Chapter 14

19 7 0
                                    

"Muka leye, lingkaran mata lo jelas banget, apalagi badan lo agak kurusan sekarang. Mati aja sono kalo gak ada niatan hidup mah!"

"Sialan lo."

"Gue emang salah ngomong? Ini tuh fakta, lo udah gak keluar kamar selama satu minggu. Gue kira lo gantung diri di kamar."

Dengan kesal Kyra melempar guling kepada Fanny yang duduk di sisi ranjangnya.

Memang benar apa yang dikatakan Fanny, sudah satu minggu ini Kyra mengurung dirinya di kamar. Tidak pergi ke restoran, tidak turun untuk makan, dia hanya meringkuk seperti janin di ranjang nya. Tapi meskipun begitu, Kyra memboyong beberapa cemilan untuk menemaninya selama hibernasi. Naina dan Pandu sangat mengkhawatirkan kondisi putrinya ini, setiap saat mereka mengunjungi Kyra dan menanyakan apa yang di butuhkan putrinya itu.

"Jangan bilang lo kayak gini karena di tinggal Deon keluar kota?" tebak Fanny.

Soal pria itu, memang benar kalau Deon sedang pergi ke lampung mengurusi anak perusahaannya yang sedang mengalami masalah. Tidak terasa dirinya sudah pergi selama satu minggu lamanya, pasti masalahnya sangat serius.

"Enggaklah! Kurang kerjaan banget gue ngurung diri di kamar cuma karena Deon pergi ke luar kota." sewot Kyra tidak terima.

"Lah terus yang lo lakuin sekarang kan emang kurang kerjaan!"

"Masalahnya beda, Fanny." rengek Kyra

"Tapi Deon tahu lo kayak gini?"

Kyra menggeleng dan Fanny hanya menatap Kyra sembari menghela napas lelah.

"Sebenarnya lo kenapa sih, Ra? Gue bingung sama lo. Gak ada angin, gak ada hujan, gak ada topan, gak ada panas. Eh tiap hari juga kan panas yak, Jakarta? Udahlah......intinya masalah lo apa?"

Kyra menyandarkan punggungnya pada sandaran ranjang kedua kakinya tertutup oleh selimut tebal, rambutnya sudah menyerupai singa betina.

"Gue lagi males aja keluar. Terlalu banyak momen yang gue lupa, gue kayak hidup di negeri dongeng aja gitu. Semuanya kayak gak nyata, apa yang gue milikin dan apa yang gue rasakan sekarang itu, kayak ada yang kurang." jelas Kyra mengeluarkan unek-unek nya selama satu minggu ini.

Dia kembali merenung.

Fanny mengangguk mengerti. "Lo gak tanya sama ortu lo tentang masa lalu lo? Dan tentang apa aja yang lo udah lupain?"

Kyra menggeleng. "Gue harus inget sendiri, Fan. Meskipun mereka orang tua gue, kalo demi kebaikan gue mereka pasti bohong soal semuanya."

Hmm masuk akal.

Karena orang tua akan melakukan apa saja untuk kebahagiaan anaknya.

👧👧👧

Hari ini hari sabtu dan Kyra memutuskan untuk kembali ke restoran senin depan. Dia masih ingin menikmati rebahan-rebahan santainya, lagian dia kan bosnya.

Semakin Kyra terus memaksakan untuk kembali tidur, semakin pusing kepalanya. Berdecak, akhirnya Kyra menyibak selimut kemudian bangun dengan punggung yang bersandar di kepala ranjang. Matanya yang setengah terpejam melirik jam dinding yang sudah menunjukan pukul tujuh pagi.

Tangannya meraba nakas untuk mengambil gelas yang ternyata kosong, persediaan air dalam botol yang berukuran besar pun sudah habis. Setelah seminggu penuh mengurung diri di kamar, sekarang mau tidak mau Kyra harus keluar untuk mengambil minum. Mana mungkin dia harus teriak-teriak memanggil ibunya kan?

Berjalan dengan langkah gontai, Kyra menuruni satu persatu anak tangga. Saat di tangga terakhir matanya menyipit ketika melihat Ayah dan Bundanya memakai pakaian rapi dengan tiga koper di sisinya.

You Are My Memory [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang