7

3K 296 22
                                    

Kembali lagi bertemu hari senin. Hari ceria dan sangat dinanti oleh semua orang termasuk jaemin, tapi boong.

"Oi cemberut aja, kenapa lu ?" Tepukan pada pundaknya membuat jaemin menoleh dengan malas.

"Menurut ilmu fisika. Gaya berbanding lurus dengan tekanan."

Haechan mencoba berpikir maksud dari ucapan jaemin. Walaupun otaknya tumpul Seingatnya tak ada pelajaran fisika hari ini.

"Apa sih.. Jangan pake rumus kalo ngomong sama gua!"

Baru saja haechan protes, sekarang dirinya sudah ditatap lekat lekat oleh jaemin. Tentu saja haechan jadi kikuk.

"Gua sadar karena ulah gua yang banyak gaya, berakhir kalah taruhan dan sekarang gua tertekan chan!"

Tangan haechan pun digenggam erat, ekspresi wajahnya nampak di dramatisir.

"Kalo ada apa-apa, jangan lupain gua ya. Terutama lu berhutang soal jawaban uts kemarin"

*plak*

"Sadar kagak lu! Kalo ga gua ruqiyah nih"

Tepukan cinta mendarat di kepala jaemin. Pelakunya siapa lagi kalau bukan haechan, teman sebangku sekaligus informan gosip di kelasnya.

"KENAPA DI PUKUL ?! GUA LAGI STRESS INI !" Sang empu mengusap kepalanya yang terasa panas akibat ulah haechan.

Kasian sih melihat jaemin yang nampak pusing, sepertinya ia memang sedang ada masalah. begitu kira-kira pikir haechan.

Refleks saja tangannya mengelus punggung sempit milik jaemin.

"Apapun masalah lu, jalanin dengan semangat..."

Jaemin menoleh, tumben ada teman yang peduli dan mau memberi nasehat padanya. Terlebih lagi itu keluar dari bibir haechan.

"....percayalah, di setiap jalan pasti ada cobaan."

Tapi semua salah, seketika kepala jaemin mulai berasap lagi. Dia lupa kalau haechan ya tetap haechan. Mana mungkin bisa jadi bijak.

"Kebalik! Di setiap cobaan pasti ada jalan bego. Dah lah ga guna cerita sama elu"

Jaemin menyambar tas ranselnya lalu pergi meninggalkan kelas. Menyisakan haechan yang duduk sambil berpikir...

"Sejak kapan dibalik ya?"

.
.
.
.
.
.
.

"Halo pah, iya jeno udah pulang sekolah. Papa sama mami kapan pulang?"

Jeno duduk di sofa ruang tengah, benda pipih berwarna hitam metalic itu menempel pada telinga kanannya.

"Seminggu lagi? Iya, jeno bisa sendiri kok. Papa sama mami jaga kesehatan juga disana. Bye bye.." ucap jeno lalu memutus sambungan teleponnya.

Jeno bersyukur punya orang tua yang peduli padanya walaupun di tengah kesibukan kerja. Hubungan keluarganya mereka memang harmonis. Omong-omong jeno punya kakak perempuan tapi sedang kuliah di amerika.

*ceklek*

"Belum juga gua mencet bel. Lu dah bukain pintunya." Jaemin berdiri di depan pintu rumah jeno. Penampilannya masih sama dengan seragam sekolah dan tas ranselnya.

"Bau lu kecium sampe dalem. Cepet masuk! kerjaan lu numpuk."

Jaemin masuk ke dalam, meletakkan tasnya di salah satu kursi dan mulai memasak makan siang untuk tuan muda jeno.

Dengan cekatan tangannya memotong bahan masakan, mencampur bumbu-bumbu diatas wajan yang menimbulkan wangi sedap. Jaemin memang pintar masak, semua berkat bunda winwin yang mengajarinya. Nyuruh-nyuruh sih lebih tepatnya.

Partner in Jomblo || NOMIN ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang