16. Acquilla Xavier

27.8K 4.2K 8
                                    

Dua hari dari kejadian dimana kepalanya yang terasa sangat sakit itu telah berlalu. Alexia juga sudah mengetahui apa yang menjadi alasan hal itu terjadi dari ayahnya.

Dari penjelasan sang ayah, Alexia menjadi sedikit senang karena tau kekuatannya bisa bertambah kuat jika di musim dingin, tapi ia juga kesal jika setiap tahun ia harus merasakan rasa sakit itu diawal musim dingin. Sialan memang.

"Di dunia ini aku sudah mendapatkan kembali kasih sayang seorang ayah, tapi kenapa aku merasa kurang ya?" Monolog Alexia.

Kini ia berada dimenaranya lebih tepatnya dikamar miliknya, ia tengah bertopang dagu didepan jendela. Memandang kearah butiran butiran salju yang jatuh.

"Lagipula kenapa aku harus hidup ketika ibunya Alexia tiada sih? Coba jika aku setahun lebih cepat datangnya, pasti aku akan mencegah kematian ibunya." Gumamnya.

Ia pun beranjak dari posisi didepan jendela, lalu berjalan mengarah ke mejanya. Ia mengambil lembaran-lembaran kertas yang ia simpan didalam laci meja.

Mulai membaca kembali alur alur ceritanya. Lalu berhenti ketika dibagian Alexia yang bertemu anak laki laki bersurai putih pada saat musim dingin.

Anak laki laki ini dijelaskan jika nanti akan menjadi salah satu yang juga berkeinginan mendapatkan Clarissa. Ia bekerja sama dengan Alexia agar bisa memisahkan Clarissa dan Dallas, tapi jalan fikiran Alexia berkata lain. Ia justru langsung berniat membunuh Clarissa tanpa mau menunggu lama atas rencana anak laki laki bersurai putih tersebut.

"Disini seharusnya aku bertemu dengannya sehari setelah kepalaku terasa sakit. Tapi ini sudah lewat dua hari,"

"Ada bagusnya juga sih, jadi tidak usah ribet ribet deh aku berurusan dengan pemeran seperti dia." Ungkapnya sambil mengangguk anggukan kepalanya.

Lagipula jika ia bertemu dengan anak laki laki itu, bisa bahaya juga dirinya. Nanti kalau ia diperdaya untuk menghancurkan Clarissa gimana? Tapi masa iya anak seumurannya itu akan bertindak seperti itu diusianya sekarang sih.

Seingatnya itu semua akan terjadi ketika mereka masuk Akademi jadi seluruh kisah akan mulai disana.

Didalam ceritanya yang asli, kisah Alexia tidaklah banyak. Jadi agak sulit untuk memahaminya karena informasinya yang sedikit.

"Menyulitkan sekali dirimu Alexia," Gumamnya prihatin pada dirinya sendiri.

"Siapa yang menyulitkan?"

Alexia sontak membalikkan tubuhnya lalu matanya melebar karena terkejut. Ia pun kembali berbalik menatap lembar kertas yang masih berceceran diatas meja. Dengan cepat ia pun membereskannya.

"Apa itu?" Tanya orang yang tadi mengejutkannya.

Alexia kembali berbalik, lalu mempertontonkan senyuman bodohnya. "Bukan apa apa, Pangeran."

Dallas, lelaki itu hanya diam saja. Lalu memilih untuk tidak ingin tau apa yang disembunyikan temannya yang satu ini.

"Omong omong ada apa kau kesini?" Tanya Alexia.

"Ingin saja."

"Mau keluar bersamaku?" Ajaknya pada Alexia.

Yang diajak justru mengerutkan dahinya, "Sekarang?"

"Kau tidak mau?" Tanya Dallas kembali.

Alexia pun langsung menggeleng ribut, ia tak bermaksud untuk menolak ajakan sang pangeran. Ya hanya saja menurutnya ini terlalu dingin untuk keluar.

"Bu-bukan itu maksudku,"

"Lalu?"

Putri bungsu bangsawan Marquess itu pun hanya menghela nafas. "Ayo keluar,"

Antagonist Princess [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang