Chapter 7

22 12 0
                                    

Kyra masuk ke dalam kamarnya dengan tergesa-gesa, di tutupnya pintu kamar dengan keras. Menghela napas panjang, Kyra menyandarkan punggungnya pada daun pintu kemudian merosot ke lantai sembari memeluk lututnya erat.

Jantungnya masih berdegup kencang ketika mengingat apa yang akan Deon lakukan tadi kepadanya. Bukan perasaan bahagia yang ia rasakan, melainkan perasaan gelisah sekaligus was-was. Hati dan pikirannya menolak dengan keras ciuman dari Deon.

Akhir-akhir ini ada yang salah dengan perasaannya.

"Ada apa dengan gue sebenarnya? Gue rasanya pengen nangis sekarang" monolognya.

Dan benar saja, sekarang mata Kyra sudah berkaca-kaca. Bibirnya sudah mengeluarkan isakan-isakan kecil.

Kepalanya ia telungkupkan pada lutut yang masih tertekuk itu. Perasaannya campur aduk membuat dirinya meremas rambutnya frustasi.

"Gue gak bisa nikah sama Deon kalo ingatan gue belum kembali." ketika teringat perkataan Deon yang ingin segera menikahinya.

Tidak lama kemudian pintu kamarnya di ketuk dari luar. Dengan panik Kyra segera menghapus air matanya dan membereskan tatanan rambutnya yang sedikit berantakan.

"Kyra, sayang? Kamu ada di dalam 'kan?"

Kyra segera berdiri dan menghadap pintu. "Iya bund."

"Kamu kenapa? Boleh bunda masuk?" pinta Naina khawatir.

Dengan perlahan Kyra membuka pintu kamarnya dan dengan jelas dia bisa melihat wajah khawatir Bundanya ini.

"Aku gak apa-apa, bund."

Naina segera masuk ke dalam kamar putrinya dan langsung duduk di pinggir tempat tidur. "Cerita sama Bunda, Kyra."

Seberapa tebal dan seberapa tingginya dinding yang Kyra bangun untuk menutupi kesedihan dari Bundanya, tetap saja Kyra tidak bisa. Bunda nya ini selalu tahu apa yang di alamai ataupun yang di rasakannya selama ini, membuat Kyra tidak bisa menutupi segalanya dari Bundanya.

Kyra ikut duduk di samping Naina. Dengan perlahan Kyra memeluk Bunda nya erat yang di sambut Naina dengan sayang.

Lama mereka dalam posisi seperti itu.

Menikmati kehangatan dari pelukan masing-masing.

Mata Kyra memanas karena ini yang dia perlukan. Pelukan seorang ibu untuk menumpahkan segala keluh kesahnya.

"Bunda aku cuma lagi gak enak hati aja. Gak tahu kenapa!" adu Kyra dengan lirihan di akhir kalimatnya.

Naina mengusap rambut putrinya lembut.

"Bunda mau gak cerita lagi gimana aku dulu? Rasanya ada sesuatu yang hilang dari diri aku yang sama sekali aku gak ingat."

"Bagian mana lagi yang mau kamu ingat?"

Kyra memejamkan matanya erat seolah-olah ingin mencari tahu apa yang ada dalam ingatannya saat itu.

"Jangan di paksakan sayang. Suatu saat nanti kamu juga bakal ingat kalo udah waktunya."

"Abi....."

"Siapa Abi, Bunda?" tanya Kyra tiba-tiba teringat dengan sebuah nama yang ia sebut dalam mimpinya. Siapa tahu 'kan kalau itu adalah bagian dari ingatannya yang muncul ke permukaan?

Kyra masih menunggu harap-harap cemas dari ibunya.

Kenapa jawaban itu seolah sulit untuk keluar dari kerongkongan Naina?

"Bunda?"

Naina masih diam. Dia bingung harus menjawab apa, tapi untunglah Pandu--suaminya tiba-tiba muncul dan menyelamatkan keadaan. Sebenarnya dari tadi Pandu berdiri di luar kamar mendengarkan pembicaraan ibu dan anak itu.

You Are My Memory [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang