Alexia menghela nafas lega ketika tau dirinya masih diberikan kehidupan. Ia baru saja sadar setelah lama tak sadarkan diri.
Ia sekarang berada dikasur kamar milik ayahnya lagi. Ia menatap kearah jendela yang memperlihatkan suasana pagi yang sangat menyejukan.
Tubuh kecilnya merasa sangat sakit dan pegal, apa mungkin ia tak sadarkan diri lebih lama dari sebelumnya? Entahlah ia pun tak tau.
Alexia pun turun dari kasur ayahnya lalu berjalan kearah jendela. Dari jendela sini ia bisa melihat tempat para pengawal berlatih pedang.
Diam-diam ia tersenyum ketika matanya melihat seseorang yang ia kenali berhasil menjatuhkan beberapa pengawal.
"KAK IYAN HEBAT SEKALI!" Teriaknya.
Semua orang yang berada dibawah sana seketika langsung mendongak ke sumber suara keramaian.
Terlihatlah wajah pucat yang terlihat sangat ceria, bahkan Alexia tak henti hentinya melambaikan tangannya.
"SELAMAT PAGI!" Sapanya pada semua orang, termasuk kakaknya yang masih terdiam membeku ditempatnya.
Brakk'
Pintu terbuka dengan sangat kencang. Sukses membuat Alexia terlonjak kaget karena mendengarnya. Ia pun menoleh kearah pintu.
Terpampanglah wajah letih sang ayah, bahkan rambut seputih salju itu terlihat sangat berantakan.
"Alexia.." Lalu tanpa persetujuan apapun Luxius pun langsung menghampiri putrinya lalu memeluk erat tubuh kecil sang anak.
Alexia sempat terhuyung sebentar, tapi ditahan oleh sang ayah dan dibawa pada gendongannya.
Alexia tersenyum senang, ia pun membalas pelukan sang ayah yang kini tanpa sadar telah membuatnya tak menapak lagi pada tanah.
"Jangan membuat khawatir ayah lagi..." Lirih Luxius.
"Maafkan Alexia telah membuat ayah khawatir." Balas Alexia.
Ia benar benar menyayangi ayahnya, bahkan ia berjanji pada dirinya akan terus menjaga pria ini meskipun jika nanti ia akan dibenci karena bukan pemilik asli jiwa tubuh ini.
Isakan keluar begitu saja pada bibir kecil milik Alexia. Sang ayah yang mendengarnya melonggarkan pelukannya lalu menatap wajah putrinya yang sudah penuh dengan air mata.
Tangannya pun terulur untuk menghapus jejak air mata itu. "Heyy, kenapa menangis.."
"Hiks tidak tau hiks!"
Luxius terkekeh, ia pun menurunkan putrinya dari gendongannya. Lalu menyetarakan tingginya pada sang putri.
"Jangan menangis, ayah tak akan mengomelimu.." mungkin lanjutnya.
Alexia pun menghapus air matanya, lalu menatap mata biru sang ayah. Sebuah senyuman akhirnya terbit diwajah gadis sepuluh tahun itu ya walapun suara isakan masih mendominasinya.
"Oh ya, bagaimana keadaan anak perempuan yang waktu itu bersamaku?" Tanya Alexia.
Luxius tersenyum tipis. "Ayah bangga padamu."
Alexia menaikan salah satu alisnya kebingungan, itu bukan jawaban yang seharusnya ia dengar bukan?
Luxius kembali terkekeh. "Kau telah menyelamatkan anak dari orang penting dalam kerajaan ini."
Gadis bermata heterochromia itu semakin dibuat kebingungan dengan ucapan sang ayah, tapi ia memilih pura pura mengerti saja. "Lalu berapa lama aku tak sadarkan diri?"
Seketika suasana menjadi sangat mencekam. Raut wajah Luxius mulai siap untuk menceramahi sang anak. Bahkan ia sudah berdiri dengan tangan yang terlipat di dadanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Antagonist Princess [SUDAH TERBIT]
Fantasy[PART TIDAK LENGKAP/DIHAPUS SEBAGIAN] [] [Fantasi] --- Kembali diberikan kesempatan kedua? Hah Alexandra sangat senang akan hal itu tapi masalahnya kenapa harus ditubuh antagonis yang ia benci sih? Sialan. Entah harus merasa beruntung atau sial, tap...