6. Menjemput >Part 2<

3.1K 382 41
                                    

"Kristal lama banget sih! Aku lempar ularnya Gamma aja nanti pas sampai rumah." gerutu Beliung dibawah pohon dekat parkiran. Kakinya menendang nendang kerikil yang ia lihat ke arah pohon di depannya.

"Yakin mau lempar kak Kristal pakai ularnya Gamma?" tanya Nova yang menyeringai jahil. Ada bahan untuk dijahili, sikat sekalian.

"Pasti besok kak Kristal bakal beli teflon baru lagi." timpal Rimba tiba tiba. Tidak lupa seringai tipis tersungging di wajah polosnya.

"Dan kak Beliung dijadikan makanan ularnya Gamma." sambung Nova semakin gencar menjahili Beliung yang gemetaran.

Beliung sudah pucat pasi, mengerjai Kristal bukanlah ide bagus. Bisa bisa kepalanya benjol terkena pukulan kasih sayang teflon adiknya itu dan Gamma akan menjadikannya makanan ular kesayangannya jika berani mengusik.

"Jangan di ingat kan." pundung Beliung dibawah pohon yang sebelumnya ia tendangi dengan kerikil.

Tawa Nova dan Rimba pecah melihat kakak mereka pundung dengan aura suram yang menyelimutinya. Jarang jarang mereka bisa mengerjai kakak biang kerok yang super jahil itu. Ya walau mereka juga sama saja sih, tapi sangat jarang jika mengerjai salah satu dari mereka bertiga.

"Beliung!" seru sebuah suara cempreng dari remaja serba biru putih yang berjalan mendekati Beliung.

Beliung yang merasa terpanggil menoleh. Ia melihat Taufan dan kedua adiknya menghampirinya.

"Taufan? Blaze dan Thorn kan?" tanya Beliung memastikan.

"Iya kak." jawab Thorn dengan wajah polosnya dan imut.

"Kalian belum dijemput?" tanya Taufan penasaran.

"Sudah kok, tenang saja. Kakak kami sedang di perjalanan." balas Nova dengan senyum lebar penuh semangatnya.

"Kalau kalian?" tanya Rimba yang gantian penasaran.

"Sudah kok. Itu." Taufan menunjuk salah satu mobil yang cukup besar. "Kami hanya menunggu Gempa, Ice dan Solar."

"Oh."

"Beliung, Nova, Rimba. Kalian menunggu kakak kalian kan?" seorang remaja sekitar berumur 18 tahun tiba tiba muncul di hadapan Beliung. 

Beliung hampir saja akan melempar tasnya ke wajah remaja di hadapannya yang sukses telah membuatnya terlonjak kaget.

"Kak Kaizo? Ngapain kesini?" tanya Beliung dengan nada kecewa yang sedikit ia netralkan. Ia menghela nafas pelan, Kenapa malah mantan kakak kelas rambut pantat ayam yang datang? Kan dia maunya kakak merah ruby kesayangannya.

"Jemput aku lah. Kalian melupakan aku ya? Cih." tiba tiba saja remaja yang hampir mirip dengan Kaizo muncul di samping Rimba.

"Landak!"

"Hoy!"

"Prtth." Kaizo sebisa mungkin menahan tawanya, Tidak peduli dengan adiknya yang semakin menatapnya tajam, meminta dirinya untuk berhenti tertawa.

"Oh ya, kakak kalian nampir ke supermarket tadi, katanya mau beli bahan makanan untuk permintaan adik adiknya yang rewel minta di masakkan makanan siang. Prtth."

Wajah Beliung dan Nova memerah malu mengingat kejadian tadi pagi yang meminta dimasakkan makanan oleh kakak tertua mereka. Manakala Rimba malah berbinar senang begitu mengetahui akan makan masakan kakak tersayangnya.

"Kakak pulang dulu ya, Kasihan si landak ini yang tadi pagi bilang minta dimanja pas sampai rumah."

"Aku gak pernah bilang ya!" protes Fang tidak terima.

My Big BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang