Selamat Membaca Januari 🖤Pesan dari Januari : Jangan main-main, nanti nyaman!
15. Kebingungan Januari
"Gengsi gak buat perasaan terungkap, justru membuat jarak yang menetap."
***
Setelah diantar pulang oleh Januari, Elea segera masuk ke dalam rumahnya. Dia mendapati orang tuanya duduk di sofa.
"Mom and Dad mau bikin Elea gila apa?" Baru saja datang, Elea sudah mengomel dengan nada tinggi. Tanpa mengucapkan salam.
"Pulang sekolah itu salam yang bener, bukannya ngomel. Dosa itu sama orang tua," ujar Anara, namun Elea tidak peduli.
Gadis itu duduk di sofa yang sama, menatap Galang penuh harap. "Dad, balikin ATM Elea deh. Ya, ya, ya?"
"Satu bulan aja Elea, nggak lama. Setelah itu fasilitas kamu balik lagi," kata Galang mulai bersikap tegas, walau sebenarnya dia tidak tega melihat anaknya sengsara seperti ini. Namun kejadian kemarin membuatnya sedikit kecewa pada anak bungsunya ini, tapi dia harus bersikap tegas kali ini.
Elea melempar bantal di sofa ke lantai, lalu pergi dari sana. Gadis itu bukan pergi ke kamarnya, melainkan masuk ke dalam kamar anak-anaknya, yang di maksud adalah kucing-kucingnya.
"Milo, idup lo enak banget. Udah dikasih rumah, anak di urusin sama Mbak, mandi lo dimandiin, makan apalagi. Anjir gue majikan lo—Ahhhhh!" monolognya, lama-lama bisa gila Elea ini.
Gadis itu kini menggendong Chiko yang mengeong tiada henti, anak dari Milo. "Mau aku jual kamu? Diem, aku lagi marah!" ujar gadis itu kesal, dia memang sudah persis seperti orang gila. Memarahi kucing yang tidak bersalah.
"Meong. Meong. Meong." sahut kucing itu, memang hanya itu bahasa yang bisa dikeluarkan.
"Tuh kan jadi sedih Chilo ilangggg! HUWAAA CHILO!" Kini Elea berubah dramatis, mengingat kucingnya yang diberi nama oleh Januari secara tidak sengaja hilang oleh Farren, bahkan divonis telah mati. Padahal Farren berikan kepada Samara Magdalena.
Lalu gadis itu menggendong Milo yang sepertinya kesal kepada Elea, buktinya kucing itu memaksa untuk lepas dari gendongan Elea. "Kamu pasti sedih, ya? Tenang kita gak sendirian."
"AWWW!" gadis itu meringis kesakitan, Milo mencakarnya begitu dalam. Semenjak Chilo hilang Milo menjadi sedikit galak, tidak lembut seperti biasanya. "MOM, DAD, SAKITTTTT!"
Kedua orang tuanya segera masuk ke dalam Zoo Elea, melihat ada apa dengan anaknya ini. "Ada apa Elea?" tanya Anara.
"Sakiiiiiiit," Gadis itu mengadu, menunjukan bekas cakaran Milo ditangannya. "Milo, Mom!"
Anara menghampirinya, lalu meniup bekas cakaran itu. "Kamu pasti marahin dia, kan? Kalo kesel nggak usah marahin kucing. Tau juga, kan, Milo lagi sensian?" ujar Anara.
"Sakit banget nggak? Mau ke dokter aja?" tawar Galang, namun Anara segera memelototinya, "Diem, nggak usah berlebihan." kata Anara, bukan jahat, tapi Anara ingin anaknya bisa hidup disegala situasi, hal kecil harus bisa ia hadapi.
"Aku jual kamu ya!" kesal Anara pada Milo yang diam di pojokan kandangnya. "Kamu dihukum, nggak ada makanan buat kamu!"
"Kamu kok jahat banget, nanti kalo mereka sakit atau sampai mati, nangis," tegur Anara.
Gadis itu mengerutkan dahinya, heran sekali pada Mommy-nya ini. "Mom juga jahat dong, hukum Elea. Nanti kalo Elea sakit atau sampai mati nangeees." jawab gadis itu, paling bisa dia memutar balikan keadaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Januari
Teen FictionJanuari, laki-laki dengan rahang tegas berslayer hitam terikat lengan kirinya. Januari Bintang Leo, laki-laki berzodiak Leo yang bernama Januari. Januari, ketua geng Forneos yang sudah berdiri empat tahun sejak masa kejayaannya. Ini tentang Januari...