3. Kelas Baru

3.7K 378 54
                                    

Halilintar memberhentikan mobilnya begitu sampai di sekolah adik-adiknya. Satu persatu mereka keluar dari mobil begitu juga Halilintar.

Banyak yang terkagum kagum begitu Halilintar keluar dari mobil. Bagaimana tidak kagum kalau Halilintar itu sudah tinggi, tubuhnya tegap, sorot tajam dari mata ruby dari wajah datarnya penuh pesona yang membuatnya terlihat cool dan wajah tampan yang semakin membuatnya lebih terlihat sempurna.

"Kristal. Kakak serahkan jatah uang jajan kalian padamu." Halilintar menyerahkan amplop coklat yang agak tebal pada adik ketiganya itu. "Lalu Nova, Blizzard, Rimba, Gamma. Ini hari pertama kalian di jenjang SMA, jadi jangan kecewakan Mama dan Papa yang bekerja untuk kita."

"Siap kak! Tenang saja, Gamma nanti yang akan selalu mendapat peringkat 1 di sekolah. Kan Gamma jenius seperti kakak." sombong Gamma sambil menepuk dadanya bangga.

Saudaranya yang lain memutar bola matanya malas. Mulai lagi nih anak songongnya. Batin mereka Kesal.

Halilintar terkekeh dan langsung menepuk satu persatu pucuk kepala tujuh adiknya yang tidak terhalang apapun.

"Kalau begitu kakak berangkat kuliah dulu ya. Belajar yang rajin, nanti Kakak juga jemput kalian saat pulang sekolah." pamit Halilintar sebelum masuk ke dalam mobilnya sembari melempar senyum hangat yang di balas mereka bertujuh.

Setelah memastikan sang Kakak pergi dari kawasan sekolah. Barulah senyum tujuh anak itu luntur lantaran menatap tajam orang-orang terutama siswi-siswi yang sebelumnya berteriak histeris ketika melihat Kakak mereka, terutama saat senyum sang Kakak yang di khususkan untuk mereka bertujuh.

"Oh ya, Nova dan Rimba masuk IPS kan?" tanya Beliung memastikan.

"Iya kak." jawab mereka kompak.

Beliung tersenyum Lebar, "Yuk kakak antar ke kelas kalian. 10 IPS 1 kan? Kebetulan kelasnya di sebelah tangga kelas Kakak, jadi sekalian."

Tanpa membuang waktu Rimba dan Nova langsung mengikuti Beliung yang mendahului mereka. Tidak lupa di sepanjang perjalanan mereka bertiga terus berteriak entah meneriakkan apa hingga tanpa sadar telah menjadi pusat perhatian siswa siswi sekitar.

"Dasar mereka itu." dengus Voltra kesal.

"Biasalah Kak. Namanya juga trio trouble marker stadium akhir. Gak bisa diem, ngegas mulu kalo ngomong sampai mau tuli telingaku." gerutu Gamma pelan yang masih bisa di dengar 3 kakaknya.

"Ya sudah yuk ke kelas. Sekalian kakak antar ke kelas baru kalian. Mumpung tahun ini kakak dan kak Voltra Satu Kelas, dan kelasnya juga searah dengan kelas kalian. Cuma sebelahan sih. IPA 1 kan?" Kristal tersenyum lembut, Lalu mendahului 3 saudaranya yang masih berdiri terdiam.

Blizzard dan Gamma dengan segera mengejar kakak keempatnya itu yang semakin menjauh dari pandangan mereka. Sementara Voltra mendengus kasar dengan tingkah ketiga saudaranya, dengan santai ia berjalan menuju kelasnya sambil tangannya ia masukkan ke dalam saku celana.

"Meniru gayanya kak Hali enak juga ternyata. Terkesan lebih cool jadinya." gumang Voltra tanpa sadar dan sedikit narsis? Untung dirinya sendirian jadi tidak ada yang terlalu memperhatikan. Yah, kecuali para fansnya dari kejauhan yang semakin histeris akan hal itu.

"Kak Voltra buruan!" omel Kristal yang baru menyadari jika Kakaknya tertinggal dibelakang.

"Iya iya, kakak kesana." Voltra mempercepat langkahnya. Bukannya takut atau apa, cuma ia hanya ingin segera menghentikan ocehan adik keduanya itu.

Tanpa disadari Voltra jika sedari tadi ada yang memperhatikannya di gedung lantai atas.

"Wah, kak Voltra niruin gayanya kak Hali nih. Enaknya nanti dikerjai apa ya?" orang itu terlihat berpikir. Tapi pikiran jahilnya segera buyar saat seseorang menepuk bahunya dengan sangat keras.

"KakVoltrasempaknyapink!" latah Beliung.

"Hah?!... Beliung! bentar lagi guru datang. Kamu mau dihukum lagi kayak pas akhir kelas 10?!"

Wah, Beliung melamun memikirkan ide jahil untuk kakak merah keduanya sampai-sampai tidak sadar jika Bel sekolah sudah berbunyi ternyata.

"Eh pak ketua."

"Pak! Pak! Aku lempar dari sini tahu rasa kamu!" marah si ketua kelas, tepatnya mantan ketua kelas, Sai Renawa.

"Kok jahat!"

"Masuk atau..." Sai melepas sepatu kirinya. Sebelum ia akan melempar, Beliung sudah tidak ada di hadapannya.

Sai mendengus dengan kelakuan pemuda serba biru abu itu. "Sepertinya ada yang belum masuk di kelasku." gumang Sai yang sedari tadi memperhatikan kelasnya. "Mungkin telat." dengusnya bodo amat.

"Yah, kok kak Sai gak jadi lempar kak Beliung dari situ sih." celetuk seseorang yang sedari dari memperhatikan Beliung.

"Padahal nantikan bisa seru ya gak kak Nova." Rimba mendengus kecewa.

"Iyalah." sahut Nova yang juga terlihat kecewa.

Dasar adik adik laknat!

...

Sebuah mobil baru saja tiba di depan pagar sekolah. Terlihat enam remaja dengan tinggi yang berbeda beda turun dari mobil yang cukup mewah dan besar itu.

"Ini uang jajan kalian." seorang pria dewasa yang tidak turun dari mobil terlihat menyerahkan sebuah amplop coklat yang berisikan uang yang sedikit tebal pada salah satu anak anaknya. "Ayah kerja dulu ya. Rajin rajin belajarnya." lanjut pria itu, Amato Aditama.

"Baik Ayah." jawab anak yang beriris madu memberikan senyum tipis yang terlihat dipaksakan pada Ayahnya. Berbeda dengan saudara saudaranya yang hanya membalas dengan deheman atau bahkan tidak merespons sama sekali.

Amato hanya bisa tersenyum kecut dengan respon keenam anaknya. "Ayah pergi dulu, jaga diri kalian. Ingat untuk Berdikari, saat ini Ayah belum ada waktu untuk kalian."

Setelah mobil sang Ayah sudah tidak terlihat, barulah salah satu dari mereka bersuara setelah beberapa menit hening.

"Berdikari! Berdikari! Berdikari saja yang selalu Ayah katakan." gerutu remaja beriris jingga.

"Dan lagi pula, Ayah dari kita kecil selalu tidak ada waktu untuk kita." timpal remaja beriris silver.

"Sudahlah, lebih baik kita masuk ke kelas baru kita." remaja beriris madu mencoba mencairkan suasana yang sedikit tidak mengenakkan pada saudara saudaranya.

"Kak Taufan kelas barunya 11 IPS 1 kan? Sekalian ajak Blaze dan Thorn, mereka 10 IPS 1. Buruan! 15 menit lagi gurunya datang!" omel remaja beriris madu itu.

"Iya iya Gem. Blaze, Thorn Ayo."

"Ice, Solar ikut kakak, kelas kita searah. Kalian 10 IPA 1 kan?"

Dua remaja yang disebut namanya menganggukkan kepala.

"Kalau kak Gempa dikelas 11 IPA berapa?" tanya salah satu dari mereka yang beriris silver.

"IPA 1." jawabnya lalu bergegas karena takut telat dihari pertama menuju kelasnya yang sudah ia cari tahu letaknya tempo hari.

"Kak Gempa tunggu! Kami jangan ditinggal!"

Minggu, 09 Mei 2021

My Big BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang