Tidak jauh berbeda dari Mami-nya, Adrian--papinya Abian juga menyambut anaknya dengan sayang dan penuh haru.
"Anak papi akhirnya inget rumah juga!" sambut Adrian memeluk Abian erat.
"Apa kabar, pi?"
"Baik. Sangat baik malah!" dan sekarang menepuk bahu Abian.
"Kamu gimana?" tanya Adrian.
"Aku juga baik, pi."
Gita menatap malas mereka. "Udah napa, pi? Aku udah laper nih." rengeknya
Abian hanya tertawa, sementara Adrian menggelengkan kepalanya. Ayah dan anak itu berjalan keruang makan dengan masih saling merangkul satu sama lain.
Sarah sudah disana sedang menyiapkan makanan."Bian, mami gak masak maaf ya? Tapi mami jamin kamu pasti lebih suka masakan yang ini."
"Gak apa-apa, mi." balasnya. Kemudian menarik kursi dan mendudukan bokongnya dengan nyaman.
"Wahh.....ini sih sop buntut kesukaan aku." girangnya
"Cobain deh! sop buntut ini khusus buat kamu. Pasti kamu suka dari pada yang buatan mami."
Abian hanya mengangguk.
Kenapa perasaannya jadi tidak enak begini?
Di bawanya mangkuk berukuran sedang itu kehadapannya dan di ambilnya sendok.
"Ngapain ragu? Ayo cobain!" ucap Adrian dengan tawa kecil.
"Lama banget sih? kalo gak mau biar gue aja sini!" serobot Gita jengah. Karena Abian sedari tadi hanya menggantung sendoknya di dekat mulut tanpa niatan untuk memasukannya.
"Anggita....." geram Sarah
"Habisnya Abi lama, mi."
"Kamu itu gak pernah berubah, yak! sama kakak sendiri jangan di biasakan panggil namanya doang. Yang sopan dong, Bian juga sopan kalo ngomong sama kamu."
"Kan gak biasa, mi." rengeknya
"Lagian umur kita juga bedanya tiga tahun!" lanjutnya sembari menyuapkan sesuap nasi.
"Ya dibiasakan dong! kamu itu kerjaannya ngeles aja, heran!"
Kalau di biarkan perdebatan ibu dan anak ini tidak akan pernah berakhir dengan damai, meja makan menjadi sasaran debat dadakan mereka kali ini.
Anggita Cahya Sabrina adalah adik dari Abian sendiri yang kelakuannya beda jauh dengan sang kakak. Anggita yang biasa di panggil Gita lebih cenderung tomboy dan suka seenaknya sendiri.
Sifat ini lah yang membuat tante Sarah kerokan tiap malam!
"Udah kenapa jadi pada debat sih? Ini Bian mau makan sop buntutnya gak jadi-jadi padahal udah nyampe mulut nya tapi sendoknya di tarik lagi." lerai Adrian kepada ibu dan anak yang masih perang dingin itu.
Dari aromanya saja membuat Abian panas dingin dengan jantung yang berdegup kencang. Dirinya ragu untuk mencicipi sop buntut ini karena takut kalau yang ada di pikirannya sekarang ini memang benar.
Karena tidak mau membuat keluarganya menunggu lebih lama lagi, akhirnya Abian memasukan sop buntut yang sudah ada dalam sendok yang di genggamnya itu ke dalam mulut.
Dan hancur sudah pertahanan yang selama ini ia bangun.
Rasa rindu yang selama ini ia tahan sebisa mungkin, dengan mudahnya membludak keluar menggerogoti setiap saraf dalam tubuhnya.
Ternyata benar!
Rasanya masih sama.....
Sama seperti dulu.....
Selalu berhasil memanjakan lidah Abian.
Membuat perasaan cinta yang di milikinya kian tumbuh dari hari ke hari!
Kyra......
"Mami dapet dari mana ini?" Abian mendorong mangkuk tersebut ke depan.
"Dia yang nganterin ke sini."
Dahi Abian berkerut bingung. "Maksud mami, kalau Kyra....."
Sarah tersenyum lembut. "Meskipun dia gak nyambut kepulangan kamu, tapi masakannya menunggu kamu di rumah."
"Mami tahu, yang kamu harapkan saat ini adalah dirinya.....tapi itu tidak mungkin. Jadi mami pesen makanan dari restorannya karena mami tahu dia yang turun langsung masak meskipun itu restorannya sendiri."
"Dia udah jadi chef sekarang! Dan punya restorannya sendiri." lanjut Gita
Abian terdiam. Tidak tahu apakah dirinya harus merasa senang atau merasa sedih.
"Dan kamu tahu, Bian? Dia yang nganter sendiri masakannya ke sini. Mami juga gak nyangka sebelumnya ketika mendapati dia dan temannya ada di depan rumah ini tadi."
"Ingin rasanya mami peluk dia tadi!" lanjut Sarah mendesah gusar.
Di luar Abian terlihat sangat tenang ketika mendengar cerita dari ibunya tentang Kyra. Tapi dalam hati dia menangis pilu.
Dia rindu dengan gadis itu.
Sangat!
Memendam rindu selama bertahun-tahun itu tidaklah mudah untuk Abian. Hatinya sudah sepenuhnya milik Kyra dan selamanya seperti itu.
Ah......seperti apa gadis itu sekarang?
🌷🌷🌷
Tepat pukul sembilan malam mobil Deon sampai di kediaman Kyra untuk mengantar gadis itu pulang.
"Makasih, Deon." ucap Kyra tulus yang masih di dalam mobil karena Deon sedari tadi terus menggenggam tangannya.
"Iya sama-sama. Udah jadi tugas aku!" jawabnya semakin mengeratkan genggamannya.
"Ini udah malem, aku harus masuk ke dalam rumah Deon!"
"Iya tinggal masuk. Ini 'kan kita udah sampai!" jawabnya polos
Kyra memutar matanya malas. "Tangannya Deon"
"Tangan? Kenapa dengan tangannya, Kyra?" tanyanya tanpa ada niatan untuk melepas tangan Kyra.
"Jangan bercanda, Deon!" geram Kyra gemas.
Deon tertawa gemas. "Aku masih kangen sama kamu, Ky" akunya jujur.
Kyra bedecak. "Dari tadi kita udah sama-sama, loh Deon. Tingkah kamu itu udah kayak gak ketemu bertahun-tahun sama aku!"
"Aku tahu. Kayaknya aku harus segera nikahin kamu deh, Ky" ucapnya pelan.
Kyra tediam menatap Deon yang kini juga tengah menatapnya dalam. Deon melepas sabuk pengamannya dan kemudian meringsek maju ke arah Kyra yang masih terdiam mencerna semuanya.
Dengan satu tangannya yang bebas, Deon mengelus pipi Kyra pelan kemudian mendekatkan wajahnya dengan mata yang terpejam ke wajah Kyra. Lebih tepatnya bibir.
Kyra shok. Dengan cepat dia menahan dada Deon dengan satu tanganya yang bebas membuag Deon membuka matanya dan menatap Kyra kecewa.
"Kenapa?" tanyanya.
Kyra maju dan mengecup pipi Deon cepat. "Di pipi aja, yak? Aku udah ngantuk banget. Selamat malam."
Kyra segera keluar dari mobil Deon, kemudian berlari memasuki rumahnya.
Melihat itu, Deon hanya tersenyum kecil. "Kayaknya aku udah harus lamar kamu deh, Ky!" gumamnya
Menghela napas pelan, Deon memakai kembali sabuk pengamannya kemudian melajukan mobilnya meninggalkan kediaman Kyra.
Hati pun tahu kalau aku milikmu!
😚
KAMU SEDANG MEMBACA
You Are My Memory [ON GOING]
RomanceKehilangan ingatan akibat kecelakaan yang di alaminya, membuat Nesya Kyra Maheswari tidak mengingat momen-momen manis yang di alaminya bersama sang kekasih pada masa putih abu-abunya itu. Cerita mereka belum usai, tapi Kyra sudah membangun kisah bar...