Satu

550 41 1
                                    

        Jin Rulan ngambek. Dia mogok makan, mogok bicara, mogok mandi, mogok apapun, engg tapi enggak mogok nge-fanboy. Pokoknya, Jin Rulan akan tetap merajuk kalau orangtuanya tidak membatalkan rencana ke Jepang berdua saja tanpa mengajaknya. Jin Rulan kan pengen ikut. Dia emoh ditinggal.
        Kedua orangtua Jin Rulan, yaitu Jin Zixuan dan Jiang Yanli, memang berencana akan tinggal di Jepang untuk beberapa waktu ke depan. Keluarga Jin itu punya tambang emas dan bisnis perhiasan turun temurun. Dan Jin Guangshan, kepala klan yang sekarang, ingin melebarkan kerajaan bisnisnya ke Jepang. Jin Zixuan sebagai pewaris utama-lah yang harus berangkat, sekalian menjalin relasi yang baik dengan para pengusaha di Jepang. Jelas Jiang Yanli harus ikut untuk mendampingi suaminya. Sedangkan Jin Rulan yan sudah kelas 2 SMA tidak boleh ikut. Harus menamatkan SMA-nya dulu, baru boleh nyusul.
       Tentu saja A-Ling( khusus bunda, Baby Ling ) , panggilan kesayangan Jin Rulan alias Jin Ling, langsung ngotot pengen ikut. Nunggu lulus SMA itu kan terlalu lamaaaa. Ntar kalau A-Ling kangen bunda gimana? A-Ling itu memang masih manja. Mana paman-paman laknatnya pada provokasi. Terutama paman Xuanyu, adik tiri ayahnya. Dia bilang, kalau A-Ling tidak ngikutin orangtuanya ke Jepang, ntar mereka pulang, A-Ling pasti dikasih oleh-oleh adik. A-Ling gak mau punya adik!
        Yang lebih menyebalkan, menurut A-Ling sih, bunda berencana mengirim A-Ling ke SMA Yunshen di Gusu. Jelas A-Ling ogah lah. Gusu itu pelosok. Sekolahnya saja di gunung. Tidak ada hiburannya. Bisa mati bosan dia disana. Mana sekolahnya asrama lagi. Jadi, otomatis A-Ling harus berpisah dengan Fairy, anjing kesayangannya pemberian paman boncel, paman Guangyao.
        Seandainya paman bantet itu masih tinggal di Jinlin Tai, Jiang Yanli tidak akan ragu untuk menyerahkan A-Ling ke dalam pengawasannya. Meski Jin Guangyao itu, yang adik tiri Jin Zixuan juga, orangnya sangat ramah, tetapi dia selalu tegas dalam mendidik A-Ling dan Xuanyu. Tidak akan ada ceritanya mereka itu bisa bermalas-malasan kalau belajarnya sudah diawasi Jin Guangyao. Tapi paman Guangyao sudah menikah dengan Nie Mingjue, juragan daging dari Qinghe, dan tinggal di rumah suaminya.
        Di Jinlin Tai hanya tinggal kakek nenek Jin, paman Xuanyu, dan paman Zixun, sepupu Jin Zixuan. Jiang Yanli tidak akan pernah menitipkan A-Ling kepada kakek nenek Jin. Karena mereka itu sangat memanjakan A-Ling. Garisbawah kata sangat. Jiang Yanli tidak mau A-Ling bertambah liar. Ntar jadi susah diatur dan berkelakuan seenaknya.
        Lagipula, karena sikap kekanakan A-Ling dan Xuanyu, yang umurnya cuma selisih setahun, kemungkinan besar mereka akan gelut tiap hari. Jangan harap Zixun, yang secara usia lebih tua, akan memisahkan dua bocah itu. Dikompori sih, iya. Jiang Yanli kuatir, kakek nenek Jin akan menderita sakit kepala berkepanjangan, karena ulah A-Ling, Xuanyu dan Zixun. Apalagi, nenek Jin itu masih sensi dengan Xuanyu karena status Xuanyu yang hanya anak tiri. Iya, kakek Jin itu playboy. Anaknya bertebaran dimana-mana. Masih mending cuma dua biji yang disetor ke Jinlin Tai. Itu saja sudah dua kali membuat nenek Jin langsung opname karena tekanan darahnya melonjak.
        A-Ling sempat memprotes, kenapa tidak dipindah ke Yunmeng saja. Ke tempat kakek nenek Jiang. Sami mawon dong nak A-Ling. Memang, dia pikir kakek nenek Jiang itu juga tidak sangat memanjakan cucu mereka satu-satunya? Belum lagi pamannya, Jiang Cheng, yang jones abadi dan tsundere akut itu. Sama sekali tidak bisa dipercaya untuk mengasuh A-Ling. Bisa-bisa, orangtuanya pulang dari Jepang, gaya bicara A-Ling sudah macam preman Yunmeng. Big no no. Terus, ada kemungkinan pula A-Ling di Yunmeng jadi semakin malas belajar. Dan cuma bermain terus di kolam- kolam lobster air tawar, ataupun kandang-kandang bebek, usaha peternakan milik kakek Jiang.
       Pilihan terbaik memang cuma dikirim ke Yunshen, sebagai penyandang gelar sekolah asrama terbaik selama bertahun-tahun. Kalau di Yunshen, A-Ling pasti bisa tumbuh dewasa. Lihat saja ayahnya. Jin Zixuan itu dulu sangat menyebalkan . Tapi, berkat pendidikan yang keras di Yunshen, dia bisa berubah.
        Jadi percuma saja. Sekeras apapun A-Ling berteriak memprotes rencana tidak masuk akal bunda, dia tetap kalah. A-Ling juga tidak bisa minta bantuan pada ayahnya yang bucin itu. Kakek nenek Jin saja sudah tidak bisa berkomentar, kalau mantu lembut mereka itu sudah membuat keputusan.
        Ini adalah usaha terakhir A-Ling. Demo dengan cara mogok apapun. Biar saja A-Ling sakit dan bau badan karena sudah empat hari tidak mandi. Bodo amat ya kalau nanti ada panu nempel mesra di kulitnya.
       Tok! Tok! Tok!
       Terdengar pintu diketuk lembut. A-Ling diam saja. Tahu kalau itu bunda. Siapa lagi yang mengetuk pintu selembut itu kalau bukan bunda? Coba saja ayah yang datang. Pasti pintu digedor sekerasnya. Atau paman Jiang Cheng yang barbar itu. Pintu bisa terlepas dari engselnya karena ditendang sekuat tenaga. Kalau paman Xuanyu lain lagi. Mana mau dia ngetuk pintu. Langsung nyelonong masuk begitu saja dan menggulingkan A-Ling dari kasur.
        "Baby Ling, bunda masuk ya sayang," kata Jiang Yanli lembut. A-Ling tidak mau menjawab. Kan lagi mogok bicara. Dia malah membungkus diri nenggunakan selimut, dari kaki hingga kepala.
        "Uhukk," Jiang Yanli terbatuk kecil begitu memasuki kamar A-Ling. Astagaaa!!! Baunya dahsyat. Campuran bau bocah yang tidak mandi, pewangi ruangan aroma jeruk dan bau err....mie cup? Belum lagi AC yang dinyalakan terus menerus. Aroma campuraduk itu sempat membuat kepala Jiang Yanli rasanya berputar. Pusing. Eneg. Betah amat yak ni bocah mengurung diri di kamar.
        Lah, katanya lagi mogok makan. Kok kamarnya bau mie cup? Iyalah. Mogok makannya kan kalau di depan anggota keluarganya. Tapi, diam-diam A-Ling menyelundupkan beberapa bungkus mie cup, roti dan keripik. A-Ling belum mau mati kelaparan ya. A-Ling kan masih jomblo. Masak harus mati konyol gara-gara demo mogok makan sebelum sempat bertemu jodoh? A-Ling gak mau mengikuti jejak paman Jiang Cheng, jadi bujang lapuk.
      Jiang Yanli tersenyum melihat gundukan selimut yang berisi A-Ling. Duh, duh, duh. Bocah ini. Ngambeknya macam balita yang tidak dibelikan tanghulu. Jiang Yanli mendekat dan duduk di kasur. Tadi dia sempat keluar untuk mengambil masker duckbill dilapis KN-95. Jiang Yanli tidak kuat dengan aroma jamban di kamar A-Ling.
       Jiang Yanli mengusap lembut kepala A-Ling yang masih berada di balik selimut. "Baby Ling masih tidak mau ngomong sama bunda? Padahal, besok Baby Ling berangkat ke Gusu. Bunda kan jadi sedih kalau Baby Ling marah begini. Sepertinya, Baby Ling sudah tidak sayang bunda, ya? Masak bunda dicuekin sih," Jiang Yanli pura-pura bersedih.
        A-Ling membisu. Dih, dikira A-Ling bakal luluh semudah itu? Emang A-Ling cowok gampangan?
        "Hiks. Hiks".
        A-Ling membulatkan mata. Bunda menangis? Nangis beneran atau airmata buaya tuh.
        "Hiks. Hiks," isakan Jiang Yanli semakin keras. A-Ling dilema. Keluar dari selimut tidak ya? Tapi, kalau bunda hanya pura-pura, gimana?
        "Hiks. Ayaah, hiks, ibuuu, hiks, hiks. Maafkan A-Li, hiks, hiks. A-Li bukan ibu yang baik untuk Baby Ling. Ayah mertua, ibu mertua, ampuni A-Li, menantu ini tidak berguna, hiks, hiks," Jiang Yanli meracau sambil terus terisak." Sudahlah! Kalau Baby Ling masih tidak mau bicara, bunda pergi saja. Bunda mau berlutut di aula leluhur. Ini semua salah bunda kok. Hiks, hiks, hiks," Jiang Yanli bangkit.
        A-Ling meloncat dari kasurnya dengan kecepatan tinggi dan langsung memeluk bunda," ndandaaaa," rengeknya. A-Ling tidak mau bunda menghukum diri sendiri. Bunda kan tidak salah apa-apa.
       Jiang Yanli sebenarnya risih dipeluk bocah yang empat hari tidak mandi. Serasa dipeluk sebatalyon kuman. Tapi, ya sudahlah. Yang penting A-Ling berhenti merajuk.
       "Utututu. Baby Ling sayang," Jiang Yanli mencubit kedua pipi A-Ling, "sudah tidak ngambek, kan? Sekarang Baby Ling mandi ya, habis itu maem. Biar kamarmu dibersihkan para maid. Urrghh. Bunda tidak tahan. Baunya sudah macam kaos kaki busuk".
       Nah, kan? Sudah A-Ling duga kalau bunda hanya pura-pura. Tidak rugi bunda dulu sempat ikut klub drama saat SMA. Akting bunda sangat bagus, pantas dapat Grammy. -ehm. Yang bener Oscar, Ling- A-Ling cemberut sebel. Terpaksa keluar kanar untuk mandi. Di kamar A-Ling juga ada kamar mandi sih. Tapi kata bunda, kamar A-Ling mau disemprot desinfektan dulu, biar kumannya pada minggat. Lah, dikira A-Ling ternak virus dan bakteri?










Terimakasih untuk yang bersedia mampir. Semoga suka.

Baby LingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang