27. Makan-makan
Happy Reading!
🦋
🦋
🦋
"Bos." sapanya singkat.Mereka saling tatap, dengan tatapan yang berbeda.
"Ah elah, nggak usah manggil gitu kali, bang!" tepuk Lavin, tersenyum riang.
Kahfi hanya tersenyum kecil. Melirik ke arah dapur di mana Naila tengah memasak di sana.
"Kita baru sempet ketemu face to face gini, kan, ya?" tanya Lavin, baru sadar.
Kahfi mengangguk, "Iya, waktu itu interviewnya online. Terus terakhir kali katanya lo akan kunjungan, tapi nggak jadi."
"Ah iya," angguk Lavin, ingat. "Kemarin sekolah ngadain camping jadi harus ngurusin itu dulu!"
"Gue pikir yang dibilang Naila soal lo masih anak sekolah bohong, ternyata bener?"
Lavin terkekeh, "Kenapa, takjub, ya, Bang?"
"Dikit." Kahfi tersenyum miring.
"Eh, iya, gue ke sini sekalian mau tanyain soal renovasi lantai dua. Katanya lo yang bakalan ngajuin konsep kafenya?"
"Bukan cuma gue sih sebenernya, tapi memang anak-anak yang suka ke sini kasih saran konsep kafe photoshop. Biar nongkrong lebih enak, sekalian itu bisa jadi penghasilan tambahan juga, kan?"
Lavin mengangguk, mengerti. "Sebenernya gue juga memang mau renovasi kafe ini, cuma belum kesampaian aja. Terus saran dari lo gimana, mending lantai dua fokus untuk studio foto aja atau dibuat di beberapa titik gitu?"
Kahfi menggaruk tengkuknya, tak tahu harus menjawab apa. Dia juga sebenarnya agak kaget Lavin langsung mengakrabkan dirinya dihari pertama mereka bertemu secara langsung.
Ya, yang dibilang Naila lagi-lagi benar. Lavin memang tak seperti bos kebanyakan. Dia lebih cocok di sebut sebagai teman.
Namun, hal itu tak bisa berlaku untuk Kahfi.
"Bang?" Lavin yang tak mendapat jawaban, menepuk bahu Kahfi. Membuat Kahfi segera menoleh.
"Sorry, tapi alangkah baiknya lo yang nentuin bos. Gue takut salah kasih saran."
"Aish, engga gitu lah, ya udah deh nanti gue adain meeting aja untuk bahas konsep kafe yang baru!"
Kahfi mengangguk.
"Eh, udah balik, Fi?"
Mereka berdua menoleh. Naila meletakkan makanan Lavin di meja lebih dulu.
"Udah." jawab Kahfi.
"Bang Diornya mana?"
"Beli bahan makanan dulu ke pasar."
Naila ber oh ria, "Ya udah, Vin, yuk sini makan dulu! Kahfi juga yuk sebelum buka kafe!"
Lavin mengangguk, merangkul Kahfi untuk makan bersama.
Kahfi yang akan menolak pun jadi pasrah saja mengikuti. Selang beberapa menit kemudian, kafe pun buka dan Lavin memilih membantu karena kafe ternyata lumayan ramai dimalam sabtu itu.
Kahfi yang tengah membereskan gelas-gelas di meja bar tender melirik Lavin yang nampak serius berbicara dengan koki mereka.
Dia menghela napas, memilih berlalu dan masuk ke dapur. Tak tahu saja, sejak tadi Naila memerhatikannya.
"Kahfi kenapa mukanya kayak kusut gitu, ya?" gumamnya, bingung.
***
"Jadi kita berangkat barengan aja apa gimana nih?" tanya Damar saat anak-anak Karate sudah berkumpul di parkiran sekolah.
KAMU SEDANG MEMBACA
VieRa (TAMAT)
Novela Juvenil(BUDAYAKAN FOLLOW DULU SEBELUM BACA) Awalnya, Keira hanya berniat membantu Seno- sang sepupu. Untuk menjadi pacar pura-puranya karena laki-laki itu ingin putus dengan kekasihnya yang toxic. Eh, bukannya berhasil malah nasib buruk yang menghampiri. K...