Chapter 17

17 6 0
                                    

"Masih marah?" tanya Abian karena sedari tadi Gita hanya diam.

Sembari memilin tisu, dengan kesal Gita berucap. "Pake tanya lagi." ketusnya

Ya gimana gak kesal coba? Sudah dandan cantik dan siap seratus persen untuk bekerja, eh orang yang katanya mau jemput gak nongol-nongol dan dirinya berakhir menunggu selama tiga jam di teras rumah sebelum akhirnya memutuskan memesan taksi.

Abian tertawa geli ketika mengingat wajah merah padam Gita pagi tadi. "Ngakak parah."

Bibir Gita semakin manyun.

"Abi?"

Perhatian mereka berdua tertuju pada Kyra yang sudah berdiri di samping meja mereka.

Sejak kapan Kyra disana?

"Oh, hai..." balas Abian

Entah kenapa mendengar namanya di sebut oleh Kyra setelah sekian lama, serasa merdu di dalam indra pendengaran Abian. Abian rindu ketika momen dimana Kyra memanggil namanya manja, ketika Kyra merengek meminta sesuatu.

Ahhhh seandainya waktu bisa berputar kembali......

"Akhh...."

Lamunan Abian buyar, ketika Gita dengan tidak berperikemanusiaan menendang tulang keringnya keras.
Di lihatnya Gita tengah santai memilin tisunya seolah tidak terjadi apa-apa.

"Apa-apaan sih?" desis Abian tajam. Satu tangannya turun guna mengusap tulang keringnya berdenyut nyeri.

Melihat intraksi tak kasat mata antara Abian dan wanita itu, tanpa sadar memunculkan senyum getir di bibir Kyra. Entah kenapa perasaan tidak sukanya tadi muncul kembali.

Ada sebagian hati yang tidak rela menimbulkan denyutan nyeri yang perlahan meremukan hati. Kerongkongannya tercekat menahan tangis, padahal seingat Kyra dirinya tidak menelan sendal jepit tadi sebelum kesini. Sungguh tidak rela dan entah kenapa perasaan asing ini mulai muncul menyapa dirinya.

Dia sepupu lo, Kyra.

Berdehem sebentar guna menetralkan rasa yang berkecamuk dalam hatinya. Kyra kembali berucap.

"Kalian sudah pesan?"

"Sudah, mungkin seben--- eh itu dia." tunjuk Abian ketika pelayan datang dan menyajikan pesanannya dan Gita.

"Makasih." ucap Abian

Dan pelayan itu pergi setelah sebelumnya menunduk pada Kyra.

"Kamu duduk sini, ikut makan bareng kita." ajak Abian. Menepuk kursi kosong di dekatnya.

"Enggak. Aku udah makan tadi, kamu aja."

Dan Abian tahu kalau Kyra berbohong!

"Kamu belum makan. Aya sini duduk." paksa Abian yang kini menarik pergelangan Kyra.

"Enggak, Abi. Aku udah kenyang, kamu aja." Kyra berusaha melepaskan cekalan Abian.

"Enggak." Abian masih menarik tangan Kyra.

"Abi....."

"Kamu belum makan!" tekan Abian

"Dari mana kamu tahu kalau aku belum makan?" tantang Kyra

Abian berhenti menarik Kyra, kemudian menatap gadis itu dalam.

"Ekhemm."

Suara deheman mengalihkan atensi Kyra dan Abian membuat mereka menoleh serempak pada sumber suara. Merasa perhatian mereka kembali padanya, Gita mengangkat wajahnya dan memandang Kyra dengan senyum lebar.

"Hai. Aku Gita Cahya Sabrina, panggil aja Gita." Gita mengulurkan tanganya dan di sambut hangat oleh Kyra.

"Aku Nesya Kyra Maheswari, panggil senyamannya kamu aja." balas Kyra dan dengan perlahan melepas tangan Abian dari pergelangan tanganya.

Gita semakin melebarkan senyumnya.  "Aku panggil aja kamu kak Kyra. Eh gak masalahkan?"

Sementara Abian menatap kosong tangannya yang tadi menggenggam pergelangan tangan Kyra. Menghembuskan napas pelan, Abian menyantap makanannya.

Kyra kembali terseyum. "Enggak apa-apa."

"Kalo gitu. Aku balik lagi yak, masih banyak kerjaan yang harus aku urus." pamit Kyra

"Sekali lagi. Selamat menikmati makananya," Kyra melirik ke arah Abian yang fokus pada makananya. "Dan semoga kalian langgeng."

Itulah kalimat terakhir yang Kyra ucapkan sebelum berlalu meninggalkan Abian yang tersedak hebat makanannya akibat ucapan Kyra barusan. Wajahnya sudah merah padam menahan nyeri di kerongkongannya. Dan Gita sibuk menepuk nepuk punggung Abian.

"Apa dia barusan berpikir kalau kita pacaran, Abi?"

Abian tidak menjawab, masih meredakan batuknya dengan mata yang menatap punggung Kyra yang menghilang di balik pintu kaca itu.

Seketika suasana berubah menjadi slow montion.

Halah lebay!

"Udah mendingan?" tanya Gita yang kini sudah kembali ke tempat duduknya.

Abian mengangguk kemudian meminum air putihnya.

"Gak bisa di biarin! Kak Kyra udah salah paham sama kita. Pokoknya lo harus jelasin sama dia kalo kita sodaraan!"

"Iya Gita, iya."

"Awas aja kalo dia masih salah paham!"

⏲⏲⏲

Jam sudah menunjukan pukul delapan malam. Restoran pun sudah tutup beberapa menit yang lalu, kini dirinya dan Fanny tengah bersiap-siap untuk pulang.

"Yakin nih gak mau cerita?" tanya Fanny yang entah sudah berapa kali.

Kyra tidak mengangguk atau juga tidak menggeleng. "Iya. Nanti kalo pikiran gue udah enakan, gue ceritain."

Fanny mengangguk memaklumi sahabatnya ini. Meskipun Kyra adalah sahabat baiknya, Fanny cukup tahu diri untuk tidak mengorek imformasi lebih jauh lagi tentang kehidupan Kyra. Dirinya tahu batasan!

Mereka berdua pun berjalan beriringan keluar dari restoran. Dan rencananya Fanny akan mengantar Kyra pulang karena Deon masih juga belum kembali.

Langkah Kyra terhenti ketika netranya menangkap sosok jangkung yang tengah bersandar di kap mobil dengan tangan terlipat di depan dada. Masih mengenakan pakaian yang sama seperti tadi siang, namun bedanya kini tinggal kemeja putihnya yang di gulung sampai sikut.

Abian menegakan tubuhnya ketika sosok Kyra kini tengah berjalan menghampirinya dengan seorang wanita yang mengekor di belakang.

"Kamu, disini?"

"Aku dari kantor langsung ke sini jemput kamu." jelas Abian.

"Tapi harusnya gak usah. Aku pulangnya sama Fanny, kok."

Dari raut wajah Abian, Kyra tahu kalau laki- laki itu tengah kelelahan.

"Aku jemput kamu karena kemauan aku. Bukan karena terpaksa atau karena udah janji sama om Pandu buat jaga kamu!"









































😋

You Are My Memory [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang