Chapter 15

18 8 0
                                    

"Pokoknya Mami gak mau tahu, kamu harus buat Kyra inget lagi sama kamu. Umur kamu udah dua delapan, Bian. Pokoknya kamu harus nikah sama Kyra. Titik. Mami gak mau tahu!"

Abian menghela napasnya lelah. Siang ini di saat jam makan siang dia pulang ke rumah karena ingin makan siang bersama keluarga. Tapi setelah makan siang itu usai, dia malah mendapat wejangan dari Maminya dan tentunya tentang Kyra.

"Kyra bukan jodoh aku, mi." Abian sudah terlihat frustasi karena sudah beberapa kali menjelaskan pada maminya tentang ini. Sementara Gita dan papinya malah terkikik geli menonton mereka sambil menikmati cemilan dalam toples. Saat ini posisi mereka berada di ruang tamu.

"Kamu deketin dia dong.....gimana sih? Ini udah sembilan tahun dan dia belum inget sama kamu? Kamu itu pacarnya loh, Bi."

Abian menggaruk pipinya gatal. "Mi.....mami gak usah khawatir. Kalaupun jodoh Bian itu Kyra, dia gak  bakalan kemana."

"Gimana mau jodoh kalo dia aja gak kenal siapa kamu!"

Sarah memakan kripiknya dengan ganas sambil menatap putranya berang. Yang di tatap hanya bisa meringis ngeri. "Heran mami sama kamu! Gak ada perjuangannya gitu sama orang yang kamu cinta. Harusnya......kamu itu contoh papi kamu, dia dulu merjuangin mami mati-matian tahu gak?"

Abian melirik ke arah papinya. Dan Adrian menepuk dadanya bangga dengan senyum pongah.

"Lagian umur Kyra sama kamu gak jauh beda. Kyra juga umurnya udah matang banget buat nikah, mami cuma takut kalau om Pandu bakal nikahin putrinya sama orang lain." kali ini suara Sarah memelas

Sarah menatap sendu Abian. "Kamu gak mau itu terjadi kan? Dia gak inget sama kamu dan malah nikah sama orang lain?"

Abian hanya menganggukan kepalanya lemah. Jujur dia gak mau kehilangan Kyra begitu saja, dan kalau sampai itu terjadi Abian tidak bisa jatuh cinta lagi karena hatinya sudah bertahtakan nama Kyra sepenuhnya.

Sebelum kembali ke kantor Abian dan Gita masih berbincang hangat dengan kedua orang tuanya. Sampai suara bel rumah mengalihkan perhatian mereka.

"Siapa yak?" tanya Sarah yang hendak berdiri untuk membuka pintu.

"Mi. Biar aku aja" cegah Gita yang kini sudah melangkah pergi.

Dengan perlahan Gita membuka pintu lebar-lebar dan di sambut dengan senyum tak kalah lebar dari orang yang bertamu.

"Mami." Gita berjalan dengan dengan dua tamu yang membuntutinya dari belakang.

Sarah, Adrian dan Abian langsung berdiri dengan wajah kaget.

"Eh ya ampun, kamu apa kabar?" tersadar dari rasa kagetnya, Sarah menghampiri Naina dan memeluknya.

"Aku baik. Kamu gimana?" balas Naina setelah mengurai pelukannya dengan Sarah.

Adrian dan Pandu juga berjabat tangan dengan senyum tipis yang menghiasi wajah mereka.

"Aku juga baik."

Sementara Abian hanya terdiam dengan memasang senyum kaku.

Naina kemudian mengalihkan perhatiannya pada Abian. "Kamu apa kabar, Bi?"

Abian tersenyum dan menyalami tangan Naina. "Baik tante."

Mereka pun duduk dan mulai berbincang hangat setelah sembilan tahun tidal berjumpa lagi.

"Semuanya sudah berubah, yak?" ujar Naina tersenyum kecil.

Sarah menanggapi. "Iya sekarang rasanya asing," kemudian tersenyum sendu.

Sementara Naina dan Sarah masih berbincang tentang mereka di masa lalu, lain hal nya dengan Pandu dan Adrian yang hanyut dalam pembicaraan tentang bisnis. Abian masih setia menundukan kepalanya dalam dengan kedua tangannya bertaut dan bertumpu pada lutut. Rasanya pembicaraan kedua orang tua mereka seakan tidak ada ujung nya.

You Are My Memory [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang