Chapter 3-rahasia terbesar

310 54 2
                                    

~Happy Reading~

Asahi mengangkat kepalanya.

"Mau tahu rahasia terbesar dalam hidup ku?"

Makhluk halus apa yang merasuki Asahi sekarang? Tak biasanya dia mengatakan hal-hal seperti ini, terlebih lagi ... Rahasia terbesarnya!

"Ah maaf jika pertanyaan ku terlalu lancang, jangan dikatakan jika—"

"Aku penderita alexithymia

Yedam mengangguk paham, "sekali lagi maaf, aku sudah membuatmu harus menjawab ini"

"Tidak ini keinginan ku sendiri" Asahi memainkan ramen-nya yang tinggal kuah, "terkadang menyimpannya sendiri terasa melelahkan"

"Sepertinya kita senasib. Bagaimana jika kita sekarang berteman? Kau belum memiliki teman, bukan?" Saran Yedam.

"Aku akan mencobanya"

Yedam menyodorkan ponselnya membuat Asahi kebingungan.

"Apa?"

"Berikan nomor ponsel mu"

"Harus begitu?"

"Bukankah setiap orang jika berteman saling mempunyai nomor ponsel?"

"Begitu ya?" Asahi mengeluarkan ponselnya dan bertukar dengan Yedam.

Yedam sedikit terkejut dengan kontak Asahi yang hanya satu. Sebegitu pendiamnya?

Asahi mengembalikan ponsel Yedam setelah memberikan nomor ponselnya, begitu juga sebaliknya

"Aku akan pulang" Asahi berdiri dari duduknya dan sambil menyambar plastik hitam disampingnya, "terima kasih untuk traktirannya"

"Tak masalah" Yedam hanya menatap punggung pemuda Jepang itu yang mulai keluar dari kedai. Setelah dirasa jauh ia melanjutkan menyantap ramen-nya kembali.



"Cepat ganti seragam mu lalu lanjutkan dengan belajar!"

Baru saja pulang dari sekolah telah disambut oleh sang ibunda dan harus kembali berhadapan bersama buku. Dengan berat hati Yedam melangkahkan masuk kedalam kamarnya yang sudah dipenuhi oleh buku. Bahkan bisa dikatakan perpustakaan dibanding kamar.

Yedam membuang nafas berat disaat ia duduk di kursi belajarnya, membuka buku yang cukup tebal, mengerjakan soal yang ada.

Sudah berjam-jam lamanya dia duduk disana, sudah banyak soal yang ia kerjakan. Tak peduli pada jarinya yang telah lecet, tak peduli dengan hidungnya yang perlahan meneteskan cairan berwarna merah, dan tak mempedulikan rasa lelah.

Kriieet

Pintu kamarnya terbuka perlahan, seseorang masuk kedalam kamarnya.

"Kak" panggil adik lelakinya.

"Ya, Junghwan?" Pandangan Yedam masih tidak bisa lepas dari buku.

"Kakak belum makan sama sekali" adiknya yang bernama Junghwan itu meletakkan semangkok bubur hangat dan segelas susu.

"Aku sudah makan"

"Bohong"

Yedam tak menggubris adiknya dan masih sibuk berkutat bersama kertas-kertas itu. Junghwan menyahut buku yang sedang dikerjakannya lalu melemparnya kuat ke dinding.

"Hentikan!" Jeritnya.

Junghwan menarik tubuh kurus sang kakak dari kursi dan berhadapan dengan tubuhnya yang dua kali lebih besar darinya padahal dia masih duduk di bangku SMP.

Alexithymia✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang