Chapter 20

10 4 0
                                    

Selamat pagi, sarapannya udah aku siapin. Selamat makan')

Abian menatap sticky notes berwarna merah muda di tangannya itu dengan dahi berkerut dalam. Sudah satu minggu ini dia merasa kalau Kyra benar-benar menghindarinya. Setiap Abian pulang kerja, Kyra sudah tertidur lelap, atau Abian sengaja menjemput Kyra ke restoran, gadis itu sudah pulang duluan. Dan saat dia sudah sampai di rumah, Kyra mengurung diri di kamar, setelah menyiapkan beberapa makanan di meja makan.

Dan setiap pagi juga seperti ini. Kyra berangkat kerja lebih pagi dari biasanya dan hanya meninggalkan sticky notes di meja makan untuk menyuruh Abian memakan sarapannya.

Setiap harinya Abian selalu berpikir dan merenungi setiap sikapnya pada Kyra. Apakah dirinya melakukan sebuah kesalahan sehingga gadis itu menjauhinya? Ataukah ada perkataan yang secara tidak tersirat menyakiti hati gadis itu? Abian di landa kebingungan, apa yang harus dia lakukan? Ini sudah dua minggu dan tidak ada perubahan kalau Kyra mengingat masa lalu mereka.

Kepalanya semakin sakit ketika otaknya kembali mengingat sebuah pesan yang di kirim lima hari yang lalu oleh Pandu.

Bagaimana Abian? Ini sudah hampir dua minggu, apa sudah ada perubahan di hubungan kalian? Tidak lama lagi kami akan segera mengakhiri liburan ini.

Secara tidak langsung itu adalah sebuah peringatan kalau waktu yang dimiliki Abian kian menipis. Dan di detik-detik terakhir ini, dia belum menyelesaikan pekerjaannya sama sekali. Bagaimana kalau Deon sudah kembali sebelum ingatan Kyra mendapatkan pencerahan? Apakah Kyra akan mempercainya?

Terlalu larut dalam pemikiran kemungkinan-kemungkinan yang belum tentu akan terjadi, secara tidak sadar Abian mulai menginjak pedal gas mobilnya sehingga melaju di atas kecepatan normal.

Ya, saat ini dia sedang menyetir menuju kantor bersama Gita di sebelahnya yang sedang memakai lipstik.

Gita mengeram marah ketika lipstik yang sedang ia gunakan keluar dari garis bibirnya karena mobil Abian melaju dengan kecepatan angin. "Kenapa sih? Nyetir nya bisa biasa aja gak?!"

"Bambang Abian! Denger gak sih gue ngomong?! Berhenti sekarang gue mau turun!!" teriak Gita panik. Tangannya mengguncang lengan Abian heboh.

Seakan tersadar, Abian menormalkan laju mobilnya dan kemudian berhenti di tepi jalan.

"Udah puas, hah? Udah puas mau bikin kita mati konyol?! Lagian ini tuh jalan raya, bukan sirkuit spanyol!"

Sementara yang di omeli malah terdiam dengan kedua tangan masih mencengkram stir mobil erat. Napasnya berhembus tidak beraturan, Gita masih menatap tajam merasa heran dengan kelakuan kakaknya ini.

"Kalo ada masalah, kita omongin baik-baik. Cari jalan keluarnya, bukan kayak gini jalan keluarnya. Sama aja kita tuh bunuh diri tahu gak? Eh salah, lo yang bunuh diri bukan gue. Mana gue masih jomblo lagi, kan gak lucu kalau gue mati dadakan sebelum ketemu sama pangeran berkuda putih gue. Lagian------" gerutuan Gita terputus ketika Abian membuka suara.

"Kyra ngindarin aku, Git."

"Eh?" Gita mengerjap ling-lung.

"Kenapa tuh?" tanyanya bingung.

"Aku juga gak tahu, ini udah seminggu dan aku mau bicara sama dia aja susah banget walau kita satu rumah." ungkapnya

You Are My Memory [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang