17. Tingkah Elea

1K 126 21
                                    

SELAMAT MEMBACA JANUARI

17. Tingkah Elea

Seperti biasa, Elea berangkat sekolah menggunakan taksi online. Belajar dan hidup sendirian. Dia benar-benar sendiri sekarang, paling tidak dulu selalu ada Rhea dan Zhane, meskipun tak 100 persen Elea anggap.

Makan di kantin dengan batogor Pak Somat dan air mineral, itupun berkat memaksa Farren untuk membayarnya. Karena sisa uangnya untuk ia pulang, naik ojek, untung ia mempunyai sisa uang lima ribu di tasnya, jadi ada dua puluh ribu untuk naik ojek dan itu pun akan sisa tiga ribu.

Elea merasa teman di kelasnya tidak sefrekuensi dengannya, terkecuali Rhea dan Zhane. Elea merasa cocok, walau memang Elea secara tidak langsung jahat padanya.

Jam pulang sekolah Elea berjalan dikoridor sekolah, lalu ia melihat ada sebuah notifikasi bahwa toko baju yang sering ia datangi sedang diskon, jiwa shopping-nya seakan meronta-ronta. Inget Elea lo miskin sekarang.

Lalu ada sebuah alarm pengingat dari ponselnya. Two more days to Janu's birthday. "OMG, Janu birthday, anjirr gimana nihh. Gue gak ada duit buat beli kado!" Gadis itu memijat pelipisnya.

"Gue minta sama Sugar Daddy gue—enggak mungkin Tante Gaisa pasti bilang Mom nanti." Lalu gadis bermata hazel itu manatap ponselnya, ia lirik dengan spesifik dari layar, body, serta battery health. Semua tampak mulus. "Apa gue jual hp aja, ya?"

"Enggak Elea, jangan dong!" sahut gadis itu, "ini tuh jiwa raga lo, gak ada uang aja lo bisa mati, apalagi gak ada hp bisa langsung terjun ke neraka," monolog gadis itu, lalu Elea melanjutkan langkahnya.

Sampai diparkiran motor Elea bertemu Gibran, inti Naberius sekaligus sahabat Farren. Dia segera menghampiri Gibran.

"Kak Gibran!" Merasa terpanggil, Gibran menoleh melihat Elea si cantik paripurna ada di sini. "Kenapa, Elea?" tanya Gibran.

Elea tersenyum, lalu melirik motor Gibran. "Nebeng, ya?"

"Rumah kita gak searah loh, El," kata Gibran, padahal dia ingin menjemput kekasihnya.

"Nggak usah risau, gue mau ke Mall. Searah, kan?"

"Gue gak bawa helm loh, gimana?" Gibran sibuk mencari-cari alasan, dia senang bisa mengantar cewek cantik tapi masalahnya hari ini dia ada kencan bersama sang pacar.

Elea mengedarkan pandangannya, mencari target yang akan ia curi. Berakhir di motor sport hitam milik Farren, lalu gadis itu segera berjalan dan mengambil helm berwarna pink muda.

"Apa lagi sekarang?" tanya Elea, dia tahu kakak kelasnya ini sedang mencari-cari alasan.

"Farren ngamuk lo, itu punya Samara." Tegur Gibran.

Gadis itu menghela nafas panjang. "Aduhhh Kak Gibran yang ganteng tapi masih gantengan Janu, gini, gak usah banyak ngomong. Sekarang gini, iya atau mau?"

Pasrah, Gibran langsung memakai helmnya. "Gak ada alasan juga buat nolak. Ayo naik." ujar Gibran, menyesal ia buru-buru ke parkiran, bila saja ia bareng dengan yang lain mungkin sasaran Elea bukanlah dia.

"Nah gitu dong, kan gantengnya nambah sepersen." Gadis itu segera naik ke atas motor Gibran.

Kan kalo bareng Kak Gibran, Janu gak bakal cemburu. Dia kan udah kayak kakak gue. Batin Elea agar tak merasa resah, dia takut Janu cemburu. Padahal mah bodo amat haha..

Sepanjang perjalanan mereka tidak mengobrol, lagian tidak ada topik untuk dibahas pula. Bila bersama Alfha mungkin akan ada sedikit hal yang dibahas, karena lelaki itu recehnya tak terhingga.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 15 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

JanuariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang