Bab 2. Terimakasih untuk yang bersedia melirik. Sebenarnya untuk Baby Ling udah selesai nulisnya. Tapi ya itu. Di buku tulis hehe. Ngetiknya di hape jadi mesti pelan2. Maklum jarinya jempol semua. Ya sudahlah. Selamat menikmati.....
A-Ling cemberut sepanjang perjalanan ke Gusu. Perginya hanya diantar ayah dan bunda. Tadi sih kakek nenek Jin juga rempong pengen ikut antar A-Ling. Tapi Jin Zixuan tidak memperbolehkan. Ngantar satu bocah saja kok macam transmigrasi, semua ngikut. Akibatnya, sebelum berangkat tadi terjadilah drama perpisahan dengan kakek nenek Jin. Membuat Jin Zixuan mendengus sebal akan ke-lebay-an mereka bertiga. Najis banget sih, macam A-Ling akan pindah ke Pluto saja. Ada pula adegan saling jambak dan pukul-pukul manja antara A-Ling dengan Xuanyu. Membuat nenek Jin berteriak emosi dan memukuli pantat Xuanyu.
Menggunakan kereta cepat sejenis shinkansen saja, masih perlu waktu satu jam. Coba saja kalau mereka pakai mobil. Bisa jadi pantat seksi A-Ling tepos begitu sampai Gusu, saking lamanya harus duduk. Di Jiangnan, wilayah tempat Gusu berada, tidak ada bandara sih. Kalau mau lewat udara, ya harus sewa helikopter. Ayah A-Ling mana sudi buang-buang duit.
Jin Zixuan dan Jiang Yanli tidak mempedulikan A-Ling yang sedang merajuk macam nona muda. Mereka malah asik pacaran. A-Ling menggerutu dalam hatinya, hargai dikit kek perasaan A-Ling yang masih jomblo ini. Dasar tidak ingat umur.
Mereka tiba di stasiun kota Caiyi, kota terdekat dari Gusu, beberapa saat sebelum waktunya makan siang. A-Ling, yang perutnya sudah konser, langsung merengek minta maem di MakDona dulu, mumpung masih ketemu peradaban modern. Habisnya, Gusu itu mirip peradaban jaman kultivator sih. Padahal, A-Ling belum pernah ke Gusu. Cuma dengar cerita paman Zixun, yang sempat setahun sekolah di Yunshen, sebelum minta balik Lanling karena enggak betah. Jin Zixuan dengan tegas menolak permintaan A-Ling. Karena mobil jemputan mereka, kiriman dari Wei Wuxian, sepupu Jiang Yanli, sudah menunggu.
Dari Caiyi butuh sekitar 30 menit untuk sampai ke kaki gunung, lanjut sekitar 40 menit menanjak, untuk tiba di lereng tempat berdirinya Yun Shen Buzhi Chu. Wilayah kediaman keluarga besar Lan termasuk lokasi sekolah asramanya. Kata bunda seluruh pegunungan itu adalah tanah pribadi keluarga Lan.
Mereka pun akhirnya sampai di Jingshi, paviliun milik Lan Wangji. Wei Wuxian sudah berdiri menanti mereka di depan pintu Jingshi sambil nyengir lebar.
"Jiejie!" seru Wei Wuxian heboh seraya memeluk Jiang Yanli dan mengecup kedua pipinya. Tidak menggubris Jin Zixuan yang sudah mengeluarkan sinar laser imajiner dari matanya.
"A-Ling!" giliran A-Ling yang dapat pelukan maut plus kecupan. Hegh! Sesaaakk! Jin Zixuan tidak disapa sama sekali. Dianggap sejenis lalat. Jin Zixuan hanya bisa mencibir. Si gemblung! Wei Wuxian dan Jiang Cheng memang masih belum ikhlas kalau jiejie kesayangan mereka jadi pasangan tuan putri jantan Jin Zixuan, musuh bebuyutan mereka saat masih sekolah dulu. Jiejie terlalu sempurna untuk merak itu.
Mereka bertiga langsung digiring ke ruang makan. Eng, tepatnya yang dipersilahkan hanya Jiang Yanli dan A-Ling. Jin Zixuan ditarik oleh istrinya. Di meja makan sudah penuh dengan aneka hidangan menggiurkan. Tenang. Semua dipesan dari restoran terkenal di Caiyi kok. Sesuatu yang membuat Jiang Yanli lega. Dia tadi sudah kuatir kalau semua adalah hasil masakan Wei Wuxian. Bukannya tidak enak. Hanya saja pedasnya tidak manusiawi. Wei Wuxian itu punya selera pedas level setan, bahkan melebihi rata-rata orang Yunmeng. Apalagi Baby Ling-nya hanya biasa dengan saos sambal. Makanan khas keluarga Lan pun tidak lebih baik. Karena rasanya kalau tidak pahit ya hambar. Baby Ling mana doyan makanan begitu.
"Yang lain mana A-Xian?" Jiang Yanli menanyakan keberadaan suami dan anak-anak Wei Wuxian.
"Lan Zhan lagi nemani kakak ipar ke Moling. Entah ada urusan apa. Si kembar tadi merengek pengen ikut. Paling mau moroti kakak ipar lagi. A-Yuan lagi ada kegiatan klub di sekolah. Terus A-Chen dan A-Qing lagi diprivat oleh paman jenggot," celoteh Wei Wuxian.
Jiang Yanli hampir tersedak mendengar kalimat terakhir Wei Wuxian," hush! Enggak sopan. Beliau itu paman mertuamu lho. Yang merawat suamimu dari kecil," Jiang Yanli menegur Wei Wuxian.
Yang ditegur hanya cengengesan. Jin Zixuan dan A-Ling malah tidak memperhatikan percakapan dua emak-emak itu. Lebih fokus ke makanan mereka. Perjalanan jauh itu menguras energi bos. Biarin aja mereka mengoceh sepuasnya. Maklum sudah lama tidak ketemu. Terakhir ketemu sih, pas Jiang Yanli habis melahirkan itu. Setelah itu, karena kesibukan, paling cuma chat, telpon atau vc.
"Mimiiihh!" tiba-tiba terdengar dua teriakan cempreng.
"Xiao Xian! Xiao Ji! Mimih di ruang makan nak!" seru Wei Wuxian.
Tak lama muncul dua bocah yang bagai fotokopian Lan Wangji, berumur sekitar 4 tahun. Si kembar. Yang membedakan hanya warna mata mereka saja.
"Sini sayang. Salim dulu sama bibi Yanli," Wei Wuxian menyuruh dua bocah itu mendekat dan memperkenalkan mereka," kenalin nih jie. Wangxian yang bermata keemasan lalu Wuji yang bermata kelabu. Nah, anak-anak, ini sepupu mimih. Namanya bibi Yanli. Yang ini, anak bibi Yanli. Namanya Ling ge. Yang itu, ayah Ling ge," Wei Wuxian menunjuk ke arah Jin Zixuan.
Sudah kuduga, batin Jin Zixuan sebal. Pasti aku tidak akan diperkenalkan dengan benar. Disebut suami bibi Yanli saja tidak. Memang laknat!
Jiang Yanli berseru gemas saat dua bocah itu nyengir lebar memperlihatkan gigi susu yang rapi. Wow. Muka boleh plek ketiplek Lan Wangji tapi senyumnya punyaWei Wuxian semua. Syukurlah, tidak ada yang bertampang datar. Keduanya ekspresif seperti Wei Wuxian. Dan semoga saja tidak ada yang nuruni nakalnya Wei Wuxian.
"Tuan Jin Zixuan, nyonya Yanli," suara rendah nan seksi menyapa telinga mereka. Ini dia tuan muda kedua Lan, yang berwajah tampan tapi minim ekspresi, suami Wei Wuxian, Lan Wangji.
"Lan Zhan," Wei Wuxian melemparkan diri ke pelukan suaminya dan memberi ciuman selamat datang di bibir Lan Wangji.
Jin Zixuan langsung menepuk muka. Malu sendiri melihat kelakuan Wei Wuxian. Di depan tamu dan anak kecil lho ya. Jiang Yanli tersenyum maklum. Sudah hafal dengan kelakuan binal Wei Wuxian khusus untuk Lan Wangji. Sedangkan A-Ling memerah mukanya. Ih, mata A-Ling ternoda. Ayah dan bunda kan paling cuma cium kening kalau lagi ada orang banyak begini.
Setelah makan siang, A-Ling ditarik ke kandang kelinci oleh si kembar. Diajakin main. Wuaaaa, lucuuu. Buntalan putih lembut bergulingan di sekitar A-Ling. Mereka bertiga asyik bermain hingga kelelahan dan tepar di rumput. Entah berapa lama A-Ling terlelap. Hingga gelitikan di telinganya membuat A-Ling menggeliat kegelian.
"Uhng... Fairyyy. Jangan gangguuu uhm nyem nyem," ujar A-Ling setengah sadar. Mengira yang menggelitiki telinganya adalah lidah Fairy, A-Ling hanya menggelengkan kepalanya dan tidur lagi.
Suara cekikikan asing membuat A-Ling mengernyit dalam tidurnya. Siapa ya? Bukan suara paman Zixun maupun paman Xuanyu. A-Ling pun duduk lalu mencoba membuka matanya yang terasa lengket. Dan.....
Oh mamamialezatoz! Ndanda, A-Ling udah mati ya? Kok di depan A-Ling sekarang ada malaikat lagi tersenyum tampan, pikir A-Ling sableng. A-Ling pun terbengong menatap si wajah tampan bersenyum teduh itu. Sampai tidak menyadari kalau telinganya masih digelitik menggunakan bulu ayam.
"Jin Ling?!! Hei! Jin Ling!" Demi sempak spongebob kakek Jin. Suaranya pun lembut menenangkan. Fix! A-Ling beneran di sorga. Wong rumputnya udah berubah jadi sofa. Eh?? Di sorga ada sofa ya? Pikiran A-Ling berputar absurd.
