15. Salju

27.5K 4.3K 69
                                    

Tiga bulan berlalu dengan sangat cepat. Sejak kejadian itu hanya ada kecanggungan yang menimpa antara Alexia dan sang Ayah. Entah sebabnya apa.

Tapi Alexia yakin jika ini semua masih ada sangkut pautnya dengan ia yang dikatakan membunuh sang ibu.

Selama tiga bulan, Alexia tak bisa lepas dari guru guru yang dikirimkan untuknya. Ternyata sang ayah benar benar tak main main dengan perkataannya itu.

Semenjak menjadi teman pangeran Dallas ia juga jadi lebih sering bertukar surat atau sekedar saling mengunjungi.

Ya, Alexia sudah pernah beberapa kali berkunjung ke istana, atas permintaan sang pangeran. Dallas pun juga sama ia jadi sering berkunjung ke kediaman Marquess.

Sedangkan untuk Lucian, Alexia jadi jarang sekali bertemu dengannya. Mereka jadi sibuk untuk mempersiapkan diri sebelum masuk Akademi.

Mereka akan masuk Akademi ketika umur mereka menginjak enam belas tahun.

Lucian akan masuk terlebih dahulu, kemudian disusul oleh Arlando dan Pangeran Dallas. Baru setelahnya Alexia, Clarissa, dan sosok laki laki yang akan mencintai Alexia juga tentunya.

"Aku lelah. Bisakah dilanjut esok hari saja?" Keluh Alexia, entah untuk yang ke berapa kali.

Albert, pria setengah baya itu hanya bisa menghela nafas kasar. Ia merupakan guru sihir untuk keluarga ini, sekarang memang jadwalnya putri bungsu Marquess untuk belajar.

Tapi baru saja dua jam belajar, Alexia bahkan sudah mengeluh lebih dari duapuluh kali. "Nona muda, anda sudah tertinggal jauh sekali dalam pelajaran. Jika terus menerus ditunda maka anda akan semakin lama masuk Akademi nantinya." Ucapnya dengan halus.

"Huh! Tapi aku lelah!" Keluh Alexia lagi.

"Belajarlah lebih giat lagi Nona muda..."

"... Kudengar anda ingin lebih hebat dari tuan muda Arlando bukan?"

Alexia berdiri dari duduknya, ia menatap sang guru dengan tatapan terkejut. "Bagaimana kau tau?!"

Albert tersenyum lembut. "Anda sering menggerutu seperti itu setiap kali saya memberikan tugas."

Gadis bersurai hitam tersebut hanya menganggukan kepalanya. Bener juga, ia akhir akhir ini memang jadi lebih sensitif dengan kakaknya.

Selama tiga bulan juga, banyak sekali perubahan dari sang kakak. Eits, bukan berubah menjadi lebih baik. Hanya saja ia semakin berani berbuat seenaknya.

Seperti seminggu yang lalu, Arlando dengan beraninya menghancurkan lukisan yang baru saja ia buat. Padahal kejadian itu dilihat oleh banyak orang mengingat mereka berada di halaman utama.

Lalu belum lagi sebulan yang lalu, pria bersurai hitam itu dengan seenaknya menaruh banyak sekali tikus di menaranya. Entah dapat dari mana semua tikus itu.

Tentu saja Alexia jadi geram, karena tikus tikus tersebut ia harus terdampar di taman menaranya. Karena harus menunggu mereka semua pergi dari sana

"Oke! Ayo lanjutkan pelajaran lagi!" Seru Alexia akhirnya.

Albert pun tersenyum senang, lalu mulai memberikan pelajaran pelajaran dasar lainnya tentang sihir.

---

Hari berakhir dengan begitu cepat, bahkan rembulan sudah mulai melakukan tugasnya. Malam hari ini udaranya lebih sejuk dari sebelum sebelumnya.

Alexia mengeratkan selimut yang sejak tadi ia gunakan. "Kenapa dingin sekali!" Gerutunya.

Ia pun bangun dari kasurnya lalu berjalan kearah pintu kamarnya, baru ingin membukanya ternyata dari luar sudah ada orang yang lebih dulu membukanya.

Antagonist Princess [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang