1. Keluarga Baru

5.7K 545 99
                                    

"Ughh.."

"Papa! Mama! Dia sudah sadar!" Teriak seorang anak berusia 6 tahun memanggil orang tuanya.

"Dia sudah sadar kak?" bukan sang papa maupun sang mama yang bertanya, tapi salah satu adiknya yang memiliki manik hijau muda.

Yang dipanggil kakak hanya berdehem tanda mengiyakan.

"Ughh.. dimana aku?" lirih Halilintar, manik ruby nya mengerjap menyesuaikan cahaya penglihatannya pada retinanya. Sesekali tangannya mengucek kedua matanya dengan cepat.

"Jangan buru buru nak, nanti matamu akan perih." ujar wanita satu satunya disitu dengan nada lembut, sebisa mungkin ia akan membuat anak itu nyaman tanpa merasa terganggu.

"Ayo kak diminum dulu." salah satu anak bermanik silver keemasan menyodorkan gelas bening berisi air minum tepat di bibir Halilintar.

Dengan perlahan anak itu meminumkan sedikit demi sedikit air dari gelas itu ke mulut Halilintar.

Merasa sudah agak baikkan, Halilintar menatap sekelilingnya, ia merasa asing sekarang, lalu siapa mereka yang ada di sekelilingnya?

"Kau pasti kebingungan dengan keadaan sekarang. Bagaimana kalau kita sarapan dulu sambil mengetahui dimana rumahmu?" Tanya pria dewasa yang merangkap sebagai kepala keluarga, walau sebenarnya ia tidak yakin dengan keadaan anak yang ia pungut itu.

Tidak ada respon, anak yang ditemukan semalam itu hanya menunduk menyembunyikan raut wajahnya.

"Bagaimana kalau kau sarapan disin-"

"Aku dibuang."

"Apa?" percayalah kalau ia Masih belum tuli, tapi hanya untuk memastikan pemikiran buruk yang sejak awal memenuhi pikirannya saat menemukan anak itu.

"Aku tidak bingung dengan keadaanku. Orang tuaku membuangku tadi malam dan mereka tidak mau aku kembali maupun melihatku bahkan terhadap Adik-Adikku, dan aku bisa menyimpulkan kalau anda menemukanku saat aku dipinggir jalan semalam." jawab Halilintar tenang dan lancar seolah tidak ada beban dalam kalimatnya yang ia lontarkan. Sayangnya itu semua tidak berlaku pada dua orang dewasa yang ada disana. Karena mereka tahu kalau anak itu mencoba kuat dan tegar pada keadaannya yang sekarang. Mungkin beberapa orang disana masih belum paham dengan situasi Halilintar.

Pada saat itu dan detik itu juga, pria itu paham. Sangat paham malah dengan keadaan anak itu.

"Baiklah, kalau begitu biar aku perkenalkan keluargaku agar kau tidak menganggap kami orang asing." Pria itu menepuk punggung satu persatu ketujuh anaknya. Bukan mimpi atau sekadar khayalan belaka, tapi benar benar tujuh putra dengan tinggi yang berbeda beda, mungkin karena usia? Tapi sudah lah. Halilintar membiarkan orang yang memungutnya itu memperkenalkan keluarganya terlebih dahulu saja.

"Ini anak pertamaku, Voltra Rionard." Anak yang diperkenalkan bernama Voltra itu memiliki manik Ruby kehitaman, ekspresinya sedikit kaku tapi tetap mencoba tersenyum padanya.

"Lalu anak keduaku, Beliung Candrasta." Beliung memiliki manik Biru tua Sapphire seperti di tengah lautan dan juga sedikit Hyperactive kalau dilihat dari senyumnya yang lebar.

"Anak ketigaku, Kristal Revano." Kristal yang diperkenalkan tersenyum ramah dan jangan lupa manik Hijau Mudanya yang berkilau seperti permata yang indah. Ia sempat terpesona dibuatnya. "Mereka bertiga kembar dan umur mereka 6 tahun."

"Anak keempatku, Nova Raffael." Nova itu terlihat sangat Hyperactive dengan manik jingga kemerahan yang menyala nyala seperti api abadi. Mengingatkan Halilintar pada salah satu adiknya.

"Anak kelimaku, Blizzard Daniel." Blizzard memiliki manik Baby Blue yang begitu menenangkan seperti terkena angin sepoi sepoi di pagi hari. "Nova dan Blizzard juga kembar, tapi mereka 1 tahun lebih muda dari kembar tiga pertama."

"Anak keenamku, Balak Samuel. Tapi terkadang ia lebih suka dipanggil Rimba." Rimba memiliki manik bulat Emerald seperti daun pohon pinus yang menyegarkan, dan wajah yang imut itu sedikit membuatnya gemas tanpa sadar.

"Dan yang terakhir, anak bungsuku, Gamma Arvino." Gamma menggunakan kacamata model visor berwarna jingga. Ia bisa pastikan kalau dibalik kacamata itu manik asli Gamma adalah Silver Terang. "Mereka juga kembar, tapi Gamma yang paling terakhir saat lahir, dan umur mereka 4 Tahun."

"Ini istriku, Rusty Adinia." Pria itu merangkul istrinya erat. Halilintar menatap dengan tatapan datar andalannya, mau pamer mesra didepanya gitu maksudnya? Awas saja kalau ia embat, biar tahu rasa. Tunggu! Kenapa jadi melantur kesana.

"Dan aku-" Halilintar menghembuskan nafas senang, akhirnya pria itu sampai dibagai memperkenalkan dirinya. Tidak tahukan pria itu kalau sedari tadi ia menunggunya dengan sabar. Antusias. Entahlah, ia juga tidak mengerti dan tidak mau pusing sendiri.

"-Retak'ka Alexander." Pria bernama Retak'ka itu tersenyum bangga saat memperkenalkan dirinya. Halilintar yakin kalau pria itu penuh kepercayaan diri yang tinggi.

"Kak, nama kakak siapa?" Suara riang Nova sukses membuat Halilintar menoleh pada anak itu. Ia tersenyum tipis, sangat tipis sampai sampai harus memiliki penglihatan tajam untuk melihatnya, dan Untungnya Retak'ka dengan Voltra memiliki penglihatan tajam itu.

"Halilintar." Singkat, padat dan jelas. Tapi entah kenapa anak yang diketahui bernama Rimba, Beliung, Blizzard, Kristal dan Gamma terlihat sangat mengagumi nama itu. "Dan umurku 7 tahun."

"Wah! nama kakak keren. Aku panggil kak Hali ya? Imut soalnya kalau aku panggil begitu. bolehkan?" Rimba berseru dengan wajah polos penuh kekaguman.

Halilintar mengernyit heran yang tidak lama ia angguki permintaan bocah imut itu. Sekeren itukah namanya bagi anak itu. Entah kenapa rasa senang melingkupi hatinya. Ia sampai lupa  kalau kenyataan pahit barusan menimpanya semalam. Dibuang orang tua sendiri huh? lupakan saja, walau rasa sakit hati masih sedikit membuat hatinya hancur.

"Namamu Halilintar saja?" tanya Retak'ka yang dibalas anggukan sang empu nama. Retak'ka menopang dagu, ia melirik sekilas anggota keluarganya yang kebetulan menatapnya penuh binar. Heh, jarang jarang sekali anak anaknya ini sangat antusias pada orang asing. Sepertinya anak yang ia temukan itu memiliki pengaruh dan daya tarik yang begitu besar pada keluarganya. Ah, iya juga ya.

"Baiklah. Mulai sekarang namamu Halilintar Leonard. Dan selamat datang di keluarga Alexander. Aku harap kau akan menjadi kakak sulung bagi anak-anakku. Dan tentunya tidak ada penolakan."

Yang bisa Halilintar dengar setelah itu adalah sorakan gembira tujuh anak berparas sama dengan usia yang berbeda, lalu pelukan hangat seorang wanita satu satunya disana yang membuat Halilintar merasa hangat, dengan perlahan ia balas pelukan hangat itu tidak kalah erat disusul anggota keluarga lain yang juga ikut memeluk Halilintar.

"Selamat datang kak Hali!"

Seru tujuh anak itu penuh semangat. Padahal Halilintar belum menjawab, tapi ya sudahlah, setidaknya disini ia lebih mendapat kasih sayang yang ia impikan sejak lama.


Kamis, 06 Mei 2021

My Big BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang