Chapter empat. Selamat menikmati. Semoga kalian suka.
A-Ling berlari tergesa ke sekolah. A-Ling telaaaat, huhuhu. Sekarang sudah jam 6.58. Sedangkan jam masuk SMA Yunshen itu jam 7 pagi, satu jam lebih awal dari SMA Lanling. Apalagi kalau tahun ajaran baru. Semua murid dikumpulkan di aula dulu jam 6.45, untuk mendengarkan sambutan singkat dari kepala sekolah. Kadang, malah tuan Lan Qiren sendiri yang memberi wejangan.
A-Ling dalam hati mengutuk Zizhen, teman sekamarnya. Kenapa A-Ling enggak dibangunkan coba. Dasar kuyang jelek! Padahal, Zizhen sudah berusaha membangunkan A-Ling tiap 30 menit dari jam 5 pagi. Dasar A-Ling yang ngebo. Diguncang badannya oleh Zizhen, cuma menggeliat. Zizhen sengaja memukuli kaleng khong guan dekat kuping A-Ling biar terbangun, eh, anaknya malah nutup kuping dengan bantal sambil bergumam, paman Xuanyu berisiiik. Sampai pukul 6.30 A-Ling masih ngorok, hingga Zizhen berniat menggunakan cara tersadis, yakni dengan mencabuti bulu kaki A-Ling. Namun Zizhen langsung kecewa. Habis, kaki A-Ling mulus macam kaki cewek habis di-wax.
Dengan terpaksa, Zizhen meninggalkan A-Ling. Bukannya tidak peduli. Tapi daripada Zizhen ikut telat dan dapat hukuman, mending Zizhen berangkat sendiri. Nanti kalau A-Ling ngambek, tinggal dibujuk pakai es krim hehe.
A-Ling melambat setelah melewati pintu depan. Ada guru yang stand by di meja lobby sekolah. Kirain semua guru juga ikut ngumpul di aula. Duh. Piye iki.
"Selamat pagi..uhm...Xiao laoshi," A-Ling menyapa setelah membaca name tag guru itu.
"Selamat pagi nak. Murid pindahan?" tanya Xiao laoshi melihat dasi A-Ling yang berwarna biru, yang berarti siswa kelas 2. Murid lama tidak bakal ada yang terlambat karena sudah terbiasa dengan jadwal pagi.
"Iya, laoshi. Pindahan dari SMA Lanling," jawab A-Ling.
Xiao laoshi mengangguk paham. Tentu saja, si tuan muda keluarga Jin. "Semua murid sudah di aula. Kamu menunggu di sini dulu, nanti boleh masuk kelas pada jam ke 2. Biarpun murid baru tidak ada dispensasi ya. Hukumanmu, karena belum ada poin yang bisa dikurangi, adalah menyalin peraturan sekolah sejumlah minimal 10 kali dan dikumpulkan di meja ini minggu depan. Mengerti nak?"
"Bbaik, laoshi," jawab A-Ling lirih. Hadududu. Baru mulai masuk sekolah saja sudah dapat hukuman.
A-Ling kira, dia bakal tidak dipedulikan Xiao laoshi. Mana tdk boleh bawa hape ke sekolah. Bolehnya cuma bawa laptop. Tapi di sekolah tidak ada jaringan wifi. Internet hanya terhubung ke PC milik sekolah. Masak harus main soliter?
Rupanya, A-Ling tidak perlu kuatir bakal main soliter hingga bosen. Xiao laoshi itu sangat ramah. A-Ling diajakin ngobrol, bahkan diberi cemilan kue kering buatan Xiao laoshi sendiri. A-Ling segera hilang rasa gugupnya, bahkan merasa nyaman ngobrol dengan Xiao laoshi hingga hukumannya berakhir.
A-Ling memelototi Zizhen saat mereka bertemu. Memprotes kenapa enggak bangunin A-Ling. Jelas Zizhen balik melotot. Wong A-Ling yang ngebo kok nyalahin Zizhen. Tapi melihat tampang A-Ling yang cemberut imut, hati Zizhen langsung melumer. Gyaaah. Ke aiii. Zizhen malah nge-fanboy.
Akhirnya, sesuai rencana awal, Zizhen pun menawarkan es krim sebagai permintaan maaf. Dasar bocil. Kekesalan A-Ling menyurut. Tapi itu belum cukup. Terpaksa, Zizhen keluar duit ekstra untuk membelikan A-Ling setoples cookies lucu yang dijual oleh klub memasak. Cemberut A-Ling langsung lenyap berganti dengan senyum pepsoden. Dalam hati sih Zizhen gerundelan, nraktir kok tuan muda. Nguyahi segoro (menggarami lautan). Meski A-Ling memperkenalkan diri dengan nama Jin Ling, tapi Zizhen tau identitas A-Ling sebagai tuan muda Jin. Soalnya Zizhen pernah bertemu Jiang Yanli di Yunmeng meski Jiang Yanli tidak mengenali Zishen. Bapak Zizhen kan salah satu distributor hasil peternakan keluarga Jiang.
Untungnya, A-Ling telat hanya pada hari pertama saja. Terimakasih untuk Zizhen atas perjuangannya membangunkan A-Ling tiap pagi. Empat jempol untuk Zizhen.
Sibuk beradaptasi dengan jadwal yang padat di sekolah, tau-tau sekarang sudah hari Sabtu. A-Ling sudah seminggu enggak ketemu Zhui ge. A-Ling kangen. Paling cuma lihat dari jauh saat Sizhui berangkat sekolah. Mau ke Jingshi juga belum sempat. Sekolahnya saja sampai sore. Belum tugas-tugasnya.
Padahal, A-Ling juga sudah diberi nomer WA Sizhui. Dan Sizhui juga berpesan, kalau butuh bantuan telpon saja. Tapi A-Ling bingung, kalau telpon atau kirim pesan ke Sizhui harus omong apa coba. Soal pelajaran sudah dibantu Zizhen. A-Ling jadi menyesal punya teman sekamar yang pintar. Kan A-Ling jadi tidak punya alasan nge-chat Zhui ge.
Yang sering ketemu malah lintah yang suka nempel ke Zhui ge alias si pendek Jingyi. Dari pertama ketemu kan A-Ling sudah tidak suka dengan Jingyi. Maka tidak heran kalau A-Ling terkesan memusuhi Jingyi.
Awalnya sih, Jingyi mencoba berteman dengan A-Ling, mengingat A-Ling adalah sepupu Sizhui. Meski Jingyi itu mulutnya kadang suka asal njeplak tanpa filter, tapi dia itu anak yang baik dan ramah. Namun, A-Ling selalu menanggapi dengan ketus setiap perkataan Jingyi membuat Jingyi heran. Karena Jingyi merasa tidak punya salah apa-apa. Setelah beberapa kali mendapat reaksi serupa, Jingyi pun tidak tahan lagi. Akhirnya, sekarang kalau ketemu mereka pasti adu bacot.
Hari Sabtu dan Minggu itu hari bebas tanpa pelajaran. Hanya diperuntukkan untuk kegiatan klub. A-Ling belum mendaftar masuk klub manapun. Pengennya sih klub panahan, seperti saat di SMA Lanling dulu. Tapi, disana ada Jingyi. A-Ling males ih. Masuk klub karate seperti Zhui ge, A-Ling enggak minat. Mau ikut klub kimia terapan seperti Zizhen, otak A-Ling enggak nyampai. Uhmmm. Apa klub memasak saja ya? Sekalian belajar masak biar bisa buatin makanan untuk Zhui ge. Terus, biar A-Ling juga bisa bikin makanan sendiri, dan enggak jajan terus.
Habisnya, A-Ling trauma nyicipi makanan yang disediakan asrama atau kantin sekolah. Gratis sih untuk setiap murid. Tapi ya itu, macam makan hutan. Penuh dengan daun, bunga, akar bahkan kulit pohon. Huekk! Akibatnya, A-Ling kalau pagi hanya makan roti yang dibeli di minimarket sekolah. Kalau siang masih mending. Ada beberapa gerai resto waralaba kerjasama sekolah dengan pihak luar. Bahkan ada MakDona favorit A-Ling. Kata Zizhen, yang buka di universitas lebih banyak lagi. Dari Pizza Lodge sampai Moonbuck juga ada. Sejak keluarga Lan dipimpin oleh tuan Lan Xichen, Yunshen memang jadi lebih modern. Hingga mengijinkan gerai-gerai asing untuk membuka cabang di sekolah maupun universitas. Tujuannya sih, yang tidak doyan makan jamu bisa beli makanan lain di tiap gerai yang ada. Kasihan yang enggak punya duit. Terpaksa ngunyah rebusan pohon. Sayangnya gerai di SMA hanya buka siang hari. Kalau malam, mau tidak mau A-Ling harus puas makan dengan lauk daging kering dan bubuk nori.
Zizhen, yang siap berangkat kegiatan klub, melirik A-Ling yang sedang gelindingan di kasur, sambil bertanya pada Zizhen mending ikut klub apa. Zizhen pun kumat isengnya. Bilang kalau ada 1 klub yang paling cocok untuk A-Ling.
"Apa? Apa?" tanya A-Ling antusias.
"Klub princess," celetuk Zizhen lalu kabur secepatnya.
A-Ling melempar bantal yang dipeluknya. Sayangnya, Zizhen sudah menutup pintu. Ugh! Kuyang jelek. Awas ya. Kutaruh saos sambel di minumanmu nanti.
Sambil menggerundel, A-Ling mencari info di akun Raibuku sekolah, siapa ketua klub memasak. Ah, ini dia. Song Qing, kelas 2C. A-Ling segera menghubungi nomor WA yang tertera, bilang ingin bergabung ke klub memasak. Song Qing bilang, A-Ling langsung saja ke ruang klub-nya. A-Ling pun minta dijemput di lobby sekolah. Habis, A-Ling belum tahu tempatnya sih.
Untung Song Qing bersedia menjemput A-Ling. Setelah menunggu beberapa saat, A-Ling didatangi seorang cewek mungil manis berkacamata.
"Hai, kamu yang mau ikut klub memasak ya?" tanya cewek itu, "kenalin. Namaku Song Qing. Panggil saja A-Qing".
"Namaku Jin Ling. Panggil saja A-Ling," jawab A-Ling sambil memberikan senyum imutnya.
"Imut bangeeet," Song Qing seketika gemas. Duh, pengen nguyel pipinya.
"A-Ling cowok ya. Dan aku enggak imut," sergah A-Ling sambil cemberut, membuat tampangnya tambah imut. Song Qing makin gemas dibuatnya.
"Uhm, omong-omong, aku masih bisa daftar klub kan? Belum telat kan?" tanya A-Ling sambil mengikuti langkah Song Qing menuju ruang klub.
"Belum, laaah. Kegiatan klub baru mulai hari ini kok," jawab Song Qing.
"Eh? Bukannya minggu lalu sudah mulai ya?" tanya A-Ling.
"Hah? Minggu lalu kan masih libur sekolah".
"Tapi, klub karate minggu kemarin kayaknya sudah ada kegiatan deh," A-Ling sekilas ingat perkataan paman A-Xian, soal Zhui ge yang ada kegiatan klub, waktu A-Ling baru datang di Jingshi.
"Paling koordinasi antar pengurus itu. Belum kegiatan resmi," jawab Song Qing.
Mereka pun tiba di ruang klub. A-Ling agak terkejut melihat keberadaan Xiao laoshi. Ternyata beliau adalah pembimbing klub masak. Ooh. Pantas kue kering-nya enak banget.
Karena A-Ling benar-benar buta soal memasak, A-Ling harus belajar hal dasar, yakni pengenalan bahan dan alat. A-Ling kan selama ini taunya tinggal hap. Song Qing dengan telaten mengajari A-Ling, yang tekun medengarkan. A-Ling berusaha mengingat nama, bentuk, dan rasa tiap bahan. Beberapa jam belajar, hasilnya lumayan. Paling tidak, A-Ling sudah bisa membedakan antara gula, garam, dan micin.
Meski kegiatan klub itu dua kali, setiap Sabtu dan Minggu, tapi, tiap siswa boleh milih kok, mau ikut sehari atau dua hari. Bebas. Yang penting semua tugas selesai dan dikumpulkan tepat waktu. A-Ling sih awalnya pengen ikut sehari saja di hari Sabtu. Hari Minggu itu, kalau bisa, khusus untuk goleran di kasur, recharge energi untuk menghadapi hari Senin. Tapi, Song Qing, yang dalam sekejap menobatkan diri sebagai emak A-Ling, bahkan memanggil A-Ling dengan sebutan Baby Ling, tidak membiarkan A-Ling hibernasi. Hari Minggu juga harus ikut dong, Baby Ling. Soal tugas, entar emak bantuin deh. Itu kata Song Qing di telepon, di hari Sabtu malamnya. Zizhen, yang tidak sengaja mendengar kalimat Song Qing karena hape A-Ling di-loudspeaker, sampai merinding. Song Qing itu emak-kink ya? A-Ling itu memang tipe bocah yang gampang dimangsa tante-tante sih. -Ealah. Mikirmu kejauhan, nak. A-Ling itu bocah polos. Situ kebanyakan nonton video sesat ya?-
Kesibukan belajar dan kegiatan klub tiap weekend, membuat A-Ling mulai menikmati tinggal di asrama. Seru juga sih. Sekarang kalau bunda telpon, A-Ling sudah tidak merengek lagi seperti awal-awal dulu. Hingga tidak terasa sudah satu bulan A-Ling berada di Yunshen.
Hari ini A-Ling gembira. Karena apa? A-Ling berhasil bikin nasi goreng. Yeay!! Kata Xiao laoshi lumayan enak. Kalau kata A-Ling sih, mak nyus. Dengan ceria, A-Ling pun memamerkan hasil masakannya di WA grup keluarga. Tuh, siapa bilang A-Ling bocah manja. A-Ling bisa masak kan. Reaksi keluarganya pun beragam. Ayah dan bunda memuji A-Ling. Kakek nenek malah lebih mengkhawatirkan jari A-Ling nanti tidak mulus lagi. Paman Xuanyu menyuruh A-Ling membuang makanannya, karena takut siapapun yang makan bakal keracunan. Paman Zixun bilang, dibayar berapapun dia ogah nyicipi masakan A-Ling. Mending makan snacknya Fairy, katanya.
A-Ling manyun. Ish. Paman jahat. Song Qing memperhatikan ekspresi A-Ling yang berubah-ubah sambil mainin hape-nya. Duuh. Ni bocah kok gemesin sih. Rasanya, Song Qing ingin ngarungin A-Ling, terus dibawa pulang ke Yiling, kalau tidak ingat akan kakaknya yang mahalaknat itu. Baby Ling masih polos banget, jangan sampai ketemu abang deh. Bisa dicemil sama manusia taring itu.TBC
Klub itu anggaplah semacam ekskul hehe. Di khayalan saya, model klubnya itu campuran ekskul dan klub sekolah yang ada di manga. Yah begitulah pokoknya. Semoga bisa dipahami. Maaf kalau gaya bahasanya rada ruwet.

KAMU SEDANG MEMBACA
Baby Ling
FanfictionJin Ling itu manja. Pakai banget. Makanya, bunda berinisiatif mengirim Jin Ling ke Gusu. Jelas, Jin Ling menolak. Tapi, enggak menyesal sih sekolah di Gusu. Ada gege tampan. Aaaaa, A-Ling terpesona. Hak cipta milik yang mulia MXTX. Saya hanya pinjam...