YN ☞ 23. Ancaman

562 14 1
                                    

Ga Vote ?
Ga Komen ?
Ga usah baca !
🙄

Canda sayang. Happy reading. Vote komennya diperlukan guys. Ayo pencet bintang dan kasih komentar yg byak dan seru sesuai pendapat kalian. Ditunggu ❤️

 Ditunggu ❤️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Nono masih senang bermain pada leher, telinga dan bibir Yaya. Bahan tangannya pun masih aktif disana. Yaya tanpa penolakan menerima semuanya itu.

"Ahhh!" 

Permainan Nono begitu lembut dan tidak terburu-buru membuat kesan baru pada diri Yaya setelah sebelumnya ia mendapat yang terlalu kasar dari Lufi.

"Mmmhhh, ngggh!" Yaya mendesah tak karuan karena ia hampir kehabisan napas akibat ciuman Nono yang begitu lama.

Nono melepaskan ciumannya, tangan Yaya mulai membuka satu persatu kancing baju seragam Nono. Dan kemeja itu segera ia lemparkan ke sembarang arah. Yaya melingkarkan tangannya pada tengkuk Nono.

Nono menginginkan lebih. Dan Yaya juga demikian. Memang sulit memdamkan api yang dinyalakan oleh keinginan mereka.

Ceklek!

"Nono?!" Ujar GG yang baru saja membuka kamar bernuansa silver itu. Matanya seketika melebar ketika mendapati hal tersebut. Oh tidak mataku ternodai. Batin GG.

Braaak!

GG langsung membanting keras pintu itu dan berlari dengan cepat ke dapur mencari air mineral untuk diminum.

Sedangkan Nono dan Yaya yang ikut menjadi peran dalam kejadian barusan kaget ketika melihat GG memergoki mereka.

Nono segera berdiri tegak, menatap teliti kearah pintu apakan GG masih disana. Sedangkan Yaya lalu dengan cenggung menduduki dirinya. Ahh sial apa yang dia lakukan.

Lalu Nono kembali menatao Yaya dan disitulah netra mereka bertemu, namun 2 detik kemudian keduanya  membuat tatapan karena malu.

"Maaf" ujar keduanya bersamaan.

Lalu mereka kembali menatap satu sama lain. Dan kembali bersemu malu lagi.

"Ahhh! Bentar" ujar Nono. Ia lalu mendekat pada Yaya dan mengambil bantal dibelakang Yaya lalu menutup bagian depan tubuh Yaya. Karena Nono merasa bersalah telah membuka baju Yaya.

Booo! Yaya pun meledak. Ia begitu malu. Jantungnya berdegup kencang.

Namun sebelum Nono melepas bantal itu, ia melihat sesuatu dileher Yaya. Tanda yang ia beri lewat ciuman. Nono lalu membuka ramvut Yaya yang sebelumnya dikuncir.

"Gi...gini aja... Jangan di kuncir" perintah Nono. Ia lalu memungut bajunya yang tergeletak tak jauh dari situ.

Ohh tidak, Yaya makin berdegub kencang akibat perbuatan Nono dan juga pemandangan didepannya. Sixpack milik Nono.

YAYA DAN NONOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang