8. Gelas Erlenmeyer

3.1K 349 70
                                    


Solar masuk kedalam supermarket setelah memarkirkan motornya. Kedua kakinya melangkah menuju rak peralatan kimia setelah hampir menyusuri bagian bagian rak tempat supermarket itu.


Ingatkan jika ia baru pindah kemarin? Jadi wajar saja jika ia tidak terlalu hafal tempat apalagi kalau harus menyusuri tempat satu persatu dan karena lupa atau apa ia tidak melihat papan pemberitahuan jenis barang yang tergantung diatasnya sejak tadi.

.

.

.

Halilintar turun dari mobilnya begitu sampai di sekolah tempat adiknya berada. Kaki jenjangnya berjalan memasuki area sekolah menuju ruang klub karate yang ia hafal, sekaligus tempat adik pertamanya berada saat ini.

Cklek!

Manik ruby Halilintar menyusuri ruangan yang ia buka barusan, mengabaikan banyak pasang mata yang memperhatikannya. Ada yang menatapnya bingung penuh tanda tanya dan ada yang menatapnya dengan penuh kekaguman. Tidak berubah. Adalah 2 dua kata yang melintas di pikiran Halilintar saat ini.

"Kak Hali."

"Master Halilintar!"

Halilintar menatap datar anggota klub yang berada di dalam ruangan kecuali adiknya, Voltra.

"Apa masih belum selesai?"

"Sudah kak. Baiklah terima kasih atas kerja samanya dan semoga kita disini dapat melanjutkan untuk mengharumkan nama sekolah kita tercinta yang mendapat juara pertama selama 3 tahun berturut turut. Kalian boleh pulang sekarang dan kunci ruang klub aku serahkan pada sekretaris. Tetap semangat dan sekali lagi mohon kerjasamanya."

Halilintar mendengus geli pada adiknya yang berbicara panjang lebar tetapi dengan wajah datar bagaikan tembok di sebelahnya. Tapi sepertinya ia harus menarik pemikirannya barusan mengingat jika dirinya 11/12 dengan adiknya ini.

Semua anggota karate yang berada di ruangan itu mengangguk mengerti. Tingkat 3 dan 2 menatap Halilintar penuh kekaguman saat akan melewatinya.

"Master Halilintar, tahu kah kalau Voltra menjadi ketua klub menggantikan anda." ujar salah satu anggota yang mendekatinya dengan nada yang terlihat bersemangat. Bisa Halilintar yakini jika anggota itu berada di tingkat 2, entah namanya siapa yang jelas ia lupa tapi ia angguki dengan senyum tipis.

"Senior?" panggil salah satu anggota tingkat 1 pada senior tingkat 2 yang berada di sebelahnya secara berbisik.

"Ada apa?"

"Dia siapa?"

"Dia adalah mantan ketua klub karate yang baru lulus tahun Ini, dan dia juga yang selalu mendapat juara 1 bahkan beberapakali ditingkat internasional selama 3 tahun berturut turut." terang senior tingkat 3 yang mencuri dengar bisikan dua juniornya.

"Woww!"

Banyak yang mencuri dengar dengan pembicaraan itu, terutama junior tingkat 1. Mereka menatap Halilintar yang masih menunggu Voltra membereskan peralatannya dengan tatapan dingin. Yang benar? Tapi jika diperhatikan lagi manik ruby dan wajahnya yang tampan terlihat tegas itu memberi kesan tersendiri pada setiap orang. 'Keren' dan 'Menyeramkan'. 2 kata itu mungkin sudah biasa bagi Halilintar Leonard yang bagaikan raja para predator. Mereka merasa seakan terhormat dapat melihat langsung sosok yang begitu mengagumkan.

"Sudah kak." Voltra berdiri di hadapan Halilintar dengan tas kesayangan pemberian sang kakak yang sudah tersampir di punggungnya. Halilintar langsung keluar dari ruangan yang dulu pernah ia anggap seperti kamarnya sendiri sejak pertamakali memasukinya kelas 10, Voltra melambai singkat sebelum keluar menyusul Halilintar.

My Big BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang