9. Merindu

3.3K 353 165
                                    

Solar dengan lesu masuk kedalam kamarnya yang berada dilantai 2, menghiraukan tatapan tanda tanya dari kakak kakaknya. Tenaganya seolah olah menghilang. 1 set gelas erlenmeyer dengan erat ia peluk seolah tak ingin menyerahkannya pada siapa pun.

Gempa yang melihat adik bungsunya berjalan dengan lesu ke dalam kamar pun bertanya tanya, ada apa dengan Solar? Apa terjadi sesuatu? Hanya 2 cara untuk mendapat jawaban, bertanya langsung atau mencari tahu sendiri. Ia coba opsi 1 dulu.

"Solar? Apa terjadi sesuatu padamu saat pergi tadi?" tanya Gempa yang masuk ke dalam kamar bernuansa putih cream itu. Manik madunya melihat Solar yang hanya diam menatap 1 set gelas erlenmeyer itu dengan pandangan kosong. Baiklah, Gempa tidak tahan jika seperti ini jadinya. Memangnya apa spesialnya benda mati dalam dekapan adik bungsunya? Ia tahu sih adiknya ini suka bereksperimen, tapi tidak sampai begitu kan?

Di abaikan adik sendiri itu sakit loh.

"Gem, ada ap-

BUGH!

-ADUH?!" Taufan yang tiba tiba muncul seperti hantu, tanpa sengaja Gempa yang kaget di depannya langsung memukulnya dengan cukup kuat.

"Kok aku dipukul sih?!" protes Taufan tidak terima, tangannya memegang area yang mendapat bogem mentah dari adik pertamanya itu. Manik sapphirenya beredar menatap sang adik bungsu yang sama sekali tidak terganggu dengan keributannya dengan Gempa.

Oke, kalau seperti ini mereka juga tidak akan betah dengan sikap Solar yang berubah tiba tiba. Pasti ada sesuatu yang terjadi ketika remaja serba putih abu abu itu pergi dan kenapa ia hanya menatap kosong pada benda mati dalam dekapannya? Lebih baik memandang bang Taufan yang jelas jelas sangat tampan ini. Pikir Taufan sih pengennya gitu tapi beda hal dengan Gempa yang malah menatapnya jijik.

Adik luknut.

Taufan memijit keningnya pusing. Otaknya tidak terbiasa memikirkan hal hal rumit seperti ini. Ia menatap Gempa, Gempa juga menatapnya dengan pandangan yang sulit diartikan.

Ini kenapa jadi tatap tapan?

"Apa?"

Gempa menatap kakaknya yang paling susah diam itu dengan tatapan datar. Bisakah kakaknya itu peka dikit? Gempa capek tahu.

"Ini Solar mau digimanain?" bisiknya pada Taufan sambil menunjuk Solar yang masih betah menatap kosong benda dalam dekapannya. "Aku sudah bertanya padanya tapi tidak dijawab."

"paling di putusin pacar jadinya menggalau seperti it-

CTAK!

-ADUH! KOK DIJITAK SIH?!"

Gempa menatap Taufan yang kini mengelus dahinya yang kemerahan dengan tatapan desal.

"Serius sedikit lah kak." kenapa malah Gempa yang jadi pusing sekarang. Kakaknya itu... Ugh! Pengen ia buang ke kandang buaya. Tapi, masa buaya sama buaya? Gak Logis dong.

Sementara dilantai bawah Blaze sedang menonton tv serial Boboiboy Galaxy, Ice yang seperti biasa tidur atau hanya pura pura tidur di sofa sebelah kanan Blaze, sementara Thorn yang memandang satu foto yang terlihat agak usang karena usia itu dengan pandangan yang tidak bisa dimengerti. Namun, percayalah jika sebenarnya pikiran mereka berkelana kemana mana. Tidak dipungkiri juga kalau sebenarnya mereka khawatir dengan Solar, tapi sudah ada Taufan dan Gempa yang bisa diandalkan untuk mengecek kondisi Solar.

Mawar yang melihat perilaku anak anaknya yang berubah sejak beberapa tahun lalu hanya bisa menghela nafas sendu di dapur. Ia sedang menyiapkan makan malam untuk nanti, walau masih di penuhi dengan suasana suram meskipun mereka sudah pindah dari rumah lama.

My Big BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang