~Happy Reading~
Seorang pemuda berjalan santai dengan tas ransel hitam yang menenteng indah di pundaknya. Terkadang ia merasa risih kala semua pasang mata terarah padanya. Tetapi, kali ini lebih parah, hampir seisi sekolah menatapnya dengan sesekali berbisik-bisik.
Mengapa semua orang menatapnya? Itu sangat menganggu.
Karena dirinya dikenal dengan sosok yang dingin, misterius, dan penyendiri. Beberapa di antara mereka ketakutan dengannya sebab sorot mata es-nya. Meski begitu para kaum hawa banyak yang mengejarnya tapi dia tidak peduli.
Sama sekali.
Mendaratkan pantat dengan sempurna di bangkunya untuk melakukan rutinitasnya seperti biasa, yaitu menggambar. Entahlah, baginya suara pensil yang bergesekan dengan kertas dapat membuat dirinya merasa tenang.
Plak!
Satu tamparan keras untuknya dari salah satu orang tua dari pelajar disini sehingga membuat orang-orang yang sibuk dengan dunia masing-masing kini menatapnya dengan tatapan mengintimidasi.
"Kau yang mematahkan tangan anak ku?!"
Dia tak menggubrisnya, melanjutkan kembali gambarannya yang belum rampung itu.
Srak
Kertas putih yang dipakainya untuk menggambar di sahut oleh wanita paruh baya berkacamata, tak lain adalah kepala sekolah. Tak lupa wanita ini merobeknya. Yang menampar pipinya adalah salah satu wali murid dan yang merobek kertas gambarnya adalah sang kepala sekolah. Hmm bagus, sangat bagus nasibnya hari ini.
"Ikut saya" nada sang kepala sekolah terdengar tinggi kepadanya, "anda juga nyonya" tiba-tiba nada bicaranya menjadi lembut ketika berbicara dengan orang tua yang menamparnya.
Bagaimana tidak, wali murid itu adalah orang yang berpengaruh besar terhadap sekolah ini.
Mereka sudah duduk di dalam ruang kepala sekolah, dirinya terus di tatap dengan tatapan tidak suka.
"Aku mau dia di keluarkan dari sekolah" tuntut salah satu ibu dari pelajar yang mengalami patah tulang.
"Jangan asal menuntut ku" ucapnya dingin.
"Apa ini kurang?" Kepala sekolah menunjukan rekaman cctv disaat dirinya mematahkan lengan dari salah satu siswa.
"Aku hanya memberinya pelajaran"
"Kau tidak tahu siapa dia?!"
"Aku tahu, dia perundung"
"Minta maaf sekarang juga!!"
"Tidak"
Sesantai itu dia menjawabnya.
Brak
"Keluarkan saja bocah miskin ini dari sekolahku. Ini perintah!" Ujar sang ayah dari murid sekaligus pemilik sekolah ini, "kau masuk di sekolah mahal ini karena dirimu cukup beruntung"
"Jangan menginjakkan kaki disekolah ini lagi!"
Ia berdiri dari duduknya, "kalau begitu ... baiklah" tanpa permisi ia keluar, menuju kelas tak peduli tatapan orang yang menatapnya iba. Sesegera mungkin mengemasi semua barangnya, sesuai perintah...
Tidak akan pernah menginjakkan kaki di sekolah ini lagi.
Pulang kerumah tanpa disambut siapapun. Hanya pigura besar menampilkan foto dirinya dengan kakaknya semasa dia kecil berbeda dengan kakaknya yang sudah remaja.
Tidak ada ayah, ibu, hanya kakaknya yang sudah merawatnya sejak kecil dan kini kakaknya telah meninggalkannya ... Seorang diri.
Tidak ada lagi keluarga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alexithymia✓
Teen Fiction[END] Pernahkan anda mendengar penyakit yang bernama alexithymia? Penyakit yang sulit merasakan emosi dan susah mengekpresikan emosinya kepada orang lain selain itu dia juga kesulitan membuat wajahnya untuk berekspresi. Perjuangan seorang lelaki yan...