04. Banner yang Dibalik

32 22 5
                                    

Nusa, Tari, Arar, dan Risnu masih berada di rooftop hingga pukul setengah lima sore. Langit mulai kusam, matahari sudah benar-benar kehilangan kuasa mengeluarkan berkasnya. Sedangkan dari bawah mereka bisa mendengar samar-samar suara ramai orang yang beradu dengan suara bola membentur lantai dari area lapangan basket.

"Makasih Kak." Tari memecah suasana rooftop yang sejenak hening.

"Bukan ke Kakak, Tar. Tapi Papa," sahut Nusa menoleh ke arah Tari yang rambutnya terlihat berkibar oleh angin.

"Itu pasti. Tapi untuk kejutan ini. Kak Nusa, kan, yang rencanain ini semua." Tari membalas menoleh ke arah Kakaknya.

"Bukan." jawaban Nusa seketika membuat kening Tari mengernyit.

Nusa mengendikan dagunya ke arah sisi lain dinding pembatas di sampingnya."Ini ide mereka, Tar."

Mendengar itu Arar segera mengangkat tangan dengan jarinya yang membentuk huruf V, sedangkan Risnu menyengir lebar dengan menggaruk tengkuknya yang jelas tidak gatal.

"Awalnya Kakak cuma minta mereka buat bilang ke kamu kalau ada seseorang yang nunggu kamu di rooftop," jelas Nusa.

"Tapi mereka malah sok-sokan jadi penculik misterius yang sayangnya gak bikin Tari takut," sahut Tari menatap dua sahabat Kakaknya itu dengan kesal, lalu tersenyum meremehkan.

Dahi Nusa berkernyit samar. "Tapi, Tar. Kakak justru jadi khawatir karena kamu gak merasa takut waktu dibawa mereka dan malah nurut nggak melawan. Gimana kalau itu beneran orang jahat, kamu diam aja." Nusa merasa aneh, dia takut jika suatu saat Tari mengalami hal yang sama, tapi bukannya melawan Tari justru malah menurut.

Mendengar itu Tari tertawa kecil."Kak, Tari bukan anak SD atau TK yang mau nurut cuma karena diiming-imingi permen. Gimana Tari mau melawan kalau Tari tahu itu Kak Arar sama Kak Risnu. Lagian Tari yakin dua dayang Kak Nusa itu gak bakal macam-macam."

Dahi Nusa berkerut lagi. "Gimana caranya kamu tahu kalau itu mereka? Selain tadi waktu kamu injak kakinya Arar." Nusa mengalihkan tatapannya sekilas ke arah Arar.

"Gimana Tari nggak tahu kalau Tari hafal sama bau mereka." Jawaban Tari membuat Arar dan Risnu sontak mengendus seragamnya masing-masing.

"Emangnya bau apa?" Nusa bertanya dengan menahan tawa.

"Bau bunga bangkai sama bau kebohongan." Tawa Tari meledak, Nusa yang tidak tahan melihat wajah kusut dua sahabatnya itu ikut tertawa kecil.

Tari yang tidak tega melihat raut wajah Arar dan Risnu lalu berdeham lirih, berhenti tertawa."Tari cuma bercanda, Kak. Jangan baper. Lagian Kak Risnu juga, udah jam pulang sekolah tapi bau parfumnya nyengat banget kaya mau ketemu pacar."

Risnu gelagapan mendengar kalimat terakhir Tari.

"Tau tuh. Padahal kan cuma mau ketemu lo, Tar. Segala pakai acara mandi parfum segala."Arar berkomentar kesal.

Nusa yang merasa curiga kemudian melangkah mendekati Risnu, mendekap bahunya kuat sambil lalu melangkah pelan beriringan menuju pintu besi rooftop."Ada apa gerangan, seorang Arisnu harus repot-repot pakai parfum berlebihan cuma buat nemuin adik seorang Nusa, hah."

"Kayanya ada sesuatu nih," sahut Arar menggompori, mulai melangkah di belakang keduanya.

"DIEM LO RAR!" Risnu berteriak kesal."Ya apa salahnya sih, Sa, mau ketemu cewek pakai parfum. Emang lo PD ketemu cewek sedangkan lo bau sampah."

Tari yang berjalan dipaling belakang sedikit mengulas senyum mendengar itu.

***

Nusa ( N ) TaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang