Chapter 16-kehancuran

260 40 12
                                    

~Happy Reading~

[Chapter ini sedikit panjang]

Awan mendung menghalangi silaunya cahaya matahari, air mulai merintik perlahan sampai menjadi sebuah hujan. Pada sore hari ini, mereka membasahi seluruh kota.

Asahi yang masih duduk di bangku SMP ini tengah sibuk mengobrak-abrik isi tas ranselnya.

"Dimana buku catatan ku?" monolognya dengan raut wajah datar.

Beralih dengan rak-rak bukunya. Namun nihil, buku catatan yang dimaksud sama sekali tidak menampakkan sosoknya.

"Hahh..." Menghela nafas menyerah.

Memejamkan matanya mencoba mengingat kembali dimana terakhir kali meletakkan benda itu.

Dia membuka matanya setelah teringat dimana buku catatannya tertinggal. Ia memalingkan pandangannya pada jendela, mendapati di luar yang sedang hujan lebat.



Asahi berjalan kaki di bawah payung hitam yang melindunginya dari hujan. Kedua kakinya berhenti tepat di gerbang sekolah. Beruntung tak terkunci, ia dapat masuk dengan mudah.

Menyusuri koridor sunyi. Saking sunyi nya, suara hujan pun terdengar jelas di telinga. Asahi kemari untuk mengambil buku catatan miliknya yang tertinggal.

Klek

Pintu kelasnya telah dibuka. Ia segera pergi menuju bangkunya dan benar saja benda berukuran sedang itu berada di dalam laci mejanya.

Tanpa pikir panjang ia langsung mengambilnya dan pulang ke rumah lalu belajar untuk ujian pada keesokan harinya.

Kakinya terus melangkah hingga berhasil menginjak di halaman sekolah, namun langkahnya terhenti ketika netra dinginnya itu mendapati pada gedung sebelah terdapat seorang lelaki berdiri di atas langkan. Hanya siluet yang dilihat oleh Asahi.

Jika diteliti, dari postur ... Asahi nampak mengenalnya. Maka ia memutuskan untuk berhenti sejenak melihat apa yang hendak dilakukan oleh lelaki itu.

Asahi masih setia berdiri di bawah derasnya hujan dengan payung di tangannya.

Tanpa aba-aba. Lelaki tersebut terjun bebas dan Asahi menyaksikan itu semua.

Bruk!

"Sebesar apa masalah mu sampai bunuh diri seperti itu?" Monolog Asahi tanpa rasa kasihan sama sekali.

Rasa penasaran masih menyelimuti Asahi, ia menghampirinya. Seketika payung hitam itu terlepas dari tangannya beserta buku catatan yang dibawanya.

Asahi berjongkok lalu menggoyangkan tubuh lelaki yang lebih pendek darinya itu, "Mashiho! Mashi..."

Takata Mashiho, sahabatnya.

Ia masih tetap menggoyangkan tubuh yang sudah melemas itu. Darah dari kepala Mashiho terus mengalir tiada henti, air hujan perlahan menyapu cairan merah kental itu.

"Kenapa kau bunuh diri, sialan? Banyak masalah? Katakan padaku, aku teman mu, bodoh" omel Asahi kepada Mashiho dengan dipenuhi umpatan.

Mashiho berusaha untuk membuka mulutnya, "A-a-aku ... Ter—terpeleset"

Masalah sepele yang berakibat fatal.

"Sudah tahu hujan kenapa naik ke atas sana? Katakan saja jika kau ingin bunuh diri, anak setan"

Alexithymia✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang