🦋 Tiga puluh lima

276 42 69
                                    

35. Timezone with friendzone

Happy reading!

🦋
🦋
🦋

Tok! Tok!

Stefan yang tengah berkutat dengan berkas-berkas di tangannya, menoleh.

"Masuk!"

Tak lama ajudan setianya menghampiri dengan sebuah amplop coklat di tangan.

"Tuan, ini informasi mengenai Lavin dan temannya yang anda minta."

Stefan meraih amplop itu, "Oke. Terimakasih."

Sang ajudan mengangguk, namun tak kunjung kembali pergi. Stefan mendongak, dengan alis terangkat.

"Ada yang ingin kamu katakan?"

Ajudan itu mengerjap, lalu menggeleng. "Maaf, tidak ada tuan. Saya permisi."

Stefan mengangguk, "Eh, tunggu!"

Ajudan yang akan pergi itu segera berbalik menghadap Stefan.

"Dimas. Apakah laki-laki itu sudah diketahui keberadaannya?" tanya Stefan setelah hening beberapa saat.

Sang ajudan terdiam, sebelum menggeleng. "Belum tuan."

"Baiklah, kamu boleh pergi!"

Ajudan itu segera berbalik pergi. Sebelum pintu benar-benar tertutup dia melirik was-was Stefan yang perlahan membuka amplop coklat itu.

Drrtt! Drrtt!

Sebelum suara dering telepon mengagetkan, membuatnya segera berlalu dari area ruang kerja Stefan.

"Hallo?"

Sedangkan di dalam ruangan, Stefan yang tahu di perhatian menatap lurus ke pintu.

"Gegalat dia sangat mencurigakan." lirihnya datar.

***

"Aduh badan gue sakit semua asli!" rutuk Damar, menatap kesal Lavin yang hanya mendengus geli.

"Cih, lebay!"

"Lebay mata kucing! Lo ngelawan guenya kayak punya dendam kesumat tahu nggak!"

"Emang punya." jawab Lavin santai.

"Wah, Vin, lo bener-bener, ya!" Damar akan menarik baju Lavin, membuat laki-laki itu segera menghindar.

"Emang bener kata Keira, lo resek banget!"

Drrtt! Drrtt!

Damar yang tengah berseru kesal, merogoh ponselnya yang berdering. Dia melirik Lavin yang ikut menaikkan sebelah alisnya.

"Siapa?" tanyanya.

"Kak Raya."

"Ya udah angkat!"

VieRa (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang