22. Peringatan Arlando

26.1K 4K 97
                                    

Selepas kejadian pangeran Dallas yang mengatakan perasaan cemburunya pada Alexia. Gadis itu akhirnya memilih kabur dan justru ia kini berakhir di perpustakaan.

Entahlah ungkapan tiba tiba sang pangeran membuat Alexia pusing, sebab mau bagaimanapun sang tokoh utama itu seharusnya hanya mempunyai perasaan pada si pemeran utama wanita yaitu Clarissa.

Memang tujuan ia untuk menghancurkan alur Novel berjalan lancar hingga saat ini sebab ia menjadi teman si malaikat mautnya sendiri. Padahal dulu ia sudah bertekad untuk melupakan alur cerita yang berubah ini tapi yang terjadi sekarang malah membuatnya memikirkannya kembali.

"Astaga! Aku bisa gila hanya memikirkan ini semua!" Geram Alexia.

"Hey! Jaga suaramu, ini perpustakaan!"

Suara kecaman itu membuat Alexia yang sejak tadi termenung pun tersadar, ia mendongakkan kepalanya.

Pria yang menegurnya tiba tiba mengerutkan keningnya, Alexia pun sama. Hingga keduanya mendengus secara bersamaan.

"Ternyata kau!" Kata mereka bersamaan lagi.

Alexia mendelik, lalu kembali menatap pria yang tengah membawa banyak buku dikedua tangannya. "Kau ingin merampok perpustakaan huh?"

Pria itu memandang sinis gadis bersurai hitam yang tengah duduk itu. Ia pun mengambil duduk didepannya dengan buku-buku yang ia bawa ia letakkan disampingnya.

"Bukan urusanmu. Lagipula apa yang kau lakukan diperpustakaan?"

"Merenungkan diri."

"Oh apakah kau merenungkan tentang kau yang dulu membunuh ibu?" Alexia memandang jengah pria didepannya. Pria yang tak lain adalah kakaknya sendiri, Arlando.

"Sudah aku katakan, jika kau masih terus berkata seperti itu. Lebih baik kau langsung membunuhku, daripada terus menggangguku." Sahut Alexia, dalam hati ia ngeri juga dengan perkataannya. Manah mau ia dibunuh, apalagi niatnya sejak dulu juga menjauhi kematian muda bukan malah mendekatinya pada kematian.

Arlando mendengus. "Jika aku bisa, sudah ku lakukan sejak dulu." Ia memandang sang adik yang hanya mengerutkan dahinya, lalu menghela nafas.

"Kau tau?" Alexia menggelengkan kepalanya dan membuat Arlando kembali mendengus kesal. "Ibu selalu datang dalam mimpiku, setiap kali aku berniat membunuhmu."

Mata heterochromia Alexia melotot mendengar ucapan sang kakak. "Jadi kau sering berniat membunuhku?!"

"Tentu saja! Kau kira anak manah yang tidak dendam jika ada orang yang membunuh ibunya!"

Alexia mengulum bibirnya, merasa bungkam dengan penjelasan Arlando. Sebenarnya ia juga tak tau alasan Alexia asli membunuh ibu kandungnya sendiri, karena mau bagaimanapun novel yang ia baca tak menjelaskan hal itu dengan detail.

Sudah dibilang ini sangat menyebalkan, karena informasi mengenai Alexia yang asli hanya ia ketahui sedikit.

Arlando kembali menghela nafas, melihat adiknya yang bungkam tak menyahuti dirinya lagi. Jujur dia sudah melupakan tentang pembunuhan sang ibu itu, tapi ego nya lebih tinggi.

Untuk menutupi hal itu, ia akhirnya hanya bisa menjahili dan mengganggu sang adik setiap waktu. Sebenernya itu caranya untuk dekat pada Alexia. Ia sangat iri jika melihat Alexia yang bisa tersenyum bebas hanya pada sang ayah dan Lucian.

"Lupakan saja," Ucap Arlando akhirnya. "Jadi apa yang kau lakukan disini?"

Alexia mengangkat kepalanya, tapi kemudian ia kembali menelungkupkan wajahnya mengingat kejadian yang membuatnya terdampar disini.

"Sudah kukatakan aku sedang merenung, kak." Arlando tersentak, entah kenapa setiap kali Alexia memanggilnya 'kakak' membuatnya senang. Ia mengukir senyuman hangat yang tak dilihat oleh Alexia.

"Baiklah terserah apa katamu." Pasrah Arlando, ia pun mulai membuka buku-buku yang ia bawa untuk dibaca.

Alexia kembali menatap wajah sang kakak yang nampak serius dengan bacaannya. "Apa yang sedang kau baca?"

Arlando menatap adiknya yang sepertinya ingin tahu apa yang ia baca. "Buku tentang penyembuhan,"

"Kau mau membacanya?" Tawar Arlando, setelah melihat anggukan kepala Alexia ia pun memberikan buku materi dasar tentang penyembuhan. "Bacalah." Suruh Arlando.

Alexia pun mengambilnya lalu mulai membaca semua kata kata yang tertera dibuku itu. Saat pertama membaca ia terlihat begitu santai, tapi ketika melihat sesuatu yang mengejutkan ia malah membuat ekspresi yang aneh.

Arlando yang sejak tadi memperhatikannya tersenyum geli, ia pun menyentil dahi sang adik. "Wajahmu sangat aneh, apa yang membuatmu seperti itu?"

Alexia pun meringis pelan, kemudian tanpa membalas ucapan sang kakak. Ia langsung memperlihatkan halaman yang ia baca pada sang kakak.

Arlando pun membacanya. "Semakin tinggi mana seseorang maka semakin cepat penyembuhan."

"Lalu? Apa ada yang salah?" Tanya Arlando tak mengerti.

Alexia menganggukan kepalanya dengan heboh, hingga sang kakak harus menghentikan kepalanya agar berhenti. "Kau berlebihan! Sudah katakan apa yang salah, jangan membuatku seperti orang bodoh karena tak mengerti apa yang mau kau katakan."

Gadis bermata heterochromia itupun mengangguk. Ia pun mulai menjawab perkataan kakaknya. Ia menceritakan tentang bagaimana Leon yang merupakan anak baru bisa menyembuhkan lukanya dengan sangat cepat, ia juga menceritakan kalau dirinya juga sempat menyembuhkan sudut bibir Leon yang terluka dengan elemennya dan penyembuhan itu juga sangat cepat.

"Tapi bukankah wajar, kan hanya luka kecil, lalu untuk luka besar yang dimiliki dia, mungkin saja dia memang memiliki mana yang tingg—"

Arlando terdiam, tak melanjutkan perkataannya. Bukankah jika si Leon Leon itu sudah mempunyai mana yang tinggi, itu artinya kekuatannya melebihi dirinya?

Akh! Kenapa ia jadi ikutan pening memikirkan hal itu, ia pun menatap sang adik yang sama bingungnya dengan dirinya. "Sudahlah lupakan saja."

"Satu hal yang pasti untukmu ingat, Alexia. Jangan terlalu dekat dengannya." Peringat Arlando pada Alexia.

Alexia terdiam, hm apa dirinya bisa untuk tidak dekat dekat dengan Leon? Entahlah ia sedikit tak setuju dengan peringatan sang kakak.

"Hm baiklah, kak."

---

Jangan lupa vote dan komen!
Biar besok aku up lagi!

Kalo mau lebih cepet up nya, yoklah 100 komen awowkwk/plak!

Btw makasih buat klian yg baca,vote dan komen cerita ini

Antagonist Princess [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang