terlihat jauh lebih gagah dimatanya.
Arthur meletakkan tubuh Noé di atas kursi penumpang BMW i8 miliknya, dan membuka pintu penumpang yang berada di sebelah kursi pengendara untuk Dante.
"Masuk," perintahnya masih dengan wajahnya yang menyeramkan.
Arthur sepertinya salah apabila berpikiran kalau Dante akan merasa terintimidasi, karena nyatanya tidak. Dante malah belum menanggalkan senyum manisnya sama sekali dari wajahnya, bahkan sejak tadi saat mereka masih di dalam Bar.
Perjalanan yang memakan waktu sekitar 1 jam itu akhirnya berakhir tepat ketika hujan juga turun. Arthur memarkirkan mobil mewahnya itu tidak jauh dari lift, agar dia tidak terlalu repot saat membawa tubuh Noé yang semakin besar dan berat.
Arthur mulai bersiap-siap turun ketika sudut matanya melihat Dante sedikit kesulitan untuk membuka seatbelt. Maka tanpa ada maksud apa pun, Arthur menyalakan lampu mobil yang berada tidak jauh di atas kepalanya sebentar, dan mendekatkan tubuhnya demi menolong Dante yang terlihat tenggelam di dalam balutan hoodie-nya. Karena hanya ujung jari jemari Dante saja yang terlihat keluar dari kedua lengan pakaian hangat milik Arthur.
Sebelum akhirnya, kali ini, tidak seperti malam-malam kemarin, dimana mereka terpisahkan oleh jarak, malah sangat berjarak, namun kini jarak itu tidak berlaku sama sekali.
Ujung hidung keduanya bahkan hampir bersentuhan apabila salah satunya memilih lebih dulu bergerak.
Arthur menahan napasnya.
Lagi-lagi, tubuhnya bahkan tidak menjauh. Entah mungkin karena laki-laki manis dihadapannya ini memang memiliki daya tarik yang tidak semua orang miliki, atau mungkin sebenarnya, sama dengan Dante, dirinya pun sama penasarannya.
Senyum Dante masih belum hilang, masih senantiasa terpeta pada wajahnya. Dan seperti malam-malam kemarin pula, kedua matanya terang-terangan membalas tatapan Arthur, tidak peduli seberapa dingin tatapan laki-laki itu, atau mungkin malah kini memandang rendah pada dirinya sejak malam terakhir mereka bertemu.
Seperti yang Dante bilang, dia sudah tidak peduli dengan anggapan Arthur, bukan?
Maka kemudian, tanpa pikir panjang, Dante meletakkan telunjuk kanannya ke atas permukaan bibirnya yang merona itu dan berkata, "wanna try to kiss me, Arthur?" dengan senyuman yang Dante berani bertaruh, mampu bisa menggoda siapa saja termasuk laki-laki dingin seperti Arthur.
Lalu telunjuknya kini menuding Arthur tepat pada bagian dada laki-laki itu yang terhalangi beberapa utas kalung, dan tattoo melingkar Arthur sekali lagi memanjakan kedua matanya, "you paid me," kata Dante lagi, kali ini dengan kembali menggigiti bibir bawahnya.
Bukan karena alasan sensual. Namun itu merupakan kebiasaan Dante ketika deguban jantungnya tengah menggila.
Tanpa Dante tahu betapa dahsyat efek dari sebuah gestur sesederhana itu terhadap tubuh Arthur.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Sassy Guy Next Door - Koo Junhoe & Kim Jiwon [END]
FanfictionLaki-laki itu memiliki nama lengkap Arthur Ansel Van Aken, seorang Chef sekaligus pemilik restoran bintang lima terkenal, Le Quartier. Arthur memiliki usia terpaut cukup jauh dari Dante. Arthur juga terang-terangan menolak kehadiran laki-laki muda i...