21. Cemburu

27.1K 4.5K 129
                                    

Karena kejadian semalam Alexia tak bisa menemui kakaknya sama sekali. Kakaknya juga tak mencari dirinya atau mungkin sang kakak tengah sibuk?

Ah iya, dia melupakan fakta jika sang kakak adalah murid kelas akhir Akademi belum lagi ia masih memegang jabatan sebagai ketua organisasi.

Setelah rapih dengan seragam akademi, ia pun segera keluar dari kamarnya. Secara bersamaan gadis yang kemarin mengajaknya makan siang ternyata keluar juga dari ruang kamar disebelahnya.

"Selamat pagi!" Sapa Alexia.

Gadis itu tersenyum kikuk, "Selamat pagi juga. Mau ke gedung belajar bersama?" Tawarnya.

Oh tentu saja langsung dibalas anggukan semangat oleh Alexia. "Ayo!"

Keduanya pun berjalan keluar dari asrama putri, tidak lupa juga untuk menyapa Angel yang masih mengerjakan kertas kertas tugasnya.

Mereka berjalan kearah gedung belajar dengan ditemani obrolan ringan. Dan ternyata keduanya berada dikelas yang sama.

Sesampainya dikelas, keduanya disambut keheningan. Padahal jika dilihat ruangan ini sudah mulai ramai. Tapi entah kenapa mereka justru terdiam ketika melihat kedatangan keduanya.

Bisikan bisikan kini mulai terdengar, Alexia yang mendengar bisikan tersebut hanya mengerutkan dahinya bingung.

"Bisa bisanya dia datang bersama anak bangsawan."

"Memangnya dia siapa? Hanya dimasukkan oleh sang pendiri akademi."

"Kudengar statusnya hanya gelandang yang ditemukan oleh salah satu guru disini."

Sekiranya itu yang didengar oleh telinga Alexia. Tanpa menghiraukan perkataan tersebut ia pun berjalan kearah kursi belakang. Sedangkan gadis tadi yang bersamanya telah duduk dibarisan depan paling pojok.

Merasa sudah menemukan tempat yang nyaman, Alexia pun memilih untuk menelungkupkan wajahnya dilipatan tangannya.

Suara riuh didalam ruangan ini tak membuat Alexia terganggu sedikitpun. Pekikan pekikan para gadis yang berada disini juga hanya ia anggap angin lewat.

Pria yang menjadi sumber kegaduhan tersebut hanya mengandalkan wajah datarnya. Lalu pergi ke kursi belakang tepat disebelah gadis yang tengah menelungkupkan wajahnya.

Ia tersenyum kecil, tangan besarnya pun ia gunakan untuk mengusak surai hitam tersebut.

Hingga Alexia yang sedikit tertidur pun terganggu karena tangan itu. Ia pun mendongak kemudian menolehkan kepalanya ke sisi kanannya.

"Selamat pagi, Alexia." Sapa pria itu dengan senyuman tipis.

"Kau mengganggu sekali! Aku sedang tidur tau!" Omelnya pada pria itu.

Leon, lelaki tampan tersebut terkekeh. Lalu mengusap pipi kanan Alexia yang mempunyai luka cakaran yang sudah mengering.

Tindakannya itu membuat satu ruangan kembali ricuh, bahkan keduanya kini menjadi pusat perhatian.

"Kenapa lukamu tak hilang?" Tanya Leon.

"Hah?" bingung Alexia.

Leon menghela nafas sabar, kenapa gadis ini sangat lambat sekali mencerna pertanyaannya. "Kau tak melihat? Luka ku sudah tak ada bekas sama sekali. Lalu kenapa luka mu tak hilang?" Ucap Leon berusaha sabar.

Antagonist Princess [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang