"A-Qing. Pelan-pelan jalannya. Mau kemana sih?" A-Ling dengan susah payah mengikuti langkah cepat Song Qing. Mana tangan A-Ling ditarik, enggak bisa lepas. Ini cewek tenaga badak beneran. Tadi, sehabis kegiatan klub, A-Ling rencananya mau nyantai di taman asrama sambil nelpon bunda dan nyeruput susu kotak dingin. Eh, baru saja duduk, tau-tau Song Qing datang dan menyeret A-Ling. Diajakin ke pemukiman keluarga Lan pulak.
"A-Qiiiiing," seru A-Ling kesal.
"Apaaaa," jawab Song Qing sambil berhenti melangkah.
"Penculik!" A-Ling melotot, "tanganku sakit, tahu!"
Song Qing cengengesan dan melepaskan tangan A-Ling. "Maaf, Baby Ling. Temani emak ke pasar ya. Beli bahan tambahan untuk besok".
"Emak, emak. Siapa yang sudi jadi anakmu," gerutu A-Ling sambil mengelus pergelangan tangannya. "Maksudnya, A-Qing cuma butuh kuli panggul gitu kan?"
"Hehehe. Tu tau".
"Gak mau," tolak A-Ling. Ingatan buruk langsung berputar di benak A-Ling. Dulu, A-Ling pernah dengan senang hati menawarkan bantuan kepada Song Qing yang sedang dapat giliran tugas belanja. A-Ling sih mikirnya sekalian jalan-jalan gitu. Hasil dari kepolosan atau kebodohan A-Ling itu adalah, kaki A-Ling pegal karena diajak keliling pasar. Belum tangan A-Ling membawa setumpuk belanjaan hingga nyaris kram. Klub memasak kan mesti belanja sendiri. Lain dengan kantin atau dapur asrama yang sudah ada supplier tetapnya. Maka dari itu, anggota klub memasak sering ke pemukiman keluarga Lan. Ada pasar lumayan gede disana. Cukup lengkap, namun kalau dibanding dengan pasar kota Caiyi, ya masih kalah.
"Ayolah. Besok kita bikin cupcake lho. Telurnya butuh yang fresh," bujuk Song Qing.
Telinga A-Ling bergetar mendengar kata cupcake. A-Ling belum pernah bikin cake. Pengen banget bisa buat cupcake terus diberi hiasan buttercream nan cantik. Ih, baru ngebayangin aja, A-Ling udah ngiler. Song Qing menyeringai melihat A-Ling sudah mulai tergoda.
"Tapi enggak banyak kan, bahan yang mesti dibeli?" tanya A-Ling.
"Enggak laaah. Cuma sedikit telur, terigu, gula halus, sama mentega putih. Bahan lain kan masih ada. Oh, iya. Paling tambah papercup".
A-Ling mengangguk. Mereka pun kembali berjalan menuju pasar. Jangan bayangkan pasar tradisional deh. Pasar di tengah pemukiman keluarga Lan itu hanya sekumpulan kios yang tertata rapi. Tidak ada suara berisik. Benar-benar tenang.
Harusnya A-Ling tidak mempercayai ucapan Song Qing begitu saja. Sedikit bahan tambahan katanya. Tapi terigunya saja 3 kg. Telurnya 4 kotak. Belum gula, butter, mentega putih, juga coklat masak aneka warna. Belum perintilan macam sprinkle warna-warni, chocochips, papercup dan kawan-kawan. Artinya beraaaat. Ugh. A-Ling dibohongi.
A-Ling sudah manyun menatap tumpukan bahan yang dibeli Song Qing. Setelah masing-masing dikreseki, terigu, coklat masak dan perintilan dimasukkan ke dalam backpack yang dibawa Song Qing. Ooh, itu toh gunanya A-Qing bawa backpack. Tadi, A-Ling sempat merasa aneh saat melihat Song Qing sudah memakai waist bag, tapi masih menggendong backpack. A-Ling sempat mengira itu trend baru untuk cewek, memakai dua jenis tas sekaligus. -enggg, coba di-foto nak. Terus di-posting di outstagram. Siapa tahu viral-
Lalu Song Qing membawa semua telur-nya. Sedang A-Ling kebagian sisa belanjaan. Haish. A-Ling jadi merasa diperbudak.
"Beliin es krim," sentak A-Ling sambil cemberut.
"Ealah. Baru segitu, masak udah minta upah sih Baby Ling. Nih, lihat. Aku saja bawa kebih banyak," ujar Song Qing.
"Situ kan kuda betina," cibir A-Ling.
Song Qing memutar bola matanya. "Iya deh, yang incess".
"Siapa yang incess. A-Ling cowok. Tapi ini kan memang berat. Belum lagi harus jalan balik ke sekolah. Awas saja kalau sampai kaki A-Ling bengkak. A-Qing mesti mijitin," A-Ling ngomel-ngomel.
"Berisik! Ngomel lagi, enggak dibeliin jajan ya," ancam Song Qing. A-Ling pun terdiam. Tapi batinnya tetap mengoceh.
Mereka mampir ke salah satu kedai yang menjual es krim artisan. Ada beberapa meja berpayung di luar kedai. A-Ling dan Song Qing meletakkan tentengan mereka di salah satu meja yang kosong terlebih dahulu, sebelum masuk kedai.
Song Qing yang pertama memesan. Cukup 2 scoop tanpa tambahan apapun. Song Qing tidak mau badannya tambah tebal, dan dompetnya menipis. Giliran A-Ling, tidak tanggung-tanggung. Memesan 3 scoop plus aneka topping. Membuat mangkuk es-krimnya kini mirip bukit warna-warni.
"Niat bikin aku bangkrut ya," seru Song Qing. A-Ling cuma menjulurkan lidah, meledek Song Qing yang sedang meratapi isi dompetnya. Babai uang jajan, huhuhu.
Sambil tersenyum ceria, A-Ling membawa es-krimnya menuju meja tempat belanjaan mereka berada.
Duk! Prok!
A-Ling menatap nanar ke arah gunung es-krim-spektakulernya. Es krim itu terjun bebas saat seseorang menyenggol sikut A-Ling. Dan sekarang, si es krim tergeletak tewas di tanah. Padahal, A-Ling belum sempat nyicipin.
Kesal, A-Ling pun berbalik dan menendang kaki seseorang, yang A-Ling yakini sebagai tersangka. Cowok gondrong berjaket Fakultas Tehnik Yunshen. Cuma cowok itu yang papasan dengan A-Ling.
"Heh! Apa masalahmu bocah?!" Senior itu mencengkeram kerah baju A-Ling.
"Ganti es-krimku!" seru A-Ling sok galak tapi mukanya menahan tangis. Takuuut.
"Kenapa harus kuganti? Jatuh kan salahmu sendiri, bukan salahku," si gondrong sudah mendelik ganas.
"Salahmu! Yang nyenggol aku tadi kamu kan?" suara A-Ling sedikit bergetar karena takut. Ndandaaa, senior ini sereeem.
"Asal nuduh ni bocah. Ngajak ribut?" cowok itu sudah mengangkat kepalan tangannya, siap nonjok A-Ling.
"Heyaaa!!"
Bugh! Buakk! Song Qing datang dan memukuli si gondrong menggunakan waist bag.
"Berhenti! Berhenti cewek gila!" cowok itu berseru sambil berusaha melindungi mukanya dari sabetan waist bag.
"Tadi mau ngapain, abang laknat?! Berani-beraninya gangguin Baby Ling-ku," seru Song Qing.
"Baby Ling, enggak apa-apa, kan? Enggak luka, kan?" Song Qing memutar-mutar badan A-Ling, " tadi Baby Ling diapain? Bilang sama emak, biar emak balas manusia jahanam itu," kata Song Qing berapi-api.
Plak! "Siapa yang jahanam, babi Yiling?" senior itu menggeplak kepala Song Qing.
Buak! Song Qing menendang pantat si gondrong, "berani geplak, bayar semua utangmu".
Cowok itu meringis, 2 gigi taring tampak mengintip. "Ampun, nyai".
A-Ling menarik-narik lengan baju Song Qing yang masih memelototi si gondrong. "A-Qing, es-krimku disenggol dia".
Song Qing tambah mendelik. "Gantiin es-krimnya, bang. Gak mau tau".
"Apaan. Ogah. Orang salah dia sendiri".
"Tadi nyenggol sikutku kok," kata A-Ling.
"Ni bocah beneran ngajak gelut ya?" senior itu geregetan.
"Heh! Heh! Apa?!. Berani sentuh Baby Ling, kugunduli kepalamu. Sini dompetnya," Song Qing mengambil dompet dari kantong celana cowok itu.
"Copet pasar Yi!" maki si gondrong.
Song Qing mengambil beberapa lembar uang dari dompet.
Cowok itu melongo. "Heh! Jangan diambil semua. Abang kebagian apa?" serunya sambil berusaha merampas kembali dompetnya.
Song Qing menyembunyikan rampasannya. "Nih, selembar buat beli permen karet. Jauh jauh sono. Syuh, syuuuh". Keduanya adu melotot sebelum cowok itu mengalah lalu pergi sambil mencibir.
"Nih, Baby Ling. Buat beli es krim lagi," Song Qing mengulurkan hasil jarahannya.
"Yeay! Makasih, A-Qing". A-Ling dengan riang kembali memesan gunung es krim.
Song Qing menatap ngeri ke arah es krim A-Ling. Enggak eneg apa yak? Song Qing mana berani menyantap tumpukan kalori macam itu. Berat badan Song Qing kan paling gampang naik tapi susah turun. -sebenarnya, itu saya sih.sedikit curahan hati hikseu-
"Enggak kemanisan tuh?" tanya Song Qing.
A-Ling menggeleng. "Enak banget tau. Kuberi nama ah. Uhmmmm," A-Ling berpikir sambil mengemut sendoknya, membuat Song Qing fangirling-an dalam hati. "Aha. Namanya 'boom' saja".
"Hah?" Song Qing gagal paham. Nama macam apa itu. Macam merk deterjen.
"Rasanya kan meledak di mulut," alasan A-Ling.
"Meledakkan isi dompetku gitu maksudnya?" tanya Song Qing.
"Teheee," A-Ling nyengir, "omong-omong, A-Qing berani banget ngelawan preman".
"Preman apa? Tadi itu kakak kandungku kok," jawab Song Qing.
"Hah? Seriusan? Serem gitu?" A-Ling tidak percaya.
"Sekilas sih terlihat serem, tapi kelakuannya enggak jelas. Baby Ling jangan dekat-dekat ya. Abang itu paling demen sama bocah-bocah imut macam Baby Ling. Bisa-bisa, ntar kamu diputar, dijilati, terus dicelup-celup sama dia," Song Qing memberi peringatan.
"Emang A-Ling oreo apa? Siapa juga yang mau deket-deket? Wong kakakmu itu lebih serem dari paman Mingjue," tukas A-Ling.
Nun jauh di Qinghe, Nie Mingjue bersin sekerasnya. Hatyem!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Baby Ling
FanfictionJin Ling itu manja. Pakai banget. Makanya, bunda berinisiatif mengirim Jin Ling ke Gusu. Jelas, Jin Ling menolak. Tapi, enggak menyesal sih sekolah di Gusu. Ada gege tampan. Aaaaa, A-Ling terpesona. Hak cipta milik yang mulia MXTX. Saya hanya pinjam...