🦋 Enam belas

362 76 85
                                    

16. Keira kenapa?

Happy Reading!


🦋
🦋
🦋

"Ra!"

Keira langsung menoleh. "Hm?"

"Duduk sini!" suruh Enzie menarik pelan tangan Keira menuju pojok kursi.

"Ah iya," Keira mendudukan dirinya dikursi.

"Kita jadwalnya kemana dulu sih sekarang?" Lalu bertanya sambil membenarkan tali earphonenya.

"Kayaknya ke situs Bogor dulu deh." balas Enzie.

"Oh, yang katanya kita suruh neliti gitu?"

Enzie mengangangguk. "Iya!"

"Ya udah, deh, gue tidur dulu sabi kali, ya? Ngantuk asli." ujar Keira.

Enzie terkekeh. "Dih, masih pagi woy!" Menoyor Keira pelan.

Keira menggaruk tengkuknya. "Iya sih, tapi lo tahu kan semalem gue bergadang?"

"Ya, tahu kok gue, insomnia, kan?"

Keira mengangguk, mulai memejamkan matanya. "He'em!"

"Btw, gue boleh tahu enggak sih kenapa lo suka insom gitu?" lanjut Enzie, bertanya.

Keira membuka matanya kembali, mengeryit pelan. "Kenapa, ya? Gue juga enggak tahu sih, tapi sehabis kecelakaan tuh kayak nggak bisa tidur cepet. Tapi dokter bilang itu kondisi normal sih."

"Nah itu juga. Lo belum cerita ke gue soal kecelakaan dulu!"

"Emang iya?"

"Iya!"

"Ah nanti aja deh," balas Keira. "Lagian intinya gue pernah kecelakaan kok."

"It's oke, kapan pun lo siap cerita gue akan menjadi pendengar yang baik!"

"Thanks, Zie!"

Sebenarnya Keira bukannya tidak mau bercerita tapi dia tidak mau membuka luka lama kembali karena akibat dari kecelakaan itu seseorang yang sangat dia cintai harus meninggalkan dunia.

Keira tersenyum kecil, menyandarkan kepalanya ke jendela bus.

Sepanjang perjalanan, bus lima selalu dipenuhi dengan kebisingan. Ada yang mengobrol bersama teman, membuat band dadakan, joget-joget tidak jelas, bahkan para guru pembimbing di bus itu juga ikut meramaikan.

Seperti saat ini, terlihat Pak Hardi- guru bahasa indonesia yang kebagian tugas membimbing bus itu kini tengah memegang mix yang disediakan. Dengan suara yang pas-pasan, guru gendut itu bernyanyi lagu dangdut dengan suara lantang, membuat semua murid di dalam bus memecahkan tawanya, bahkan tak jarang dari mereka ikut berteriak meramaikan suasana.

"Hobah!"

Keira menggeliat pelan, membuka matanya. Seketika tersenyum kecil melihat Pak Hardi tengah menggoyangkan pinggulnya di depan sana.

VieRa (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang