5. Menjemput

3.2K 386 46
                                    

Halilintar termenung, tangannya sejak tadi mengaduk kopi hitam dingin pesanannya bosan. Kaizo izin ke kamar mandi. Tapi mengapa sahabatnya itu lama sekali. Hampir 1 jam mungkin.

"Dia itu ke kamar kandi ngapain sih? Tidur?" gerutunya kesal. Sesekali umpatan penuh kasih sayangnya keluar dari mulutnya.

"Maaf lama Hali. Adikku menghubungiku katanya sekolah pulang cepat." Kaizo, si rambut model pantat ayam yang telah membuat Halilintar menunggu lebih dari 30 menit sendirian disalah satu meja cafe langgannya.

"Kenapa pulang cepat?" tanya Halilintar sedikit penasaran setelah mengingat jika adik sahabatnya itu satu sekolah dengan adik adiknya.

"Gurunya rapat. Lebih baik kita cepat jemput adikku dan adik adik posesifmu."

"Siapa yang posesif?"

Kaizo memutar bola matanya malas. Halilintar dengan santai malah menyeruput kopi hitam dinginnya yang tinggal seperempat itu hingga ludes habis tanpa tersisa.

"Adik adikmu lah!" seru Kaizo kesal. Perempatan imajiner tidak lupa menghiasi pelipisnya yang tertutup surai ungu gelap.

"Oh."

Buang sahabat ke kandang singa boleh gak sih. Tapi setelah dipikir pikir malah singanya yang takut dengan Halilintar. Namanya saja Halilintar Leonard. Rajanya singa gitu.

"Mau lemana?" tanya Kaizo bingung saat Halilintar berdiri.

"Nyari sempak." ingin rasanya Halilintar melempar meja yang berada di sampingnya ke wajah Kaizo yang seperti orang dongkol baru mendapat smartphone.

"Ya bayar pesanan lah, terus jemput adik adikku dan adikmu."

"Oh iya ya."

Fix, Halilintar ingin melempar meja ke wajah si pantat ayam itu saking kesalnya. Hawa dingin sejak tadi menguar dari dirinya, sampai sampai pelayan yang akan melewatinya harus mengambil jalan lain saking dinginnya karena arah angin AC.

"Ya sudah, kita jemput mereka." Kaizo bergegas menuju mobilnya sebelum dilempar meja oleh Halilintar yang semakin kesal padanya. Hehe, sekali sekali mengerjai sahabat merahnya itu tidak apa apa kan? Apa lagi saat melihat ekspresi yang jarang ditunjukkan Halilintar.

Hawa dingin Halilintar menguar semakin kuat saat Kaizo pergi meninggalkannya hingga dirinya ke kasir untuk membayar.

Sungguh malang nasib penjaga kasirnya yang seperti tikus dihadapan singa yang siap memangsa itu. Dengan takut takut penjaga kasir menyerahkan uang kembalian dan memberikan salam formalitas untuk setiap pelanggan yang berkunjung.

"Kakiku lemes rasanya."

Poor penjaga kasir.

~~~

SMA Internasional Rintis.

"Hari ini pulang cepat karena guru guru mengadakan rapat. Ingat, pulang! Jangan keluyuran!" seru guru itu sebelum melangkah keluar dari kelas 11 IPA 1.

"Kak Voltra masih belum kembali. Aku cek klubnya deh." Kristal membereskan perlengkapannya dan perlengkapan di depan mejanya, bangku Voltra.

"Kristal, kamu sudah dijemput?" tanya Gempa yang tiba tiba muncul dari samping kanan Kristal.

"Huawaaah! Astaga Gempa! Kau mengagetkanku." Kristal mengelus dadanya, menenangkan detak jantungnya yang tiba tiba berpacu dengan cepat. Kaget, tentu saja, masa jatuh cinta.

"Ma-maaf." sesal Gempa sambil menundukkan kepalanya.

Kristal yang pada dasarnya sejak dulu tidak tegaan memutuskan untuk memaafkan saja. Toh juga tidak sengaja.

My Big BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang