Author POV
"Ini mungkin memalukan. Tapi ini pertama kali aku makan di restoran yang begitu mewah." Aleena tersenyum simpul.
Sean menatapnya hangat. "Pesan makanan semaumu."
"Tentu, hari ini aku akan menghabiskan uangmu." Kata Aleena bercanda. Karena gemas, Sean memeluk dan mencium keningnya.
"H-hei kenapa menciumku?!" Aleena protes namun menenggelamkan wajahnya di tubuh Sean.
Di hari yang cerah ini, Sean bisa menikmati makanan bersama Aleena. Sebenarnya, ia merasa cukup senang akhir-akhir ini: karena Yulia sakit dan tidak mengganggunya.
Sean mengalihkan pandangan ke seisi restoran-dengan Aleena yang masih berada di pelukannya.
Lalu pandangannya terhenti pada satu objek.
Yulia yang luar biasa pucat
Dan menatapnya dengan air mata yang mengalir deras di pipinya.
Sejenak Sean membeku. Tunggu, apa itu benar-benar Yulia? Kenapa dia menangis? Dan apa-apaan dengan tatapan terluka itu? Bahkan di lubuk hatinya yang terdalam, ia merasa ngilu melihat tatapan kesakitan Yulia.
Takut Yulia melakukan hal aneh-aneh pada Aleena karena sakit hati, ia memeluk Aleena dengan erat dan melindunginya.
Di luar dugaan, Yulia malah berbalik dan menjauhi dirinya serta Aleena. Bukan, ini tidak seperti biasanya dimana Yulia akan menjambak atau menampar semua gadis yang bersama dirinya.
Lalu Samuel datang dan menatap Sean dengan berapi-api. Samuel keluar membeli obat herbal pereda sakit perut karena ia melihat Yulia meringis dan memegangi perutnya.
Tapi apa ini? Samuel malah melihat wajah pucat Yulia yang berlinangan air mata. "Jujur Yulia, apa bajingan itu yang membuatmu menangis?!"
Sean mengernyit, sejak kapan mereka sedekat itu sampai Samuel begitu peduli pada Yulia?
"Tidak, Kak! A-ayo pulang saja." Yulia menarik lengan Samuel. Namun Samuel malah melepasnya dan dengan emosi menyerang Sean.
"Kakak!" Yulia menjerit dan mencoba memisahkan mereka. "Kak! Sudah! Jangan berkelahi!!" Yulia lalu menjerit kesakitan dan memegang kepalanya.
"A-akh!" Samuel menghentikan serangannya dan menatap Yulia khawatir, begitupun dengan Sean.
Darah keluar dari hidungnya dan wajah Yulia bahkan lebih pucat dari sebelumnya. Lalu sedetik kemudian, tubuh Yulia limbung dan ia pingsan dalam pelukan Sean.
"Yulia!" Sean menepuk pelan pipi Yulia dan berniat menggendongnya, namun Samuel menghentikan Sean dan mengambil alih Yulia dengan paksa. "Jangan menyentuhnya, Brengsek!" Samuel menggendong Yulia dan pergi meninggalkan mereka.
Dan Sean menatap kepergian Yulia dengan rasa bersalah.
.
.
.
Sean tidak bisa tidur dengan tenang. Ini sudah pukul satu pagi, dan ia tak kunjung tidur. Memikirkan Yulia cukup membuatnya merasa bersalah.
Wajah yang pucat dan air mata yang mengalir deras di pipinya terus terngiang di kepalanya. Ah iya! Ia baru ingat asistennya berkata kalau Yulia sakit dan berbaring di tempat tidur selama berhari-hari.
Dan Sean dengan jahatnya belum menjenguk gadis itu sampai sekarang, bahkan kemarin dirinya malah berkencan dengan Aleena. Sean mengacak rambutnya dengan kasar.
Apa-apaan dengan Samuel yang begitu khawatir dengan Yulia? Sejak kapan mereka sedekat itu?
Memikirkan Yulia benar-benar membuatnya frustasi. Untuk mengurangi sedikit kebimbangan hatinya, ia akan menemui Yulia secepat mungkin.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Quiet Life Of An Ex-Villainess [END]
Fantastik[BUKAN NOVEL TERJEMAHAN] [END] 'My Sweetheart' adalah novel yang menceritakan kisah cinta klasik dari Aleena, Putri keluarga Viscount yang hampir bangkrut dengan Sean, bangsawan kelas atas, seorang Grand Duke. Aku Nana, hanya mahasiswi biasa yang ge...