04 : hug me?

275 30 1
                                    

Typo everywhere!!!

WARNING PLAGIAT DILARANG MENDEKAT!!!

" Can u hug me?"

🥀

Cuacanya cerah. Tapi tidak dengan  suasana hati milik Devano, entah apa yang membuatnya tiba-tiba tak enak hati hari ini. Mood nya memburuk dan ditambah orang rumah yang kian merusak moodnya, bahkan sekarang ia tak mood melayani pelanggan di cafe.

" Senyum dong Dev nanti pelanggannya kabur." Tegur lembut Aluna sambil mengusap pundak Devano.

"EH ... iya. Sorry-sorry." Devano sedikit terperajat akan usapan Aluna.

Aluna adalah salah satu karyawan dicafe milik mamanya, perempuan manis dan mandiri yang bekerja sambil kuliah ini adalah salah satu dari banyaknya perempuan yang menyukai Devano. Tapi sayangnya Devano hanya menyukai seorang Naina Nairatna, gadis yang ia kenal lewat virtual yang sayangnya tidak bisa ia paksa untuk bersatu karena beda keyakinan.

" Mas americano satu ya, sama rice bowl-nya satu." Devano kaget mendengar suara yang tak asing masuk ke daun telinganya.

" EH ... Dinar!!!" Panggil Devano kaget.

" EH ... Devano kerja disini?" tanya Dinar  memamerkan senyum manisnya pada Devano.

"Iya. Hehehe, americano sama rice bowl ya?" Tanya Devano mengulang pesanan milik Dinar yang dijawab dengan anggukan dan senyuman.

"Tunggu sebentar ya."

Setelah Devano memberikan pesanan milik Dinar ke chef kafenya memutuskan untuk keluar dari tempatnya, menyuruh Aluna menggantikannya sebentar. Sementara dirinya pergi menemui Dinar,

"Aluna!. Gantiin bentar ya gue mau nyamperin temen gue." Tanpa mendengar jawab an dari Aluna, Devano lebih dahulu jalan keluar meja kasir untuk menemui Dinar.

"Hai ..." Sapa Devano yang kini telah duduk didepan Dinar dengan senyum tampan andalannya.

"Hai ... kok kesini? nanti dimarahin loh."

"Enggak santai lagi nggak terlalu ramai kok, sendirian aja?" Tanya Devano.

"Iya nih sendiri, kebetulan anak-anak lagi diajak jalan-jalan unclenya."

Setelah menanyakan pasal kehadiran Dinar yang hanya sendirian, sunyi tiba-tiba hadir diantara mereka. Dinar yang sibuk melihat-lihat area desain cafe dan Devano yang sibuk melihat paras ayu Dinar.

"Btw..."

"Btw..."

Omongan mereka terpotong karena tanpa sengaja mereka berbicara ber-barengan, membuat keduanya menjadi agak kikuk sekarang

"Duluan aja." Ucal Dinar.

"Enggak kamu aja duluan."

Devano sebenernya nggak tau mau membicarakan apa , yang ia pikirkan sekarang hanya bagaimana caranya mengutarakan rasa ketertarikan nya terhadap Dinar. Lebih ke tertarik atau hanya kagum? Entahlah Devano pun bingung.

" Jo nyariin kamu kemarin aku jadi bingung jawabnya. " ucap Dinar diakhiri kekeh an.

" Aku emang ngangenin sih hahaha." Keduanya tertawa dibarengi datangnya pesanan milik Dinar.

"Silahkan dimakan." Ucap Devano mempersilahkan Dinar makan yang hanya dibalas dengan anggukan dan senyum manis milik sang perempuan.

Saking asiknya melihat Dinar yang tengah menyantap makanannya Devano jadi tak sadar jika Aluna memanggilnya dari tadi.

"Dev, itu dipanggil." Panggil Dinar menyadarkan Devano dari lamunannya.

"Eh.. dipanggil? " Devano terlihat mengerutkan dahinya bingung.

"Iya itu kamu dipanggil sama temanmu. "

"Oh oke, aku balik kesana dulu ya. Nikmatin makan siang kamu." Devano pergi meninggalkan senyumnya untuk Dinar yang setelahnya sibuk menghabiskan makan siangnya.

Sebenernya bukan tanpa alasan Aluna memanggil Devano agar kembali, ia hanya ingin Devano menggantikan dirinya terlebih dahulu. Karna ia harus mengambil jam istirahat siangnya sekarang,

" Aku mau istirahat dulu nggak papa kan kamu gantiin dulu, maaf ya jadi ganggu kamu yang lagi ngobrol." Aluna mengutarakan alasannya memanggil Devano.

" Iya Al santai aja kali nggak ganggu kok, udah sana istirahat dulu biar gue yang jaga ini."

Devano hanya menampakkan wajah ramahnya seperti biasa, setelah kepergian Aluna untuk beristirahat makan siang. Devano menjaga kasir sambil memperhatikan Dinar yang masih sibuk bermain hp sambil menyesap americano-Nya.

Tampaknya perempuan itu sudah selesai makan dan menyisakan americano-Nya, untuk sekedar menemaninya bermain hp sambil bersantai sejenak.

Devano tak tau akan perasaannya saat ini, terhadap Naina apa yang harus ia perjelas lagi?. Mereka memang sudah mengenal lama, walaupun hanya lewat chat tanpa tau foto aslinya sama sekali. Naina yang apa adanya pribadi yang blak-blakan dan nggak mau ribet juga tak suka berbasa-basi,

Berbanding terbalik dengan Dinar yang terlihat lembut juga ramah. Untuk Naina ia tak bisa untuk melanjutkan karna ia tak mau merebut perempuan itu dari Tuhannya "mama lagi sholat" kata-kata itu berputar terus diotaknya memberikan pertanyaan-pertanyaan rumit dikepalanya secara beruntun.

"Dev aku duluan ya semangat kerjanya." Devano mengerjap begitu ucapan pamit nan semangat dilontarkan Dinar untuknya.

Tak lupa dengan senyum manis yang lembut nan menawan milik perempuan itu,

"Hati-hati ya Din salam buat anak-anak." Devano melambai kan tangannya untuk mengantar kepergian Dinar dari cafenya.

"Siapa dek?" Tanya wanita paruh baya yang melihat Devano dan pintu cafe secara bergantian.

"Temen Bun." Jawab Devano santai dan beralih menangani pelanggannya yang malah mulai ramai setelah jam makan siang habis.

Satu hal yang tak disadari Devano saat ini adalah, bertemu dan melihat senyum manis dari Dinar meringankan mood tak enaknya yang berangsur membaik.

Jujur tadinya sempat terbesit pikiran bahwasannya meminta Dinar memeluknya tapi, apakah sopan jika seperti itu?

TBC

Hello semuanya aku balik setelah sekian lama menghilang, maaf banget baru update sibuk bgt cari kerjaan. Enjoy sama storynya ya jangan lupa kasih feed back vote dan komen, biar untuk kedepannya aku semakin rajin buat update cerita ini.

See ya salam hangat Sasaa🌻

Devano - jaehyun Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang