Jaemin dan jeno sedang berbelanja di bazzar sekolah, membeli minuman dan beberapa snack disana. Setelah canggung beberapa menit akhirnya mereka sudah mulai berinteraksi seperti sebelumnya.
"Nih minuman lu." Jeno menyodorkan sebotol minuman rasa kopi itu. Jaemin lalu merogoh sakunya hendak memberikan uang untuk membayarnya.
"Gausah udah gua bayar tadi." Tapi jeno mencegahnya. Senyuman khasnya muncul membuat matanya menyipit lucu seperti bulan sabit.
Setelah mengucapkan terimakasih, mereka berdua mencari tempat duduk tepat dibawah pohon rindang dengan angin yang sepoi sepoi untuk bersantai dan menghabiskan minuman masing-masing.
"Ternyata yang lu bilang sibuk itu karena persiapan pentas tadi?" Jeno menoleh, pemuda disebelahnya hanya mengangguk karena masih meneguk minumannya.
"Bagus sih kejutannya."
*Brusss*
Jaemin menyemburkan sedikit minuman yang belum sempat ia telan. Terima kasih pada jeno yang langsung menepuk pelan punggung jaemin agar tidak tersedak.
"Uhuk- kejutan apa maksud lu? Gua lakuin ini aja karena dipaksa." Sautnya setelah mengusap bibirnya yang basah di salah satu lengan baju jeno.
Sang pemilik baju hanya menatap miris seragamnya yang jadi berwarna kecoklatan gara-gara ulah jaemin.
"Apapun itu, gua suka aja." Saut jeno kemudian.
'Kok ber-damage goblok ?!' Jaemin membatin, giginya sudah menggerogoti tutup botol untuk menahan gemas sekaligus rasa gugupnya.
Tak lama terdengar bunyi telepon dari kedua ponsel milik mereka. Tertera kontak mark dan haechan di masing-masing layarnya.
"Halo/kenapa?" Mereka berdua sontak bertatapan saat sadar kalau berbicara disaat yang bersamaan.
Di seberang telepon, haechan dan mark sama-sama menanyakan lokasi mereka.
"Gua ditaman/ditaman." Dua pemuda itu terkekeh pelan, merasa lucu disaat seperti ini. Bisa bisanya ditelpon bahkan menjawab panggilannya pun bersamaan.
Setelah selesai, jaemin pamit pergi lebih dulu karena harus bertemu dengan wali kelasnya sesuai yang diberitahu haechan tadi. Jeno mengiyakan dan memilih menunggu mark di taman.
********
Di ruang guru, pak Doyoung -wali kelas jaemin dan haechan- memeluk mereka sambil mengucapkan pujian atas penampilan tadi.
"Bapak terharu punya murid berbakat kaya kalian.. hiks."
Bukan hanya memeluk tapi pipi mereka berdua pun kena sasaran, ibarat adonan yang sedang diuleni.
"Please ya pak ntar pipi saya melar !" Haechan protes, wajar dia memang suka ngegas sejak lahir. Sebagai guru doyoung lebih memilih sabar daripada terkena masalah akibat menjambak bibir anak muridnya sendiri.
"Hadiahnya mana pak? Jangan sampe bilang lupa ya." Tanya jaemin to the poin. Lelah melihat tingkah sahabat dan wali kelasnya sendiri.
"Kalo lupa gimana?" Beda dengan doyoung yang masih suka menggoda 2 siswa di depannya itu.
"Hemm.. tinggal pilih mau santet atau sekolah ini kita bakar." Jaemin menaik turun kan alisnya dengan tampang angkuhnya.
Memang benar selama ini doyoung bukan mengajari manusia biasa, tapi sepertinya anak setan. Lalu pria berkacamata itu pun mengeluarkan 2 buah voucher liburan dari dalam tasnya, hadiah untuk jaemin dan haechan. Ia berikan masing-masing satu lembar. Tertera jelas lokasi dan tanggal penukarannya, tapi justru itu yang membuat jaemin bingung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Partner in Jomblo || NOMIN ✔
Fiksi Remaja"lu jomblo, gua jomblo. kenapa ga jadian aja?" -Jeno, jomblo 8 bulan. "ngajakin gua? dih anjing bisa diajarin ngomong ya?!" -jaemin, jomblo sejak lahir. Kisah 2 pemuda yang sedang mencari jodoh. ⚠️⚠️⚠️⚠️⚠️⚠️ Rate T-M. Non baku. Mengandung bahasa ka...