"Iyuuuh! Gege ini ngiler!" Suara cempreng bervolume maksimal di telinga kiri A-Ling menarik kesadaran A-Ling kembali dari acara mari-pandangi-makaikat-tampan.
Plak! Tangan kiri A-Ling terulur. Menggeplak muka siapapun itu yang berteriak di kupingnya. Semprul! Kuping A-Ling rasanya tuli mendadak.
"Hueeeee. Pipiiiih! Mimiiih!" Bukannya diam, makhluk itu malah tambah cetar menjerit.
"A-Qing!" Si tampan tergopoh mendekati makhluk astral yang terjengkang dari sofa lalu menolongnya.
"Sshh! Sshh! Udah. A-Qing jangan nangis ya. Gege itu enggak sengaja kok. Sshh! Diem dong," suara lembut itu kembali mengalir. Merdu, macam denting guzheng yang sering dimainkan nenek Jin. Ndandaaa, A-Ling terpesona.
"Aiyo! A-Qing kenapa?" Suara Wei Wuxian terdengar agak panik saat mendekati bocah abstrak itu. Wei Wuxian apal semua tingkah anak-anaknya. A-Qing yang paling mirip dirinya itu tidak akan menangis kalau tidak merasa sakit. Benar saja. Jidat A-Qing sedikit benjol. Mungkin terbentur.
"Hueeee. Mimiiih. A-Qing dipukul gege iler. Hueeee," bocah itu sesenggukan.
A-Ling mendelik. Bocah tukang ngadu, gerutu A-Ling dalam hati. "Enggak sengaja kok paman. Habis dia tadi jejeritan di kuping A-Ling. Kan kaget".
"A-Qing tadi teriak di telinga Ling ge?" Jiang Yanli yang ikut mendekat bertanya lembut.
"Tidak sengaja, bi. Habis gege itu ngiler sambil ngeliatin Yuan dada,"celoteh A-Qing.
Blush! Muka A-Ling memerah seketika. Apalagi saat semua langsung menolah ke arah A-Ling. Termasuk si tampan. Rasanya A-Ling pengen ambles bumi. "Mmmana ada!" bantah A-Ling keras,"aku lagi bangun tidur ya. Lagi ngumpulin nyawa. Siapa juga yang bengong ngeliatin gege tam... uhm. Dia," A-Ling dengan tidak sopan menunjuk ke arah si tampan yang mengulum senyum. Duuh! Maluuuu!
Wei Wuxian ngakak melihat reaksi A-Ling, "nyahahaha. Kenapa A-Ling malah mirip A-Cheng sih jie. A-Ling. Paman bilangin ya. Jangan tsundere macam paman A-Cheng. Ntar sulit jodoh lho," goda Wei Wuxian.
"Duuh. Anak prawan bunda sudah besar ya. Tau aja ada gege tampan," Jiang Yanli ikut menggoda A-Ling. Ndanda ish. Malah ikut-ikutan. A-Ling malu tauk.
"Nah, A-Ling. Kenalin. Gege tampan ini anak sulung paman. Namanya Lan Sizhui. Biasa dipanggil A-Yuan. Sekarang kelas 3 SMA. Terus ini, anak ke-tiga. Namanya Lan Chenqing. Kelas 2 SD. Terus itu," Wei Wuxian menunjuk ke arah tangga, dimana ada bocah persis Lan Wangji sedang menatap datar, "anak ke-dua. Namanya Lan Bichen. Sekarang sudah kelas 6 SD...."
A-Ling sebenarnya tidak memperhatikan sisa kalimat paman A-Xian. Yang dia tangkap hanya Sizhui. Nama gege tampan itu Sizhui. Ntar A-Ling manggilnya siapa ya? Yuan gege? Atau Yuan dada? Ih, masak sama dengan adik-adiknya. A-Ling kan maunya punya panggilan spesial untuk si tampan itu. Ayang beb misalnya. Eh???! Aiya! A-Ling mikir apa sih. Pasti A-Ling udah ketularan centilnya paman A-Xian. A-Ling pun cepat-cepat pamit mandi sekalian mau merendam kepala. Otak A-Ling kayaknya mulai gesrek gara-gara senyum Sizhui. Juga untuk menenangkan jantungnya yang dari tadi udah beatbox-an. Duh moga aja degup jantung A-Ling enggak terloudspeaker.Bersambung.......
Sudah membayangkan kalau misal MDZS itu mpreg, pasti jingshi udah banyak bocil berkeliaran. Macam kelinci ehehe
KAMU SEDANG MEMBACA
Baby Ling
FanfictionJin Ling itu manja. Pakai banget. Makanya, bunda berinisiatif mengirim Jin Ling ke Gusu. Jelas, Jin Ling menolak. Tapi, enggak menyesal sih sekolah di Gusu. Ada gege tampan. Aaaaa, A-Ling terpesona. Hak cipta milik yang mulia MXTX. Saya hanya pinjam...