25. Sang Protagonis

21.6K 3.7K 155
                                    

Termasuk double up kan?

---

Sepasang bola mata dengan warna berbeda kini terbuka, perlahan cahaya masuk ke retina matanya.

Alexia melenguh pelan ketika kepalanya terasa sangat sakit. Ia pun mencoba mendudukan dirinya dari tidur panjangnya.

"Kau sudah bangun?"

Matanya yang masih terasa berat langsung bergulir kearah sumber suara. Disana pria bersurai biru tengah membawa makanan. Alexia melotot kearah pria itu.

"Apa yang kau lakukan disini?! Ini kamar khusus perempuan, kau lupa?!"

Leon tersentak kaget, tapi kemudian terkekeh. "Aku ingat."

"Jika kau ingat, seharusnya kau tidak kesini, Leon!" Kesal Alexia. Ia berdiri dari kasurnya kemudian dengan tidak tau diri merebut nampan makanan yang dibawa oleh pria bersurai biru itu. Ia berjalan kearah meja untuk menaruh makanannya.

Leon terdiam kemudian tersenyum lagi. "Hey, siapa bilang makanan itu untukmu."

Kini Alexia yang terdiam membeku, ia menoleh ke arah Leon. Dengan gugup ia bertanya. "A-apa ini bukan untukku?"

"Tentu saja bukan." kata Leon santai.

"Ba-baiklah! Ambil lagi saja! Setelah itu keluarlah dari kamarku!" Teriak Alexia. Ia pun kembali ke atas kasurnya. Merasa sangat malu karena main mengambil makanan yang ternyata bukan untuknya.

Lagipula siapa suruh Leon membawa makanan kekamarnya, kan dia jadi berfikir jika makanan itu untuknya.

"Aku hanya bercanda. Makanlah, itu untukmu."

Alexia mendongakkan kepalanya, lalu menatap wajah tampan itu dengan penuh selidik. "Sungguh?"

Leon pun mengangguk mengiyakan. Tentu saja itu untuknya, lagipula ia kesini juga untuk bertemu gadis yang ia cintai.

Ia pun berjalan mendekat kearah kasur Alexia tapi baru beberapa langkah Alexia sudah menghentikannya. "Apa yang mau kau lakukan?!"

"Duduk."

"Duduklah di kursi yang disana!" Suruh Alexia sambil menunjuk kursi belajarnya.

Leon hanya menjawab dengan gumaman, lalu duduk di kursi belajar milik Alexia. Tak lupa ia juga mengambil salah satu buku untuk ia baca.

Sedangkan Alexia memilih mengabaikan dan memilih memakan makanannya. Tapi baru suapan kedua ia teringa sesuatu. "Leon?"

Leon mengalihkan pandangan dari bukunya ke Alexia. "Apa?"

"Apa kau menyihirku setelah mengantarkanku kesini?"

"Hah?"

"Em terakhir kali yang ku ingat kau mengantarkanku ke depan asrama, lalu habis itu apa yang terjadi?"

Leon semakin tak mengerti apa yang sedang dibicarakan gadis itu. Ia saja menemukan Alexia tertidur disisi kasurnya, ia mengira jika gadis itu ketiduran. Jadi apa yang mungkin terjadi?

"Bukankah kau ketiduran di sisi kasur?"

Alexia terdiam, ia tak mengingat apapun kecuali waktu Leon mengantarnya ke depan asrama. Tiba-tiba kepalanya terasa pusing, memikirkannya. "Sudahlah lupakan."

Alexia pun melanjutkan makannya yang tertunda hingga tak tersisa setelahnya kembali menatap pria bersurai biru itu. Ah ternyata Leon juga tengah menatapnya.

"Em, bisakah aku bertanya padamu?" Tanya Alexia.

Leon terkekeh. "Bukankah itupun kau sedang bertanya?"

Alexia mendengus kesal, raut wajahnya begitu menggemaskan ketika marah. Leon pun tidak bisa untuk tidak tersenyum. "Baiklah apa yang ingin kau tanyakan?"

Mata heterochromianya kembali menatap ke pria bersurai biru itu. "Pada saat aku reflek menyembuhkanmu karena tonjokan pangeran Dallas, apakah itu karenamu?"

"Bukan, itu murni kekuatanmu sendiri." Jawab Leon santai.

Sekuat apapun dirinya tetap saja yang waktu itu menyembuhkan luka tonjokan adalah Alexia. Ia sadar jika gadis yang ia cintai bukanlah pemilik elemen es biasa, bahkan kekuatannya hampir menyamainya, mengingat kejadian-kejadian sebelumnya yang melibatkan Alexia mengeluarkan elemen tersebut.

Alexia menatap Leon tak percaya. "Sungguh?! Itu aku?"

Leon kembali mengumbar senyumannya, sepertinya apapun reaksi Alexia itu akan membuatnya tersenyum.

"Wah, itu artinya aku hebat juga ya." Ujar gadis itu pada diri sendiri.

Ketika kedua nya asik berbincang sebuah ketukan pintu membuat Alexia terdiam. Ia pun menatap pria bersurai biru yang masih duduk santai dikamarnya ini. "Sebaiknya kau pergi, Leon."

"Kalau aku tidak mau bagaimana?"

Alexia menggertakan giginya kesal. "Pergi atau aku tak mau dekat lagi denganmu!" Ancamnya.

Dan yap, tak terduga ternyata raut jahil Leon langsung berubah menjadi datar. Seketika Alexia bergidik ngeri.

"Aku akan pergi." Kata Leon singkat.

Setelahnya pria bersurai biru itu pergi dengan teleportasinya. Apa dia marah? pikirnya bingung.

Tok tok!

Ketukan itu kembali terdengar, oke urusan Leon lebih baik besok ia bicarakan padanya baik baik. Karena mau bagaimanapun ia berkata seperti itu supaya ia dan Leon tak mendapat hukuman karena Leon berada dikamarnya.

Alexia pun membuka pintunya, lalu terlihatlah gadis cantik dengan rambut pirangnya, ah ia bahkan masih belum tau namanya.

"Hai Alexia." Sapa nya. Alexia pun membalasnya.

"Ada apa?" Tanya Alexia.

"A-ah itu kau, kata kak Angel kau dipanggil kakakmu." Ucap gadis itu dengan gugup.

Alexia yang mendengarnya segera merapihkan rambutnya yang berantakan. Lalu kembali menatap gadis berambur pirang didepannya. "Oke terimakasih sudah memberitahuku."

"Oh iya, aku belum tau namamu." Kata Alexia. Akhirnya ia ingat juga untuk menanyakannya.

Gadis bersurai pirang itu menatap Alexia dengan senyuman lembutnya. "Aku Clarissa."

Alexia mengangguk anggukan kepalanya. "Oooh"

Clarissa menganggukan kepalanya, ia pun langsung pamit untuk ke perpustakaan.

Disaat gadis bersurai pirang itu pergi hingga tak terlihat lagi, barulah Alexia menyadari sesuatu.

"Clarissa katanya?!!!!!"

---

Karena udah double up jadi aku harap kalian bakal tetep vote dan komen!

Spam 'next' yok sebagai gantinya!

See you next chapter!

Antagonist Princess [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang