9. Hal Manis

750 116 18
                                    

SELAMAT MEMBACA JANUARI 🖤

Pesan hari ini dari Elea ; Jangan lupa selalu membayangkan hal yang mustahil tersemogakan.

Penutup hari dengan orang termanis.

***

Pukul tujuh malam Eleanor Zora Damares baru saja tiba di rumahnya. Dia masuk ke dalam rumahnya, dengan menyampirkan tasnya di bahu kanan. Langkah ia terhenti saat orangtuanya memanggil.

"Elea, sini sayang," ujar Anara, Elea menghampirinya, "ini sahabat Mom sama Dad."

Elea melirik sahabat orang tuanya itu, lalu matanya mendelik saat melihat gadis menyebalkan yang merenggut Janu-nya ada di sana duduk diantara teman orang tuanya itu.

"Heh, Sabun Bayi, ngapain lo di sini?" tanya Elea, jutek.

Anara langsung menegur Elea, ucapan anaknya ini memang harus selalu dimaklumi.

"Sabun Bayi?" tanya Galang.

"Iya, Jansen, kan? Sabun Bayi itu, Dad." kata Elea.

"Ca sorry, ya. Anak gue emang gitu, lo maklum aja," ujar Anara tak enak hati.

"Nyantai, Ra." ujar Caca, sahabat Anara.

Elea duduk di samping Anara, itu karena Anara menarik tas gadis itu sehingga Elea duduk. "Elea jaga bicara kamu, mereka sahabat Mom and Dad di SMA. Om Jay sama Tante Caca. Mereka baru balik ke Indonesia, karena bertahun-tahun tinggal di luar negeri."

"Om Jay?" Elea semacam mengingat sesuatu, "oh yang playboy itu, ya, Dad, yang dulu pacarnya banyak?" celetuk Elea, membuat semua orang tertawa.

"Gue suka gaya anak lo, Lang." ujar Jay sambil tertawa.

"Ngomong-ngomong kalian udah saling kenal?" tanya Caca, dia tahu anaknya satu sekolah dengan Elea.

Elea menggeleng. "Nggak, siapa dia harus kenal sama Elea?"

Lagi-lagi Caca dan Jay tertawa, bukannya kesal mereka malah dibuat tertawa oleh Elea. Gadis ini memang menyenangkan. Elea sangat menyebalkan, tapi orang-orang disekitarnya selalu nyaman bila di dekatnya.

"Nggak kenal tapi tau namanya, ya?" goda Caca.

"Ah tau deh," Elea berdiri, "Om, Tante, ini anaknya bilangin dong jangan deketin pacar Elea." Setelah itu Elea pergi menuju kamarnya.

Semua tertawa kembali, ucapan Elea memang menyakitkan, tapi membuat lucu juga. Beruntungnya orang yang akan bersama Elea nantinya, pasti orang itu akan terus bahagia.

"Ameera maafin Elea, ya. Dia suka gitu, marah-marah terus kayak bapaknya. Kalo Elea bilang apa-apa, biarin aja jangan didengerin, nanti juga cape sendiri," ujar Anara mencoba memberi penjelasan pada Ameera, bila orang sudah mengerti bagaimana Elea, mungkin mereka tidak akan berpikir buruk tentang anaknya.

Ameera menggeleng. "Nggak kok, Kak Elea baik banget. Lucu tau Om, Tante. Doain Amee lagi berjuang buat jadi teman Kak Elea," ujar gadis itu semangat.

"Ra, anak lo yang cowok ke mana?" tanya Caca.

Anara menghela nafas. "Lo kalo mau ketemu dia, entar deh pas orang lain udah tidur, dia baru pulang."

"Kayak si Galang dong," cetus Jay.

Anara mengangguk setuju. "Iya, semua anak gue gak ada yang mirip sama gue, semua diambil sama Galang."

"Bujang gue juga gitu sama, pulang malem terus. Gak kebayang pas gue masih di Amerika, kayaknya jarang pulang deh," kata Caca.

JanuariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang