Lucian tersentak ketika tak merasakan adiknya berada disebelahnya. Ia pun dengan panik berlari dan terus terusan memanggil adiknya. "ALEXIA! KAU DIMANA?!"
Wajahnya mulai nampak gelisah, bahkan keringat dingin sudah membanjirinya. Ia terus berlari dengan mata yang terus menelusuri segala penjuru festival.
"Tuan muda!"
Lucian terdiam lalu menoleh. Terlihatlah seorang pria dewasa yang tiba tiba berada dibelakangnya itu. "Kau siapa?!" Tanya Lucian.
"Hormat saya tuan muda. Saya adalah suruhan ayah anda. Yang disuruh untuk menjaga kalian berdua." Jelas pria itu yang tak lain adalah Zaras.
Zaras menatap sekitarnya, ia juga menyadari jika putri bungsu tuannya tak bersama dengan sang kakak. Tapi ia bingung mengapa ia tak menyadarinya sejak tadi?
"Mari kita cari nona muda." Ajak Zaras yang langsung mendapat anggukan dari Lucian.
Yang berada dipikiran keduanya sekarang adalah dimana anak sepuluh tahun itu pergi. Jika ada sesuatu yang terjadi pada Alexia mungkin mereka akan langsung dibekukan oleh Luxius hingga mati.
Zaras pun menggunakan kekuatan sihirnya untuk berpindah tempat dengan cepat. Lucian sempat terkejut ketika diajak berpindah tempat dengan sangat cepat.
Zaras ini merupakan penyihir murni yang sudah dipilih oleh orang yang mempunyai derajat yang tinggi seperti Marquess. Tugas penyihir seperti Zaras sangatlah sulit, ia harus mengabdikan hidupnya pada tuannya. Dan Zaras dengan sukarela melakukan hal itu.
Keluarga bangsawan lainnya juga banyak yang memiliki penyihir murni pribadi dikeluarga mereka. Kerajaan utama pun memilikinya juga, yang membedakan hanya jumblahnya. Jika para bangsawan hanya diperbolehkan memiliki satu penyihir maka kerajaan sendiri boleh memiliki beribu ribu penyihir.
Meskipun orang orang disini memiliki kekuatan elemen yang merupakan turunan itu, tapi tetap saja jika ada sebuah peperangan maka penyihir akan sangat dibutuhkan dalam hal itu.
Kembali lagi pada Lucian dan Zaras yang kini sudah berada diujung jalan festival. Mereka sudah mencari kesemua tempat, tapi tetap saja tak ada tanda tanda dari Alexia.
"Kemana kita harus mencarinya?!" Teriak Lucian frustasi. Ia benar benar merasa kalap dan takut karena kehilangan adiknya.
Zaras pun tak kalah khawatir, lalu otaknya pun mulai bekerja ketika mengingat jika ia tak merasakan keberadaan nona mudanya disini. Itu artinya Alexia berada di tempat yang tak terdeteksi sihirnya.
"Apa mungkin, nona muda ditempat para penyihir buangan?" Tanya Zaras pada dirinya sendiri.
Lucian mendongak menatap pria dewasa disebelahnya. Ia menernyit bingung, ia pernah mendengar kata kata itu sebelumnya.
"Bukankah penyihir buangan seharusnya tak bisa berbaur lagi dengan wilayah ini?"
"Anda benar tuan muda. Tapi kudengar beberapa tahun lalu mereka membuat sebuah kelompok untuk menghancurkan kerajaan."
"Kenapa tidak ditangkap?" Tanya Lucian geram.
"Kami masih belum mempunyai banyak bukti, terlebih penyihir buangan itu masih warga kerajaan mau bagaimanapun."
Lucian hanya diam tak menjawab. Yang dipikirannya sekarang masih tentang adiknya. Ia sangat khawatir dengan keadaan Alexia.
"Mari kita periksa ketempat penyihir buangan itu."
---
"Dasar penyihir gak tau diri!"
"Diam kau anak kecil!"
"Tidak mau! Dasar gila!"
"Diam atau nyawamu menghilang?!"
"...." Tak ada lagi balasan dari mulut kecilnya. Alexia hanya bungkam mendengar ancaman itu lagi.
Dia sudah mengerti dimana dirinya sekarang. Ternyata ia berada ditempat para penyihir yang dibuang karena tak berguna.
Tapi menurutnya dibanding tak berguna, justru penyihir ini terlihat sangat kuat. Apa mungkin ada seseorang yang membantu mereka?
Akh masabodo! Sekarang yang harus ia fikirkan adalah cara lepas dari sini. Ia tidak mau mati konyol disini. Tapi pertama-tama bagaimana cara melepaskan tali sihir yang mengikatnya ini?
Tali ini seperti menghisap tenaga, bahkan sekarang dirinya merasa tenaganya hilang sedikit. Meskipun ia masih bisa meneriaki penyihir gila itu tapi tetap saja tenaganya seakan menghilang sekarang.
Alexia bukan satu satunya yang ditahan disini, ada anak perempuan lainnya juga yang tadi berteriak meminta tolong.
Niat hati ingin menolong eh ia malah ikut tertangkap oleh penyihir buangan itu.
"Akhirnya mulut mu bungkam juga, anak kecil."
Alexia hanya menggerutu tidak jelas, sedangkan anak perempuan disebelahnya sudah nampak tak berdaya.
Duh ia bingung, apa yang harus ia lakukan. Apa ia harus menggunakan elemennya lagi? Tidak tidak! Nanti kalau dia kena siraman rohani oleh ayahnya bagaimana? Tapi sekarang keadaannya benar benar mendesak!
Penyihir yang sejak tadi sibuk menuangkan ramuan ramuan yang tak dimengerti Alexia pun mulai selesai dengan perkerjaannya.
"Kira kira aku akan tak sadarkan diri berapa hari ya setelah ini?" Gumamnya kecil.
Sebenernya ia tak ingin melakukan hal ini, ia tak ingin mati karena mengeluarkan elemen esnya yang bisa berakibat buruk pada tubuhnya. Tapi ia juga tidak mau mati disini karena menjadi bahan percobaan penyihir gila itu.
Setelah menimang nimang pendapatnya ia pun memilih untuk kabur dari sini. Ia tidak tau caranya untuk mengeluarkan kekuatan es itu tapi jika diingat perkataan sang ayah. Maka ia hanya harus menginginkan elemen esnya untuk keluar.
Menarik dan menghembuskan nafas sebentar, ia pun mulai fokus pada titik targetnya yang tengah berdiri tak jauh darinya.
Zrashhh'
"Akhhh!"
Alexia melotot tak percaya. Darah bermuncratan dimana mana. "Duh kira kira abis ini masuk penjara gak ya, karena abis bunuh orang."
Ia meringis melihat tubuh si penyihir yang tertusuk oleh hunusan sebuah es yang sangat tajam mengenai tepat di dadanya.
Padahal niat Alexia hanya mengurung orang itu pada es, tapi ia malah membuatnya mati dalam hitungan detik.
Lalu tiba-tiba tali sihir yang mengikat dirinya dan gadis disebelahnya menghilang. Oh apa mungkin karena penggunanya sudah mati jadi kekuatannya pun ikut mati?
Alexia pun segera menghampiri gadis yang sudah terkulai lemas dikursi satunya. Dengan kekuatan tersisa ia pun memapah gadis itu.
Baru ingin berjalan langkahnya tiba tiba terhenti ketika melihat salah satu orang yang ia kenal berada didepannya.
Ia terkekeh renyah. "Eh kak Iyan."
Lucian menatap adiknya yang membawa orang yang terlihat tidak asing, lalu matanya membeku ketika melihat darah dimana mana, bahkan mayat yang diyakini pemilik bercakan darah itu telah mati, bahkan hunusan es yang mengenai dadanya mulai mencair.
Mata hitam Lucian menatap sang adik yang mulai pucat. "Apa yang kau lakukan?"
Bukannya menjawab Alexia malah kembali terkekeh. "Tolong katakan pada ayah, jangan omeli aku setelah ini—Uhuk! Uhuk!"
Brukk'
Kedua anak gadis itupun terjatuh begitu saja. Zaras yang sejak tadi memperhatikan pun langsung membawa keduanya dan Lucian kembali ke kediaman tanpa basa basi.
---
Tbc...Jangan lupa vote!
KAMU SEDANG MEMBACA
Antagonist Princess [SUDAH TERBIT]
Fantastik[PART TIDAK LENGKAP/DIHAPUS SEBAGIAN] [] [Fantasi] --- Kembali diberikan kesempatan kedua? Hah Alexandra sangat senang akan hal itu tapi masalahnya kenapa harus ditubuh antagonis yang ia benci sih? Sialan. Entah harus merasa beruntung atau sial, tap...